1,295 research outputs found
Mullite Ceramics: Its Properties Structure and Synthesis
Besides its importance for conventional ceramics, mullite has become a choice of material for advanced structural and functional ceramics due to its favourable properties. Some outstanding properties of mullite are low thermal expansion, low thermal conductivity, excellent creep resistance, high-temperature strength, and good chemical stability. The mechanism of mullite formation depends upon the method of combining the alumina- and silica-containing reactants. It is also related to the temperature at which the reaction leads to the formation of mullite (mullitisation temperature). Mullitisation temperatures have been reported to differ by up to several hundred degrees Celsius depending on the synthesis method used. The three synthesis methods used to prepare mullite are discussed in this paper together with an overview of mullite, its properties and the current application of mullite
KONSTRUKSI SOSIAL ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN (Kajian Psikologi Kejahatan Narapidana Anak di Lembaga Pemasyarakatan Sragen)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana konstruksi sosial
anak dalam melakukan kejahatan pembunuhan dan faktor-faktor penyebab yang
melatarbelakangi kejahatan pembunuhan yang dilakukan anak.
Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris bersifat deskriptif,
menemukan data seteliti mungkin tentang manusia atau gejala-gejala lainnya.
Pendekatan penelitian yang peneliti gunakan adalah pendekatan sosiologi kriminal
dengan metode kasus perkara, yaitu : pendekatan kejahatan dari segi sosiologis
yang melihat kejahatan sebagai gejala sosial dan gejala manusia pada umumnya.
Untuk menentukan subjek penelitian menggunakan metode purposive sampling.
Jenis data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Sumber data
sekunder yang digunakan mencakup bahan hukum primer dan bahan hukum
sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu melalui studi lapangan
dengan interview, tes psikologi, dan melalui studi pustaka berupa peraturan
perundang-undangan, buku-buku, tulisan-tulisan dan dokumen-dokumen lainnya
yang berhubungan dengan obyek penelitian. Analisis data yang digunakan yaitu
analisis data metode kualitatif, sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang diamati.
Berdasarkan pembahasan dihasilkan simpulan, yaitu konstruksi sosial anak
dalam melakukan kejahatan pembunuhan berlangsung melalui tiga tahap, yaitu :
1). Eksternalisasi merupakan usaha untuk pencurahan atau ekspresi diri manusia
ke dalam dunia, baik dalam kegiatan mental maupun fisik secara menentang,
penuntut, dan menguasai. 2). Obyektivasi merupakan hasil yang telah dicapai,
baik mental maupun fisik dari kegiatan eksternalisasi yang berupa labilitas
emosional, kurang percaya diri, berfantasi untuk tampak kuat, dan mencoba
kekuatan fisik. 3). Internalisasi merupakan penyerapan kembali dunia objektif ke
dalam kesadaran sedemikian rupa sehingga subjektif individu dipengaruhi oleh
stuktur dunia sosial, seorang anak dalam tahap ini mengalami patologi sosial
(gejala sakit secara sosial) yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian sosial
sehingga mereka mengembangkan bentuk pengabaian tingkah laku yang
menyimpang. Faktor-faktor penyebab yang melatarbelakangi kejahatan
pembunuhan yang dilakukan anak adalah faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.
Faktor intrinsik meliputi tipe kepribadian introvert, gangguan berfikir dan
intelegensi, reaksi frustasi negatif, konflik batin, gangguan emosional, gangguan
pengamatan dan tanggapan, kurang mampu mengontrol dorongan dan jenis
kelamin. Faktor ekstrinsik, yaitu microsystem (pengabaian anak), mesosystem
(lingkungan sepermainan sebagai pelampiasan), exosystem (pola asuh otoriter),
macrosystem (kebijaksanaan pemerintah yang belum terealisasi dengan baik), dan
chronosystem (persepsi dan imitasi terhadap modernisasi yang keliru).
Kata kunci : Konstruksi sosial, Anak, Tindak pidana pembunuha
LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PUSAT TERAPI DAN PENDIDIKAN ANAK AUTIS DI YOGYAKARTA
Autisme memiliki definisi yang banyak, akan tetapi secara garis besar autisme adalah
gangguan perkembangan yang biasanya terjadi pada masa kanakkanak, yang membuat seorang
anak tidak dapat menjalin interaksi secara baik dengan lingkungannya dan seolah-olah dia hidup
dengan dunia dan fantasinya tersendiri. Pusat Terapi dan Pendidikan Anak Autis ini akan
dilengkapi fasilitas berupa pendidikan informal. Pendidikan informal ini ditunjukan untuk anak
yang memerlukan layanan khusus termasuk anak autistik yang telah diterapi secara terpadu dan
terstruktur. Pendidikan informal ini bertujuan membantu anak autistic dalam mempersiapkan
transisi kebentuk layanan pendidikan lanjutan. Dalam pendidikan informal akan digali dan
dikembangkan kemampuan, potensi dan minat anak, sehingga akan terlihat gambaran yang jelas
mengenai tingkat keparahan serta keunggulan anak. Anak penderita autis merupakan anak yang
memiliki gangguan dalam hal interaksi. Anak-anak ini memiliki perilaku yang berbeda dengan
anak-anak normal, sehingga mereka memiliki cara yang berbeda dalam memberi respon pada
lingkungannya. Untuk itu pendekatan desain yang di ambil adalah Behaviour Architecture
(Arsitektur Perilaku). Selain mengarahkan anak autis untuk berinteraksi secara baik dan nyaman
dengan lingkungannya juga dibutuhkan suasana ruang interaktif yakni suasana ruang yang dapat
mendorong penderita autis untuk belajar aktif dan dapat membentuk interaksi sosial terhadap
ligkungannya
Konstitusionalitas Dan Model Pendidikan Karakter Bangsa Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi
Constitutional Court Decision No. 100/PUU-XI/2013 stated that Pancasila as a basic state declared in the the 1945 preamble can not be equated with the 1945 Constitution, Unity in Diversity, and the Unitary State of Indonesia declared as the pillars of the nation and state as cited in the Article 34 paragraph (3b) letter a. Considering the benefits of the nation's effort to build a character, the Constitutional Court declared constitutional effort of political parties and other state agencies that carry out political education through the dissemination of Pancasila, the 1945 Constitution, Unity in Diversity. The Court sets a model of character education necessary to be developed which is not limited in the for pillars but it includes some other aspects such as the state of law, sovereignty, an insight of archipelago, national defense, and so forth. The government basically hold the primary responsibility for implementing character education for its citizens. Thus, the government needs to consider of alternatives to establish a special agency to formulate and implement effective national character education
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG ATRAKSI INTERPERSONAL GURU, FASILITAS BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X SMK MUHAMMADIYAH PRAMBANAN TAHUN AJARAN 2012/2013
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi siswa tentang atraksi interpersonal guru, fasilitas belajar dan lingkungan belajar dengan motivasi siswa kelas X SMK Muhammadiyah Prambanan tahun ajaran 2012/2013.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian korelasi. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X pada kompetensi keahlian Teknik Kendaraan Ringan. Jumlah populasi sebesar147 siswa dan jumlah sampel yang digunakan sebesar 107 siswa dengan teknik simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode angket. Untuk uji validitas istrumen menggunakan rumus product momen dan reliabilitas instrumen menggunakan rumus alpha crobanch. Uji persyaratan analisis yaitu untuk normalitas data menggunakan rumus chi kuadrat dan uji linieritas dengan rumus regresi sederhana. Untuk uji hipotesis pertama, kedua, dan ketiga menggunakan rumus korelasi product momen, sedangkan untuk uji hipotesis ke empat menggunakan korelasi ganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi siswa tentang atraksi interpersonal guru dengan motivasi belajar siswa, hal tersebut ditunjukkan dari harga rhitung lebih besar daripada r tabel (0,559 > 0,190 ) dan harga t hitung lebih besar daripada t tabel (6,922 > 1,983) dengan n =107 pada taraf signifikansi 5%, (2) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi siswa tentang fasilitas belajar di sekolah dengan motivasi belajar siswa, hal tersebut ditunjukkan dengan harga r hitung lebih besar daripada r tabel (0,314 > 0,190) dan harga t hitung lebih besar daripada t tabel (3,388 > 1,983) dengan n = 107 pada taraf signifikansi 5%, (3) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi siswa tentang lingkungan belajar di sekolah dengan motivasi belajar siswa, hal tersebut ditunjukkan dengan harga r hitung lebih besar daripada r tabel (0,261 > 0,190) dan harga t hitung lebih besar daripada t tabel (2,863 > 1,983) dengan n = 107 pada taraf signifikansi 5%, (4) terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi siswa tentang atraksi interpersonal guru, fasilitas belajar dan lingkungan belajar di sekolah secara bersama-sama dengan motivasi belajar siswa, hal tersebut ditunjukkan dengan ry.x1x2x3 lebih besar dari rtabel (0,668 > 0,190) dan harga Fhitung lebih besar daripada harga Ftabel (27,67>2,57) dengan n = 107 pada taraf signifikansi 5%
The Tenure Arrangement of Primary Constitutional Organ Leaders in Indonesian Constitutional System
The tenure arrangement of primary constitutional organ leaders is required as the implementation of power limitation principle and the manifestation of political equality principle as the characteristic of democratic state. The tenure arrangements of primary constitutional organ leaders in Indonesia have four models: tenure arrangement through the 1945 Constitution, tenure arrangement through Law, tenure arrangement which is not regulated by law but regulated in the constitutional organs' internal regulation, and tenure arrangement which is not regulated by law as well as internal regulation. The problem in this paper is: First, how is the arrangement of leadership tenure in the constitutional organs according to the Indonesian legislation system. Second, how to adjust the arrangement of constitutional organ leader in order to provide legal certainty and prevent conflict that can disrupt organs' performance. The arrangement through the Constitution is the most powerful model in term of legal certainty regarding that the Constitution is in the highest national legal order and materials related to the structure and organization of primary constitutional organs constitute the Constitution's substance. The model not regulated in law but regulated in internal regulation prone to cause conflict because every member of the constitutional organs which meets the requirements may change the internal regulation at any time. To avoid this conflict, this paper concludes that it requires the change of regulation regulating the tenure of constitutional organ leaders so that it is no longer regulated in the constitutional organs' internal regulations, but it is set in the 1945 Constitution or at least in the Law in order to have a better legal certainty
Pembuatan Aplikasi Otomasi Kuatifikasi Citra Iluminasi Hasil Reaksi Pada Media Microplate dengan Metode Segmentasi Menggunakan Pendekatan Statistika
Pada jaman yang semakin maju ini teknologi informasi sekarang juga
mulai bergabung dengan cabang ilmu lain,misalnya untuk bioinformatika. Pada
Fakultas bioteknologi Ubaya misalnya,pada saat sekarang untuk proses
pembacaan intensitas cahaya dalam
microplate
,masih menggunakan cara
manual,yaitu dengan memberikan tanda
lebih terang atau lebih redup. Hal ini
menimbulkan sebuah permasalahan bahwa data yang didapatkan hanya berupa
data kualitatif. Para peneliti tidak dapat
memanipulasi data tersebut lebih lanjut.
Oleh karena itu perlu adanya sistem aplikasi yang dapat memecahkan masalah
tersebut.
Sistem aplikasi yang dibuat unt
uk memecahkan masalah tersebut
menggunakan metode dengan pendekatan statistik. Untuk lebih spesifik,metode
statistika yang digunakan adalah metode k-means. metode k-means ini
mengharuskan sistem untuk lebih dahulu menentukan berapa banyak klaster atau
kumpulan atau pengelompokan data. Setelah hal tersebut ditentukan,maka mulai
dilakukan pengelompokan data dengan melakukan pengecekan satu – persatu.
Dalam sistem aplikasi ini,data yang diolah menggunakan citra digital dengan
format
grayscale.
Dan klaster yang digunakan dalam sistem aplikasi ini adalah
klaster untuk
foreground
serta klaster untuk
background.
Pada sistem aplikasi yang dibuat in
i ada beberapa macam kondisi citra
digital yang dapat diproses oleh program
,yaitu antara lain citra digital yang
memiliki noise,lalu posisi miring,serta adanya
well
–
well
yang kosong. Adapun
bila gambar – gambar tersebut diproses ke dalam program yang telah dibuat, yang
dapat disegmentasi hingga kuantifikasi secara sempurna memiliki tingkat akurasi
yang cukup tinggi. Untuk gambar yang memiliki noise sangat tinggi masih belum
berhasil secara sempurna dalam proses
segmentasi dan griddingnya. Dan juga
untuk gambar yang memiliki warna background terang sedangkan warna
lingkaran dalam well gelap juga belum dapat tersegmentasi secara sempurna.
Sedangkan untuk gambar yang memiliki posisi agak miring,dan
well
yang kosong,
serta noise yang masih dalam taraf renda
h masih dapat diatasi oleh program.
Dengan adanya sistem aplikasi ini
diharapkan para peneliti yang semula
mengalami kesusahan untuk memanipulasi data hasil pembacaan intensitas cahaya
dapat tertolong. Hal ini sesuai dengan tujuan awal dibuatnya sistem aplikasi
ini,yaitu dapat melakukan proses automasi pada citra digital dan melakukan
kuantifikasi atau penghitungan intensitas cahaya
Combined method for die compensation in sheet metal forming
Sheet metal forming is one of the prominent methods to convert blank sheet
material into a product. In sheet metal forming, proper allowance of its tools
must be given to the elastic recovery, due to the nature of elastic property which
is called springback. When stamped sheet components are removed from the
forming tools, the internal stresses will rest, and a new equilibrium state will
be reached. As a result, the final shape of the drawn part will deviate from
the shape imposed by the forming tool. Therefore, it is very important that
springback be accurately predicted and compensated. In the industry, this is a
costly and time consuming process of product shaping and redesigning the tools
manually. The goal of this research is to develop a compensation procedure that
can perform this optimization process, using the combination of Displacement
Adjustment (DA) and Spring Forward (SF) methods. Both are based on an
iterative procedure. The method is needed for guiding die design to compensate
for springback in a backward direction and then to compensate springback in a
forward direction. This new approach is then called Combined Method for Die
Compensation (CMDC). The testing of CMDC has been conducted in 2D model
of U-bending and 3D shape of S-rail model adopted from Numisheet 2008. The
result shows that CMDC is able to reduce error in every cycle of the total five
cycles. The result of reduction in shape deviation is 66% to 73% for the 2D
model compensation, and for the 3D model, 55% reduction in shape deviation
can be reached. The CMDC method can be further implemented and integrated
in a commercial FEM software to assist the optimization process to improve the
precision of stamping products
- …
