78 research outputs found
PERANCANGAN KOMPONEN FILTER PADA PENERIMA VISIBLE LIGHT COMMUNICATION (VLC)
Pesatnya perkembangan teknologi dewasa ini menjadikan kebutuhan manusia terhadap teknologi yang lebih efisien telah sangat dibutuhkan. Salah satunya teknologi tanpa kabel mengalami perkembangan yang sangat pesat. Manusia memandang efisiensi dari komunikasi tanpa kabel sangat mendukung berbagai banyak jenis aktifitas, namun pada saat sekarang ini teknologi tanpa kabel masih didominasi oleh penggunaan frekuensi radio sebagai media pengiriman informasi. Melihat beberapa penelitian dunia kesehatan terhadap dampak radiasi gelombang elektromagnetik terhadap tubuh manusia sangatlah membahayakan atau ahli kesehatan menyebutnya silent killer. Terlepas dari itu jenis komunikasi tanpa kabel yang saat ini lagi ramai untuk dikembangkan yaitu komunikasi cahaya tampak. Komunikasi tanpa kabel yang memanfaatkan spektrum cahaya tampak sebagai media pengiriman informasi dan bebas dari radiasi gelombang elektromagnetik diprediksi akan menggantikan penggunaan frekuensi radio ditempat tertentu yang harus terbebas dari frekuensi radio.
Pada tugas akhir ini, telah dilakukan perancangan sistem komunikasi cahaya tampak dengan mengirimkan sinyal digital dengan maksimum frekuensi 2 MHz. Perancangan blok sistem dibagian pengirim menggunakan LED RGB, sedangkan dibagian penerima ditambahkan kompenen filter optik dengan warna merah, hijau dan biru untuk mengubah kecendrungan pendeteksi cahaya merespon suatu panjang gelombang yang masuk. Kombinasi warna yang digunakan pada pengirim dan penerima mempengaruhi proses penerimaan informasi.
Dari hasil pengujian, sistem komunikasi cahaya tampak mampu pengirimkan sinyal digital dengan warna lampu LED RGB pada jarak pengukuran 150 cm. setelah dilakukan kombinasi terhadap warna LED pengirim dan warna filter optik penerima, efektif dapat mengirim dan menerima sinyal hanya jika digunakan kombinasi warna yang sama antara pengirim dan penerima. Selain dari kesamaan kombinasi tersebut, informasi tidak dapat dideteksi dan diolah lebih lanjut.
Kata kunci : Komunikasi Cahaya Tampak, LED RGB, Optical filter, VL
DOKUMENTASI BENTUK DAN JENIS FOKLOR MINANGKABAU BERTEMA MISTIS DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN
ABSTRAK
` Skripsi ini merupakan hasil penelitian mengenai foklor bertema mistis yang ada di Kabupaten Padang Pariaman. Seiring perkembangan zaman cerita foklor bertema mistis yang ada di Kabupaten Padang Pariaman banyak masyarakat yang tidak mengetahuinya tujuan dari penelitian ini adalah Mendokumentasikan Bentuk dan Jenis foklor Minangkabau Bertema Mistis Di Kabupaten Padang Pariaman dan dalam penelitian ini menggunakan teori pendekatan folklor dan menggunakan metode kualitatif. Adapun tahap penelitian ini adalah perekaman, observasi, wawancara, penelitian pustaka, analisis data, dan penyajian data yang ditulis dalam bentuk skripsi.
Berdasarkan hasil data penelitian data foklor bertema mistis ditemukan sebanyak 20 cerita. Data diklasifikasikan ke dalam bagian folklor, yaitu: folklor lisan terdapat 12 data Dan folklor sebagian lisan terdapat 8 data. dan sampai sekarang masih diyakini dan dipercaya oleh masyarakat.
Kata kunci : Dokumentasi, Bentuk, Jenis, Foklor, Kabupaten Padang Pariama
Modélisation et simulation d'incendie de forêt par automate cellulaire
L’objet de cette étude est la modélisation et la simulation d’incendies de forêt. Leur implémentation est basée sur le paradigme des automates cellulaires et le modèle de percolation. La variante des automates cellulaires utilisée est le « Jeu de la Vie ». En effet, L’étude a abouti à l’élaboration d’un logiciel LoSiFire qui simule le feu de forêt tout en permettant l’étude de son évolution. Le logiciel permet aussi de montrer les effets de la percolation (structure), de la densité de la forêt et du voisinage sur la propagation du feu. Ce type de modélisation qui décrit le phénomène d’incendie de forêt en fonction de sa densité et de sa percolation, permet en même temps de comprendre la dynamique du feu vis-à-vis de la structure (percolation) de la forêt. LoSiFire permet aussi d’envisager la possibilité de saut de feu. LoSiFire est un outil pertinent et constitue une base fondamentale pour l’élaboration d’un système d’aide à la décision, de veille, d’anticipation et d’étude du risque d’incendie de forêt
La criticalité auto-organisée des feux de forêts marocaines
La Criticalité Auto-Organisée (CAO) des feux de forêts marocaines est étudiée à partir d’une analyse d’une série de données historiques (1960 à 2011). En effet, cette analyse montre que les relations entre les surfaces brûlées annuelles normalisées par la surface brûlée globale et la fréquence des incendies annuels par la surface brûlée annuelle sont décrites par des distributions en loi en puissance (queue lourde) et non en distribution gaussienne (queue mince), et ceci quelque soit la magnitude du feu. Aussi la relation log-log de la fréquence-taille ou « rang-taille » des incendies vérifie son adéquation avec une droite. L’invariance d’échelle temporelle et spatiale des feux est vérifiée. Ainsi les feux de forêts marocaines satisfont la criticalité auto-organisée. Les résultats des données réelles relatives aux feux des forêts marocaines sont confrontés avec ceux des simulations réalisées par notre logiciel « LoSiFire » (automate cellulaire basé sur le « jeu de la Vie »), leur bonne adéquation est obtenue. Par conséquent notre logiciel « LoSiFire » s’applique bien et vérifie les caractéristiques de la criticalité auto-organisée. En effet, notre automate cellulaire est un système critique auto-organisé. Enfin les caractéristiques de la criticalité auto-organisée ont des implications pratiques pour la protection des forêts contre les incendies et constituent un moyen d’évaluation et d’élaboration de la stratégie de prévention et de lutte contre les feux de forêts.
 
IMPLEMENTASI SISTEM MUSIK KAFE MENGGUNAKAN VISIBLE LIGHT COMMMUNICATION (VLC)
Salah satu jenis pengiriman data yang banyak digunakan dalam bidang teknologi telekomunikasi adalah dengan menggunakan radio frekuensi. Transmisi menggunakan radio dinilai efektif akan tetapi banyak kekurangan, antara lain pita spektrum frekuensi yang digunakan terbatas, contoh: range Radio FM (80-108 MHz), serta dari segi kesehatan Radio Frekuensi menimbulkan radiasi terhadap tubuh manusia.
Dalam proyek akhir ini, melakukan implementasi pemancar dan penerima sinyal audio melalui transmisi cahaya tampak, alat ini terdiri dari LED sebagai pengubah elektrik ke cahaya dan Photodioda sebagai pengubah cahaya ke elektrik. Melalui implementasi alat ini dapat kita ketahui bahwa transmisi suara melalui cahaya tampak dapat direalisasikan. Sinyal yang ditranmisikan dalam proyek akhir ini merupakan sinyal audio, berupa output dari konektor RCA 3,5mm. Dan pada receiver digunakan speaker untuk menampilkan audio.
Alat ini dirancang mampu mengirim transmisi sinyal audio melalui cahaya tampak tanpa noise sejauh 3 meter. Dan berdasarkan hasil dari proyek akhir ini didapati bahwa perbandingan jarak dan daya terima berbanding terbalik, yaitu jika semakin jauh jarak (meter) antara pemancar dan penerima maka daya (dB) yang diterima terima akan semakin kecil dan berpengaruh terhadap suara yang dihasilkan. Alat ini dirancang sebagai aplikasi speaker tanpa kabel (wireless) dan berpeluang membuka penerapan teknologi Visible Light Communication (VLC) di masa yang akan datang.
Kata Kunci : Visible light, Audio Transmission, LED, Photodiode
ESF Boa Esperança, saúde bucal e gestante: uma realidade a ser mudada
Pregnancy is a time of many changes in a woman's body, requiring health care so special and priority, especially in relation to oral health because frames oral changes may be aggravated during pregnancy if there is no know ledge and care oral health on the part of the mother. The lack of information about the importance of oral health during pregnancy, as well as the existence of myths and beliefs surrounding dental care to pregnant women, hinder access to oral health services. Given the difficulty in providing adequate oral health care to pregnant women, a literature search was performed, in or der to improve know ledge on the subject , basing theoretically the preparation of an action plan to improve and / or adequate assistance focused on the oral health of pregnant women , with the main objective of this study . We used the descriptors health sciences: pregnant, oral health and health planning in scientific data bases: Virtual Health Library, LILACS, SCIELO. Articles published from 1997 which addressed the theme. Were also consulted modules Specialization Course in Primary Care and Family Health Virtual Library Nescon Program Agora. It is concluded that the appreciation of the multi and changes in the work process of the Family Health Team is paramount to ensure comprehensive care, universal and equal to prevention, promotion and restoration of oral health of pregnant women.A gravidez é um período de muitas mudanças no organismo da mulher, necessitando de atenção em saúde de forma especial e prioritária, principalmente com relação à saúde bucal, pois quadros de alterações bucais poderão ser agravados durante a gestação caso não haja conhecimento e cuidados com a saúde bucal por parte da gestante. A falta de informação sobre a importância da saúde bucal na gestação, assim como a existência de mitos e crenças que cercam a assistência odontológica às gestantes, dificultam o acesso aos serviços de saúde bucal. Diante da dificuldade em oferecer uma adequada atenção em saúde bucal às gestantes, foi realizada uma pesquisa bibliográfica, com o intuito de aprimorar o conhecimento sobre o assunto, embasando teoricamente a elaboração de um plano de intervenção para melhorar e/ou adequar a assistência voltada à saúde bucal das gestantes, sendo o objetivo principal deste estudo. Foram utilizados os descritores de ciências da saúde: gestantes, saúde bucal e planejamento em saúde, em bases de dados científicas: Biblioteca Virtual de Saúde, LILACS, SCIELO. Foram selecionados artigos publicados a partir do ano 1997 e que abordassem o tema proposto. Também foram consultados os módulos do Curso de Especialização em Atenção Básica em Saúde da Família e a Biblioteca Virtual do Nescon/Programa Ágora. Concluiu-se que a valorização do trabalho multiprofissional e mudanças no processo de trabalho da Equipe de Saúde da Família são primordiais para garantir uma atenção integral, universal e igualitária às ações de prevenção, promoção e recuperação da saúde bucal das gestantes
O ônus da prova nas ações coletivas
O presente estudo visa abordar o ônus da prova à luz das ações coletivas, mas, principalmente, a forma como a inversão do ônus da prova não é admitida nas ações de improbidade administrativa. Contudo, antes de apresentar o ônus da prova nas ações coletivas, faz-se necessário apresentar a Teoria Geral da Prova. Através do estudo dessa teoria, pretende-se situar o leitor no conceito de prova, o que deve ser provada, a quem ela se dirige, por quem deve ser produzida, sua classificação, os tipos de prova, e os meios de prova. Ainda dentro da teoria geral da prova, apontaremos os principais princípios envolvendo o tema. Ainda que de forma superficial, serão apresentados 5 princípios: i) da atipicidade; ii) da identidade física do juiz; iii) do livre convencimento motivado; iv) da mediação ou imediatividade; v) da comunhão das provas. Tais princípios exploram a função das provas no processo. Explicam porque qualquer tipo de prova licita e moral é aceita no processo. O porquê da importância de o mesmo juiz que instruiu a causa ser o mesmo que proferirá a sentença. Ainda, em relação a esse ponto, a liberdade controlada que o juiz tem em julgar a causa. Ou seja, ainda que possa decidir de acordo com o seu livre convencimento, deve motivá-lo de forma fundamentada, com toda informação que conste nos autos. Ainda relacionado aos atos do juiz, o princípio da mediação determina que o juiz deve inquirir as testemunhas e o perito, fazendo a ponte entre as partes e as testemunhas/perito. Por fim, o princípio da comunhão das provas determina que as provas pertencem aos autos, e não a quem as produziu. Dessa forma, percebe-se que esses princípios regulam a utilização e a produção das provas, para que seja resguardada a busca melhor solução ao caso. Diante da apresentação desses princípios, far-se-á necessária a exploração, ainda que breve, da teoria dos frutos da árvore envenenada, onde será abordada a diferença entre prova ilícita e prova obtida por meio ilícito. E que, ainda que ambas sejam vedadas pela lei, a jurisprudência entende que a prova obtida por meio ilícito é legal, e que, se provado que poderia ter sido obtida de forma lícita pode ser aceita no processo. Assim, na conclusão desse primeiro capítulo, percebemos que a prova serve como instrumento para a busca da verdade dos fatos. E que essa busca não deve ser feita de forma superficial ou tendenciosa. Tanto que, embora todos os tipos de provas lícitas são admitidos, desde que obtidas de forma lícita, ou que se prove que assim poderiam ter sido obtidas. Ainda, independente de quem a produziu, a prova pode ser utilizada em favor da parte contrária. Logo, a prova serve como forma de se obter a verdade real dos fatos. No capítulo dois apresentaremos de forma mais aprofundada o ônus de produzir a prova. Primeiramente, explicaremos o porquê do ônus não ser uma obrigação, que é passível de sanção se for descumprida, mas sim, uma opção da parte, que pode prejudica-la se não o fizer. Posto isso, será apresentada a regra geral do nosso ordenamento jurídico, que vem expressa no artigo 333, do Código de Processo Civil. Nele se determina que cada parte deve provar aquilo que alega, o autor o fato constitutivo do seu direito, e o réu o fato impeditivo, modificativo ou extintivo do direito do autor. Contudo, quando uma parte alegar a existência de um fato e a outra parte negá-lo, compete provar primeiro quem alegou a existência do direito. Se esse não for provado, a parte que negou a existência não precisa fazer contra-prova da inexistência. Somente se a outra parte apresentar prova da existência. Em seguida, será introduzida a ideia de inversão do ônus da prova, que poderá ser feito ope legis, ope iudicis, ou por convenção entre as partes. Posteriormente, será apresentada a teoria da distribuição dinâmica das provas, que tem suas origens no Código de Defesa do Consumidor. De acordo com essa teoria, o juiz poderia inverte o ônus da prova de acordo com a hipossuficiência das partes. Ou seja, se uma parte demonstrar ser hipossuficiente em relação à outra parte, seja econômica, técnica ou cultural, o ônus da prova será designado a outra parte. Em outras palavras, além de provar o que alega, a parte hipersuficiente deverá provar que o fato alegado pela parte hipossuficiente não é verdadeiro ou não gera o direito alegado. No terceiro capítulo, serão apresentadas as ações coletivas, e como o ônus da prova é atribuído nelas. Quais sejam: ação popular; ação civil pública; ações envolvendo direito do consumidor; ações de improbidade administrativa. Nas ações consumeristas, abordaremos três formas de inversão do ônus da prova: as previstas em lei e as que podem ser decretadas pelo juiz. No caso das outras três ações coletivas (popular, civil pública e de improbidade), veremos que, no caso da ação civil pública, há previsão expressa de aplicação subsidiária do Código de Defesa do Consumidor, o que leva a entender que há a possibilidade de aplicação da inversão do ônus da prova a critério do juiz. Ou seja, se presentes os requisitos do artigo 6º, inciso VIII, do Código de Defesa do Consumidor, a inversão pode ser decretada. Já, na ação de improbidade administrativa, será detectada a impossibilidade da inversão do ônus da prova. Tal impossibilidade se dará porque nenhum dos dois requisitos são encontrados nesse tipo ação. O Ministério Público, quando autor da ação de improbidade, nunca poderá alegar hipossuficiência de ordem técnica, financeira ou cultural. Destacando-se que, seu poder de requisição em conjunto com as características do órgão Ministério Público, impedem o enquadramento do autor como hipossuficiente. Quanto a verossimilhança da alegação, o obstáculo se encontra na natureza penal da ação de improbidade. Logo, a verossimilhança da alegação iria de encontro com a presunção de inocência, consagrada na Constituição Federal. Por fim, a ação popular segue o mesmo princípio da ação de improbidade administrativa, pois, embora seja uma ação de ressarcimento ao erário, as implicações que uma condenação nessa esfera gera aos réus, resguarda o seu direito de presunção de inocência. Assim, a inversão do ônus da prova também não é admitida nessa ação que defende interesses coletivos. Ao final, a conclusão será que a inversão do ônus da prova deve ser aplicada como exceção à regra, e quando não expressa em lei, deve ser analisada caso a caso, para que não se cometam injustiças. Perceberá que a aplicação das regras do Código de Defesa do Consumidor não abrange todas as ações que defendem interesses coletivos, muitas vezes prevalecendo a regra geral prevista no artigo 333, do Código de Defesa do Consumidor. Ainda, que a teoria da distribuição dinâmica das provas veio com o intuito de facilitar o acesso à justiça e a obtenção da verdade real dos fatos, não podendo ser utilizada de forma indiscriminada, sendo respeitada a regra geral prevista no Código de Processo Civi
Análise espacial-temporal do risco à poluição hídrica frente às mudanças de uso e ocupação do solo na bacia hidrográfica do ribeirão do Lobo, Itirapina-SP, Brasil
The landscape transformation caused by economical activities generates impacts on natural ecosystems and the water system is one of the most susceptible to anthropic alterations. In this context, the objective of this study was to analyze the vulnerability of the water resources of the Lobo Stream Drainage Basin (LSDB), Itirapina-SP, through the application of the Environmental Quality Index of Water Resources (EQI-Hydro), in a 32 years period, corresponding to the years 1985 and 2017. The EQI-Hydro was calculated from the analysis of the Euclidean distance of the water resources to the impacting sources, determined by means of land use classification, and then rescaled based on fuzzy logic. The results show that approximately 57% of the watershed area is classified as high and very high EQI-Hydro. The Itaqueri River and the Água Branca Stream are the most vulnerable to pollution due to their proximity to pollution sources. This manifests the need for adequate agricultural practices and public policies for forest restoration, aiming the preservation of the LSDB water resources.As transformações na paisagem causadas pelas atividades econômicas geram impactos sobre os ecossistemas naturais, sendo os sistemas hídricos um dos mais susceptíveis às alterações antrópicas. Em vista disso, o objetivo desse estudo foi analisar a vulnerabilidade dos corpos hídricos da bacia hidrográfica do ribeirão do Lobo, Itirapina-SP, mediante aplicação do Índice de Qualidade Ambiental dos Recursos Hídricos (IQA-Hidro), no intervalo de 32 anos, que compreende o período de 1985 e 2017. O IQA-Hidro foi elaborado com base na análise da distância euclidiana dos recursos hídricos em relação às fontes impactantes, determinadas por meio da classificação do uso e ocupação do solo e, em seguida, escalonados com base na lógica fuzzy. Os resultados mostraram que aproximadamente 57% da área da bacia se encontram nas classes com valores alto e muito alto para IQA-Hidro. O rio Itaqueri e o córrego Água Branca são os mais vulneráveis à poluição devido à proximidade às fontes de poluição. Tal situação manifesta a necessidade de práticas adequadas de manejo das atividades agropecuárias e políticas públicas voltadas à restauração florestal, visando a preservação das regiões fluviais da bacia
- …
