3,605 research outputs found
A STUDY ON THE USE OF MEDIA IN TEACHING VOCABULARY TO YOUNG LEARNERS
Vocabulary is one of the important points of English learning. It is one of the language components and as a base of a language. That is why vocabulary building should be given to children.Getting much vocabulary is better because they will have stronger base in learning and simple vocabulary is the best choice for children ( colour, number, fruit and so on). In addition, in teaching learning process, an English teacher for the elementary level is plays a very important role, because he/she is the most influential person in the classroom. They can support the success of the teaching and decisions to be made. Each decision involved a challenge to the skills or accessing a new situation and coming up with new problems.Furthermore, the efficiency of the use of media depend on how well a teacher determined and manipulated the good media for children
Survei kemampuan teknik dasar permainan sepakbola SMA Negeri 4 Wajo Kabupaten Wajo
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan teknik dasar sepakbola SMA Negeri 4 Wajo Kabupaten Wajo. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan variabel mandiri. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri 4 Wajo Kabupaten Wajo. Dengan jumlah sampel penelitian 30 orang yang dipilih secara ramdom sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif (persentase) dengan menggunakan sistem SPSSI Versi 16.00. Berdasarkan hasil analisis data, maka penelitian ini menyimpulkan bahwa: (1). Siswa yang memiliki tingkat penguasaan kemampuan menyundul bola(heading)dalam permainan sepakbolapada siswa SMA Negeri 4 Wajo Kabupaten Wajo memiliki dasar yang baik, (2). Siswa yang memiliki tingkat penguasaan kemampuan mengoper dan menghentikan bola (passing dan stooping)dalam permainan sepakbolapada siswa SMA Negeri 4 Wajo Kabupaten wajo memiliki dasar yang baik, (3). Siswa yang memiliki tingkat penguasaan kemampuan menggiring bola(dribbling)dalam permainan sepakbolapada siswa SMA Negeri 4 Wajo Kabupaten Wajo memiliki dasar yang baik, (4). Siswa yang yang memiliki kemampuan teknik dasar menendang bola ke sasaran (shooting) dalam permainan sepakbola pada siswa SMA Negeri 4 Wajo Kabupaten Wajo memiliki dasar yang cukup, (5). dari 30 sampel penelitian yang memiliki kategori baik sebanyak 6 orang (20.0%), kategori cukup sebanyak 21 orang (70.0%), kategori sedang sebanyak 3 orang (10.0%), serta tidak ada siswa SMA Negeri 4 Wajo Kabupaten Wajo yang memiliki tingkat kemampuan kurang dan kurang sekali. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan teknik dasar bermain sepakbola SMA Negeri 4 Wajo Kabupaten Wajo dominan berada pada kategori cuku
Tema-Tema Fantasi Dalam Komunikasi Kelompok Muslim-Tionghoa
The objective of this study was to analysis themes of fantasy in the Muslim-Chinesecommunications groups in the city of Makassar. The method used for the analysis method Bormann(1985) borrow on how to do a fantasy theme analysis. Bormann suggests that researchers shouldbegin with gathering evidence related to the manifestation of the content of communicationmessages as stated below: by collecting evidence related to the manifest content of the communication.“Manifest content of the message is at the core of the evidence needed to conduct theanalysis includes a fantasy theme” patterns of characterizations, of dramatic situation and actions,and of setting”. Research results are the themes of fantasy-Chinese Muslim groups, including:Virtue Prayer, the theme of Islamic Anti-Violence fantasy, and fantasy themes Nature ofGod's knowledge. Fantasy themes can help members of the Muslim-Chinese interpret socialinteraction and create a reality in the group and share the theme fanatasi-Chinese Muslim groupscarried out to establish, maintain, and create empathic communication. The goal is to increasethe commitment to the use of symbols so that they can empathize and have an identity that setsit apart from other groups, for example, using a symbolic gesture to equalize the group membersthought through what he thinks, says and does. The pattern of shared fantasy themes that arecommunicated between the members in developing a common interpretation of their experiencewith the interpretation of joint use of symbolic cues
Trade protectionism in Indonesia: bad times and bad policy
This paper highlights the protectionist shift in Indonesia, and argue that this will harm Indonesia’s economic prospects.
Key findings
Despite increasing economic challenges, Indonesia is likely to continue raising non-tariff barriers to trade.
These protectionist measures are likely to prove counterproductive, raising prices for Indonesian consumers and reducing the competitiveness of Indonesian firms.
This trend toward protectionism enjoys broad political support in Jakarta, and is likely to continue under President Jokowi
MAKNA NETRALITAS APARATUR SIPIL NEGARA DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH BERDASARKAN FILOSOFI NILAINILAI BELOM BAHADAT SUKU DAYAK KALIMANTAN TENGAH
Penelitian disertasi ini bertujuan untuk memahami makna netralitas ASN dalam Pemilihan Kepala Daerah berdasarkan nilai-nilai Belom Bahadat suku Dayak Kalimantan Tengah dan Mendiskripsikan pergeseran makna netralitas sehingga mempengaruhi tindakan ASN dalam Pemilihan Kepala Daerah berdasarkan filosofi nilai-nilai Belom Bahadat suku Dayak Kalimantan Tengah. Paradigma dalam penelitian ini menggunakan paradigma definisi sosial Max Weber, dengan pendekatan kualitatif dan jenis penelitian fenomenologi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara mendalam, dan studi dokumen. Alat analisis data yang digunakan adalah teori makna birokrasi netralitas Max Weber yang digunakan dalam penelitian ini adalah Acuh tak acuh dan ketidakberpihakan. Teori nilai-nilai belom bahadat. Netralitas ASN suku Dayak mengandung prinsip, mikeh merupakan sikap atau perilaku ASN yang takut melanggar hukum. Baik hukum negara atupun hukum adat. Dengan melanggar aturan pemerintah tentang ketidak netralan individu akan mendapat ganjaran atas perbuatannya; dan mahamen merupan prinsif hidup yang mengatur keseimbangan menjadikan ASN hidup rukun dan damai. Mahamen jika melanggar peraturan dengan berpihak kepada salah satu pasangan calon. Netralitas yang ideal yakni ASN memahami hak dan kewajiban. Nilai-nilai Belom Bahadat tidak mengalami pergeseran. ASN berusaha menjalankan kewajiban dengan penuh tanggung jawab dan tanpa tenkanan dalam pelaksanaan pemilihan Kepala Daerah. Netralitas birokrasi yang dibangun berdasarkan prinsif nilai-nilai adat yang menjunjung tinggi sikap patuh terhadap hukum adat dan hukum negar
EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS) DAN PROBLEM SOLVING (PS) PADA MATERI STATISTIKA DITINJAU DARI KREATIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI SE-KABUPATEN KLATEN PADA TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Febri Arianto. S851408017. Eksperimentasi Model Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) dan Problem Solving (PS) Pada Materi Statistika Ditinjau Dari Kreativitas Belajar Matematika Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri Se-Kabupaten Klaten Pada Tahun Pelajaran 2015/2016. Pembimbing 1 : Dr. Mardiyana, M.Si, Pembimbing II : Dr. Sri Subanti, M.Si. Tesis : Program Studi Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 2015
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika lebih baik, siswa yang diberi model pembelajaran TAPPS, problem solving, atau langsung, (2) manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika lebih baik, siswa dengan kreativitas belajar matematika tinggi, sedang, atau rendah, (3) pada masing-masing model pembelajaran, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika lebih baik antara siswa dengan kreativitas belajar matematika tinggi, sedang, atau rendah, (4) pada masing-masing kategori kreativitas belajar matematika, manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika lebih baik antara siswa yang diberi model pembelajaran TAPPS, problem solving, atau langsung.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS SMA Negeri di Kabupaten Klaten tahun pelajaran 2015/2016. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan stratified cluster random sampling. Teknik pengambilan data meliputi dokumentasi untuk memperoleh nilai ujian semester genap kelas X untuk data kemampuan awal eksperimen, tes untuk memperoleh data prestasi belajar matematika, dan angket untuk memperoleh data kreativitas belajar matematika siswa. Sebelum melaksanakan penelitian terhadap populasi, dilakukan uji keseimbangan menggunakan analisis variansi satu jalan dengan sel tak sama. Uji prasyarat dengan metode Lilliefors untuk uji normalitas dan metode Bartlett untuk uji homogenitas. Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah anava dua jalan dengan sel tak sama dengan desain faktorial 3x3.
Berdasarkan hasil analisis disimpulkan : (1) siswa yang diberi model pembelajaran TAPPS mempunyai prestasi belajar matematika lebih baik daripada siswa yang diberi model pembelajaran PS dan model pembelajaran langsung, sedangkan siswa yang diberi model pembelajaran PS memiliki prestasi belajar matematika yang sama baiknya dengan siswa yang diberi model pembelajaran langsung, (2) siswa dengan kreativitas belajar matematika tinggi memiliki prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa dengan kreativitas belajar matematika sedang dan rendah, sedangkan siswa dengan kreativitas belajar matematika sedang memiliki prestasi belajar matematika yang sama baiknya dengan siswa dengan kreativitas belajar matematika rendah, (3) pada model pembelajaran TAPPS, siswa dengan kreativitas belajar matematika tinggi, sedang dan rendah mempunyai prestasi belajar matematika yang sama baiknya. Pada
xvi
model pembelajaran problem solving, siswa dengan kreativitas belajar matematika tinggi, sedang dan rendah mempunyai prestasi belajar matematika yang sama baiknya. Pada model pembelajaran langsung, siswa dengan kreativitas belajar matematika tinggi mempunyai prestasi belajar matematika yang sama baiknya dengan siswa dengan kreativitas belajar matematika sedang, siswa dengan kreativitas belajar matematika sedang mempunyai prestasi belajar matematika yang sama baiknya dengan siswa kategori kreativitas belajar matematika rendah, sedangkan siswa dengan kreativitas belajar matematika tinggi mempunyai prestasi belajar matematika lebih baik daripada siswa dengan kreativitas belajar matematika rendah, (4) pada kategori kreativitas belajar matematika tinggi, siswa yang diberi model pembelajaran TAPPS mempunyai prestasi belajar matematika sama baiknya dengan siswa yang diberi model pembelajaran problem solving dan langsung. Pada kategori kreativitas belajar matematika sedang, siswa yang diberi model pembelajaran TAPPS mempunyai prestasi belajar matematika yang sama baiknya dengan siswa yang diberi model pembelajaran problem solving dan langsung. Pada kategori kreativitas belajar matematika rendah, siswa yang diberi model pembelajaran TAPPS mempunyai prestasi belajar matematika sama baiknya dengan siswa yang diberi model pembelajaran problem solving, siswa yang diberi model pembelajaran problem solving mempunyai prestasi belajar matematika yang sama baiknya dengan siswa yang diberi model pembelajaran langsung, sedangkan siswa yang diberi model pembelajaran TAPPS mempunyai prestasi belajar matematika yang yang lebih baik daripada siswa yang diberi model pembelajaran langsung.
Kata Kunci : Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS), Problem Solving (PS), Langsung, Kreativitas Belajar Matematika
- …
