Pengaruh Komposisi Fly Ash Terhadap Kuat Tarik Belah Beton Porous Dengan Variasi Komposisi Agregat Kasar Daur Ulang (Rca)

Beton Porous merupakan beton khusus yang didesain memiliki porositas yang tinggi sehingga rongga pada beton mampu dilewati oleh air. Untuk mendapatkan porositas yang tinggi maka bahan penyusun beton porous terdiri dari campuran semen, air, agregat kasar, dan sedikit agregat halus atau sama sekali tanpa agregat halus. Namun beton porous memiliki kelemahan yaitu kuat tarik belah lebih kecil dari pada beton normal. Pemanfaatan RCA diharapkan mampu menjadi inovasi ramah lingkungan dan pemanfaatan fly ash diharapkan mampu meningkatkan kualitas beton porous sehingga mampu memberikan inovasi penerapan konsep 5R.Kemampuan beton porous cocok digunakan pada perkerasan yang tidak menerima beban berat. Kelebihan beton porous dengan porositas yang tinggi adalah mampu mengalirkan air dengan mudah. Pada penelitian ini dilaksanakan pengujian kuat tarik belah terhadap beton porous dengan kombinasi campuran fly ash sebesar 0%, 15%, 25% dan agregat kasar daur ulang sebesar 0%, 25%, 50%, 75%, 100%. Pengujian beton porous menggunakan alat uji compression testing machine yang bertujuan mengetahui hubungan serta komposisi optimal kombinasi campuran fly ash dan RCA terhadap kuat tarik belah beton porous Hasil penelitian dari pengujian kuat tarik belah terhadap beton porous adalah kuat tarik belah tertinggi didapatkan pada komposisi fly ash 25% dan agregat kasar daur ulang (RCA) 75% dengan kuat tarik belah sebesar 1,5312 MPa untuk memenuhi persyaratan mutu beton perkerasan masih harus ditingkatkan. Hubungan antara komposisi fly ash dan RCA terhadap kuat tarik belah menunjukkan hasil yang beragam dikarenakan nilai penyerapan NA yang lebih tinggi daripada RCA

Pengaruh Panjang Segmen Pelat Beton Bertulang Dan Jarak Tumpuan Tiang Terhadap Penulangan Pile Slab

Desain konstruksi jalan raya menggunakan struktur pile slab telah umum penerapannya dan banyak diaplikasikan di negara Indonesia. Demikian pula, analisis yang digunakan juga sudah mengacu pada standar atau peraturan yang disepakati kegunaannya untuk mendesain setiap elemen strukturnya. Peraturan yang dimaksud untuk mendesain adalah peraturan pembebanan untuk jembatan RSNI T-02-2005, karena konstruksi jalan dengan struktur pile slab memiliki keidentikan dengan tipe konstruksi jembatan. Adapun perilaku struktur pile slab dianalisis menggunakan metode portal ekuivalen untuk penentuan gaya-gaya dalamnya. Untuk mengetahui pengaruh perbedaan panjang segmen pelat pada struktur pile slab terhadap hasil perencanaan dimensi dan tulangan, maka dilakukan sejumlah model desain sebanyak 3 (tiga) level panjang segmen pelat berturut-turut 8 m, 10 m dan 12 m dengan kombinasi diameter pilar 0,5 m dan 0,6 m. Sebagai tahap akhir hasil desain, diperoleh jumlah kebutuhan tulangan yang paling efisien adalah segmen pelat 8 m dengan diameter pilar 0,5 m, yaitu tulangan D16 - 100 untuk arah memanjang dan D16 - 200 untuk tulangan arah melintang. Tulangan bagi yang diperlukan adalah D13 - 200 untuk masing-masing arah pelat. Kata

Pengaruh Panjang Segmen Pelat Beton Bertulang Dan Jarak Tumpuan Tiang Terhadap Penulangan Pile Slab

Desain konstruksi jalan raya menggunakan struktur pile slab telah umum penerapannya dan banyak diaplikasikan di negara Indonesia. Demikian pula, analisis yang digunakan juga sudah mengacu pada standar atau peraturan yang disepakati kegunaannya untuk mendesain setiap elemen strukturnya. Peraturan yang dimaksud untuk mendesain adalah peraturan pembebanan untuk jembatan RSNI T-02-2005, karena konstruksi jalan dengan struktur pile slab memiliki keidentikan dengan tipe konstruksi jembatan. Adapun perilaku struktur pile slab dianalisis menggunakan metode portal ekuivalen untuk penentuan gaya-gaya dalamnya. Untuk mengetahui pengaruh perbedaan panjang segmen pelat pada struktur pile slab terhadap hasil perencanaan dimensi dan tulangan, maka dilakukan sejumlah model desain sebanyak 3 (tiga) level panjang segmen pelat berturut-turut 8 m, 10 m dan 12 m dengan kombinasi diameter pilar 0,5 m dan 0,6 m. Sebagai tahap akhir hasil desain, diperoleh jumlah kebutuhan tulangan yang paling efisien adalah segmen pelat 8 m dengan diameter pilar 0,5 m, yaitu tulangan D16 - 100 untuk arah memanjang dan D16 - 200 untuk tulangan arah melintang. Tulangan bagi yang diperlukan adalah D13 - 200 untuk masing-masing arah pelat. Kata

Contribution of 3-D electrical resistivity tomography for landmines detection

Landmines are a type of inexpensive weapons widely used in the pre-conflicted areas in many countries worldwide. The two main types are the metallic and nonmetallic (mostly plastic) landmines. They are most commonly investigated by magnetic, ground penetrating radar (GPR), and metal detector (MD) techniques. These geophysical techniques however have significant limitations in resolving the non-metallic landmines and wherever the host materials are conductive. In this work, the 3-D electric resistivity tomography (ERT) technique is evaluated as an alternative and/or confirmation detection system for both landmine types, which are buried in different soil conditions and at different depths. This can be achieved using the capacitive resistivity imaging system, which does not need direct contact with the ground surface. Synthetic models for each case have been introduced using metallic and non-metallic bodies buried in wet and dry environments. The inversion results using the L1 norm least-squares optimization method tend to produce robust blocky models of the landmine body. The dipole axial and the dipole equatorial arrays tend to have the most favorable geometry by applying dynamic capacitive electrode and they show significant signal strength for data sets with up to 5% noise. Increasing the burial depth relative to the electrode spacing as well as the noise percentage in the resistivity data is crucial in resolving the landmines at different environments. The landmine with dimension and burial depth of one electrode separation unit is over estimated while the spatial resolutions decrease as the burial depth and noise percentage increase

HOW GOVERNMENT OUTFLOW AND PUBLIC DEBT AFFECT INFLATION: EVIDENCE FROM SEE COUNTRIES

The study aims to address public debt and government outflow affecting inflation in some of the countries of Southeast Europe, observing a combination of factors both theoretically and econometrically. The investigation included six (6) SEE countries, including the 2006-2020 timeframe, with 90 observations. The dynamic approach, the fixed effect, and the Arellano/Bond estimator were used to check the parameters considered in the study using panel data. Furthermore, the study also applied diagnostic tests such as the Sargan over-identifying restrictions and Pedroni test for cointegration. The results of the fixed effect and Arellano / Bond estimation demonstrate that public debt, current budget outflows, and capital budget outflows affect inflation, while overall budget outflows are insignificant. For further studies, it would be useful to apply other dynamic models by applying other specific factors, which will be considered as a useful contribution to the academic, research, and policy-making structures

EVALUATING MACROECONOMIC FACTORS AND THEIR INFLUENCE ON ECONOMIC GROWTH: EMPIRICAL EVIDENCE FROM WESTERN BALKAN ECONOMIES

This research aimed to identify and evaluate the impact of some macroeconomic components on economic growth performance. The data applied in the analysis were secondary data, including six countries from 2005 to 2020. The econometric approach applied was the fixed effect regression approach to economic growth as a dependent variable. The study also applied several diagnostic tests and the Hausman test to select between fixed and random effects. The data provided after the analysis show that inflation and foreign direct investment have a significant positive impact, while public debt has a significant negative impact. Moreover, unemployment and population growth have shown statistically insignificant results. The study from the aspect of the original contribution provides arguments and applies two variables that are very little addressed in the context of economic growth. The study results provide critical information for policymakers, economists, and researchers and provide arguments for a sound and proactive debate on these variables.&nbsp

CHALLENGES AND DIFFICULTIES FOR MICRO-BUSINESSES IN ADAPTING IFRS FOR SMES REQUIREMENTS: KOSOVO EVIDENCE

Small and medium-sized enterprises (SMEs) have a vital position in the international economy. The study aims to examine the compulsory financial reporting requirements set by the Kosovo Council for Financial Reporting (KCFR) as well as SMEs requirements for reviewing the current classification in the Kosovo context. This study, like most relevant studies, employs ordinal probit regression to examine the relationships among the requirements defined as dependent variables and other control variables such as necessary reclassification review under KCFR, preferred reclassification review under KCFR, experience knowledge of accountants and auditors, continuously education concerning financial reporting, and assessments of business owners. According to the reported conclusions, the application of these requirements in the Kosovo context does not create any opportunities for SMEs. On the contrary, the findings point to a thorough review of the reporting requirements for micro-businesses, as the current classification appears to be a burden for these businesses.  &nbsp