238 research outputs found
DETERMINAN PERENCANAAN PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI DAERAH PERDESAAN KABUPATEN TORAJA UTARA
WHO 2010 memperkirakan di seluruh dunia setiap tahunnya lebih dari 385.000 ibu meninggal saat hamil atau bersalin. AKI di Kabupaten Toraja Utara mengalami peningkatan pada tahun 2009-2011. AKI kembali meningkat pada tahun 2011 sekitar 122 per 100.000KH. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui perencanaan persalinan dan kesiapan komplikasi serta faktor yang berhubungan dengan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K). Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional dengan rancangan cross sectional study. Populasi adalah semua ibu yang bersalin dari Januari hingga Desember 2013 di daerah perdesaan Kabupaten Toraja Utara berjumlah 2.880 orang. Sampel penelitian ini adalah ibu bersalin dari Januari hingga Desember 2013. Penarikan sampel menggunakan cluster random sampling dengan besar sampel 340 orang. Analisis data yang dilakukan adalah univariat dan bivariat dengan uji chi square. Hasil penelitian diperoleh variabel yang berhubungan dengan perencanaan persalinan adalah kunjungan ANC (p=0,000); pendapatan (p=0,000); pekerjaan ibu (p=0,044); pendidikan suami (p=0,013); pendidikan ibu (p=0,000). Sedangkan yang tidak berhubungan dengan perencanaan persalinan adalah paritas (p=0,881); umur ibu (p=0,252); dukungan suami (p=0,533); pekerjaan suami (p=0,974). Kesimpulan dari penelitian bahwa ada hubungan kunjungan ANC, pekerjaan ibu, pendapatan, pendidikan ibu dan suami dengan perencanaan persalinan. Penelitian ini menyarankan agar ibu hamil lebih memperhatikan masalah kehamilannya, terutama perencanaan persalinan
DETERMINAN PEMILIHAN JENIS PENOLONG DAN TEMPAT PERSALINAN DI DAERAH PERKOTAAN KABUPATEN TORAJA UTARA
Pemilihan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan dan fasilitas kesehatan sebagai tempat persalinan merupakan salah satu upaya untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan pemilihan jenis penolong dan tempat persalinan di daerah perkotaan Kabupaten Toraja Utara. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional study. Populasi adalah ibu yang bersalin dari Januari hingga Desember 2013 di daerah perkotaan Kabupaten Toraja Utara. Penarikan sampel menggunakan cluster random sampling dengan besar sampel 287 orang. Analisis data bivariat menggunakan uji chi square. Hasil penelitian diperoleh variabel yang berhubungan dengan pemilihan jenis penolong persalinan adalah status ekonomi keluarga (p=0,033), paritas (p=0,030), kunjungan ANC (p=0,005), keberadaan bidan (p=0,002) dan komplikasi (p=0,000). Variabel yang berhubungan dengan pemilihan tempat persalinan adalah tingkat pendidikan ibu (p=0,044), tingkat pendidikan suami (p=0,003), dukungan suami (p=0,039), status ekonomi keluarga (p=0,014), kunjungan ANC (p=0,001), keberadaan bidan (p=0,005) dan komplikasi (p=0,000). Tenaga kesehatan sebaiknya melakukan sosialisasi kepada ibu hamil pada saat memeriksakan kehamilan tentang pentingnya persalinan aman yang ditolong oleh tenaga kesehatan
PERUBAHAN PEMILIHAN PENOLONG DAN TEMPAT PERSALINAN IBU MULTIPARA DI DAERAH PERKOTAAN KABUPATEN BANTAENG
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan atau persalinan di fasilitas kesehatan adalah kunci dalam penurunan angka kematian ibu (AKI). Berbagai kebijakan telah diimplementasi untuk meningkatkan cakupan persalinan pada tenaga kesehatan atau persalinan di fasilitas kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perubahan penolong dan tempat persalinan dengan menggunakan design cross sectional study yang membandingkan pola dua persalinan terakhir ibu multipara. Sebanyak 77 ibu multipara di daerah perkotaan Kabupaten Bantaeng yang diwawancara. Daftar ibu multipara diperoleh dari kohort ibu bersalin dan menggunakan teknik snowball. Chi-square test digunakan untuk menilai hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Penelitian ini mendapatkan sebanyak 35,1% ibu multipara yang sebelumnya bersalin didukun beralih ke tenaga kesehatan. Berdasarkan tempat persalinan, 15,6% ibu multipara beralih dari rumah ke fasilitas kesehatan. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa pendidikan ibu, kepemilikan asuransi kesehatan, kunjungan antenatal care dan komplikasi persalinan memiliki hubungan dengan perubahan penolong persalinan dari dukun ke tenaga kesehatan. Pekerjaan suami, dukungan suami dan komplikasi persalinan memiliki hubungan dengan perubahan tempat persalinan yang dilakukan oleh ibu multipara dari rumah ke fasilitas kesehatan (p < 0,05). Kunjungan ANC dapat dijadikan sebagai sarana untuk memberikan anjuran kepada ibu untuk bersalin oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan. Peningkatan pendidikan perempuan dapat membantu beralih bersalin dari tenaga dukun ke tenaga kesehatan.\ud
Kata Kunci : Perubahan penolong dan tempat persalinan, Multipara, Perkotaa
DETERMINAN PEMILIHAN JENIS PENOLONG DAN TEMPAT PERSALINAN PADA KELUARGA EKONOMI RENDAH DI KABUPATEN TORAJA UTARA
World health Organization menilai keberhasilan indikator Millenium Development Goals (MDGs) kelima adalah turunnya Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 5,5% antara tahun 1990 dan 2015, sedangkan AKI di Kabupaten Toraja utara dari tahun 2009 sampai 2011 terus meningkat hingga mencapai 122 per 100.000 kelahiran hidup. Penelitian bertujuan mengetahui determinan pemilihan jenis penolong dan tempat persalinan ekonomi rendah di Kabupaten Toraja Utara. Jenis penelitian yaitu observasional dengan rancangancross sectional study. Populasi adalah semua ibu bersalin ekonomi rendah (kuintil 1 dan 2) tahun 2013. Penarikan sampel menggunakan cluster random sampling dengan besar sampel 251 orang menggunakan Principal Component Analysis.Hasil penelitian dengan uji chi square, diperoleh variabel paritas (0,001), kunjungan ANC (0,003) dan keberadaan bidan (0,005) berhubungan dengan pemilihan penolong persalinan.Variabel pekerjaan ibu (0,035), paritas (0,017), kunjungan ANC (0,000), keberadaan bidan (0,000) dan komplikasi (0,007) berhubungan dengan pemilihan tempat persalinan. Sedangkan, variabel lainnya tidak berhubungan dengan pemilihan jenis penolong dan tempat persalinan (p>0,05). Kesimpulan penelitian yaitu sebagian besar ibu bersalin memilih tenaga kesehatan (90,5%) dan fasilitas kesehatan (79,3%). Peneliti menyarankan perlunya penyuluhan tentang persalinan aman dan adanya intervensi pemerintah melalui Jaminan persalinan, terutama bagi masyarakat ekonomi rendah
HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU DENGAN RETENSI PASIEN PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI PUSKESMAS KASSI-KASSI
Harm Reduction sangat membantu dalam pengurangan dampak merugikan, termasuk salah satunya pada program terapi subsitusi yang terbukti cukup efektif dalam meningkatkan rasa kesejahteraan pasien. Retensi atau lamanya pasien berada pada terapi merupakan salah satu indikator untuk Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM). Nilai retensi bisa digunakan untuk mengukur keberhasilan program. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor predisposisi (pengetahuan dan sikap), faktor pemungkin (dosis metadon), dan faktor penguat (dukungan keluarga dan dukungan teman sesama) dengan retensi pasien PTRM. Metode penelitian ini adalah observasional analitik dengan rancangan Cross Sectional Study. Subyek penelitian ini adalah pengguna napza suntik (penasun) yang terdaftar di Klinik PTRM Puskesmas Kassi-Kassi dengan jumlah responden sebanyak 75 orang. Analisis data meliputi analisis univariat dan bivariat. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa proporsi retensi pasien PTRM pada 6 bulan pengobatan sebesar 93,3%. Berdasarkan uji bivariat diperoleh hubungan yang signifikan antara sikap (p=0,034), dosis metadon (p=0,017), dan dukungan teman sesama (p=0,002) dengan retensi pasien PTRM. Sedangkan variabel yang tidak signifikan adalah pengetahuan (p=0,639) dan dukungan keluarga (p=0,119). Pengupayaan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan retensi pasien adalah pendekatan emosional antara teman sesama dengan penasun dalam rangka peningkatan perubahan perilaku termasuk dalam membangun sikap positif penasun. Keluarga juga sangat penting dalam memberikan dukungan kepada penasun
FAKTOR LINGKUNGAN DAN MEDIA MASSA DENGAN PERILAKU BERISIKO TERTULAR HIV PADA REMAJA DI KAWASAN WISATA BIRA, KABUPATEN BULUKUMBA
Kecamatan Bonto Bahari sebagai salah satu tempat wisata yang terkenal di Bulukumba menempati posisi kedua dengan jumlah kumulatif kasus HIV dan AIDS terbanyak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor lingkungan dan media massa dengan perilaku berisiko tertular HIV pada remaja di kawasan wisata Bira, Kabupaten Bulukumba. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional study. Populasi penelitian ini merupakan remaja di kawasan Bira yang masih tercatat mengenyam pendidikan SMA dengan besar sampel adalah 139 responden yang diambil dengan menggunakan teknik proportional random sampling dari tiga dusun, yakni dusun Pungkarese, dusun Birakeke, dan dusun Tanetang. Analisis menggunakan uji chi square dengan CI 95%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 17,3% remaja memiliki perilaku berisiko tertular HIV.Perilaku berisiko yang paling banyak adalah perilaku seks pranikah. Hasil uji statistik pada lima variabel penelitian menunjukkan tiga variabel yang memiliki hubungan, yaitu teman sebaya (p=0,001), frekuensi penggunaan media cetak (p=0,000) dan frekuensi penggunaan media elektronik (0,000). Sedangkan dua variabel lainnya tidak menunjukkan adanya hubungan, yaitu komunikasi orang tua/keluarga dan sekolah (p=0,233; p=0,675). Penelitian ini menyarankan diperlukannya pemberiaan informasi baik berupa penyuluhan kepada masyarakat khususnya remaja di kawasan wisata mengenai perilaku berisiko tertular HIV
Infrastruktur SIK di 138 Kabupaten di Indonesia: Evidence dari survei SIK DEPKES
Latar Belakang: Sistim informasi kesehatan (SIK) di daerah tertinggal,perbatasan serta bermasalah kesehatan masih merupakan tantangan untukdikembangkan. Untuk menyusun rencana yang tepat tentang pengembanganSIK di daerah tersebut diperlukan informasi tentang bagaimana keadaan SIKsaat ini. Pada tahun 2012 Departemen Kesehatan melakukan assessmentterhadap 138 Kabupaten/Kota yang dikatagorikan sebagai daerah tertinggal,perbatasan dan kepulauan, serta daerah yang bermasalah kesehatan. Padaartikel ini dilakukan analisis data sekunder hasil assessment yang dilaksanakanoleh Depkes. Pada survey tersebut dilakukan wawancara tatap muka di 24kabupaten dan pada 114 kabupaten kuesioner dikirim melalui pos. Quesioneryang digunakan mengadopsi kuesioner Health Metric Network. Salah satu itemyang dinilai adalah masalah sumber daya SIK yang terdiri atas lima indikatoryaitu kebijakan, institusi SIK, SDM, pembiayaan, dan infrastruktur.Metode: Penelitian ini khusus menganalisis komponen infrastruktur. Terdapat 12indikator yang digunakan untuk menilai infrastruktur SIK ditingkatkabupaten/kota. Penelitian ini mendapatkan bahwa ketersediaan tenaga khususuntuk pemeliharaaan komputer dan IT adalah masalah yang dihadapi olehsebagian besar dinas kesehatan kabupaten (70,2%). Berikutnya adalah belumditerapkannya SIKDA generik (54,4%). Tidak adanya dana untuk pemeliharaankomputer dan IT juga menjadi masalah pada 45% kabupaten, kalaupun adajumlahnya tidak mencukupi (30%). Namun demikin, hampir semua dinaskabupaten telah mendapatkan aliran listrik. Hanya sebagian kecil (4,4%)kabupaten yang belum mendapatkan aliran listrik dan terletak di daerah Papua.Hampir semua dinas kesehatan kabupaten (92%) tersedia komputer untukpengelolaan data (membantu kompilasi, pengolahan data, penyajian data),walaupun terdapat 17% yang menyatakan tidak mencukupi. Sebanyak 82%telah dilengkapi dengan fasilitas internet walaupun sepertiganya menyatakankurang mencukup.Hasil: Penyediaan sumberdaya manusia yang kompeten untuk pemeliharaanfasilitas komputer merupakan komponen yang perlu perhatikan untukmeningkatkan SIK. Demikian juga dengan anggaran untuk pemeliharaan fasilitasSIK. Komunikasi melalui elektronik sangat memungkinkan dilakukan ditingkatkabupaten karena hampir semua telah memiliki fasilitas internet
GAMBARAN PELAKSANAAN SURVEILANS EPIDEMIOLOGI MALARIA DI KABUPATEN MAMUJU UTARA
Surveilans epidemiologi malaria merupakan kegiatan berkesinambungan dan teratur dalam pengumpulan, pengolahan, analisa dan interpretasi data sehingga dapat dilakukan penanggulangan untuk mengambil tindakan yang efektif. Rendahnya cakupan kelengkapan dan ketepatan laporan surveilans malaria menunjukkan belum optimalnya kinerja petugas surveilans. Penelitian bertujuan mengetahui gambaran pelaksanaan surveilans epidemiologi malaria berdasarkan komponen input, proses dan output di Kabupaten Mamuju Utara tahun 2012. Jenis penelitianya itu observasional deskriptif dan sampel berjumlah 14 orang (exhaustive sampling). Hasil penelitian menunjukkan komponen input yaitu pengetahuan petugas sudah cukup baik (79%), 64,3% berpendidikan D3, 92,9% memiliki tugas rangkap, dan 85,7% memiliki lama kerja <5 tahun serta 64,3% belum mengikuti pelatihan surveilans. Dana berasaldari BOK dan belum maksimalnya ketersediaan sarana penunjang yang dimiliki oleh petugas surveilans malaria.Tahapan proses pelaksanaan surveilans malaria meliputi pengumpulan data belum lengkap, pengolahan, analisa data dan interpretasi telah dilakukan oleh semua petugas surveilans sesuai dengan buku pedoman, 57,1% petugas surveilans malaria belum mendapatkan umpan balik berupa buletin epidemiologi. Komponen outputya itu ketepatan dan kelengkapan laporan masih ada puskesmas yang memiliki ketepatan dan kelengkapan laporan dibawah standard Depkes RI (80%). Diharapkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten untuk memberikan pelatihan dan umpan balik berupa buletin epidemiologi malaria secara menyeluruh kepada semua petugas surveilans malaria di tingkat puskesmas
THE RELATIONSHIP BETWEEN LEADERSHIP STYLE AND NURSE’S WORK MOTIVATION WITH THE APPLICATION OF PATIENT SAFETY CULTURE OF THE INPATIENT INSTALLATION IN THE C CLASS HOSPITAL, BONE REGENCY
In building patient safety culture, leadership is one of the behavioral factors in the Total Safety Culture model. The patient safety culture is related to the issue of Adverse Events as the main issue of this study. Beside that, active involvement of organization members is also needed in the form of work motivation. Therefore, this study aims to identify the dominant leadership style of the inpatient nurse managers in the c class hospitals and to analyze the relationship between the leadership style and nurse’s work motivation with the application of patient safety culture in the c class hospitals of Bone regency. This research is a cross sectional study with 104 samples of nurses providing care, taken in total sampling at three hospitals, namely Datu Pancaitana Regional Hospital, M. Yasin Army Hospital, and Hapsah Hospital. Data were collected using a structured questionnaire and statistically analyzed using the chi-square test (k x k). The results of this study indicate that the dominant leadership style of the inpatient nurse managers is transactional with the percentage of 69.2%. The results also showed that there was a relationship between leadership style (p <0.05) and nurse’s work motivation (p <0.05) with the application of patient safety culture. It was concluded that the transactional leadership had a positive impact in building an independent culture. The combination of extrinsic and intrinsic motivation has succeeded in creating a public service motivation that has a positive impact in building a reporting and learning culture
- …
