177 research outputs found
Analisis Optimasi Distribusi Beras Bulog di Provinsi Jawa Barat
. Ability to manage a good distribution channel is a competitiveadvantage which is importance for industries. Bad distribution channel will havebad impact in whole aspects of organization, especially on its profit margin.Precise quantity and on time delivery are crucial aspects of distribution success.Distribution and transportation system have to be design optimally to result theminimum cost of distribution. Perum Bulog as government agency who runs thedistribution of rice has to pay attention on optimizing its distribution channel. Inoperating their task, Perum Bulog will be support by its sub division who will bemanages the distribution process of rice in its own region. This research is focusedto define the optimum combination of channel and quantity on distribution of ricefrom Sub Divre West Java to the cities and regencies in order to achieve theminimum distribution cost using transportation method, Linear Programmingmethod, and LINDO. As the result of this research, the minimum cost of optimaldistribution of rice on West Java Region is 5.3 billion rupiahs
Peningkatan Produksi dan Mutu Benih Kubis Bunga melalui Pemupukan Boron dan Penggunaan Naungan Plastik Transparan
Bunga kubis merupakan sayuran sehat yang banyak diminati konsumen. Dalam peningkatan produksi tanaman sayuran, khususnya bunga kubis maka yang sangat perlu diperhatikan adalah kualitas perbenihannya. Oleh karena itu dilakukan kegiatan penelitian untuk menghasilkan benih bunga kubis yang bermutu. Penelitian bertujuan untuk mengetahui konsentrasi pupuk boron yang tepat dan teknik penanaman untuk peningkatan perbenihan kubis bunga. Penelitian dilakukan di KP Berastagi mulai dari bulan Januari sampai Oktober 2014. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK) pola faktorial dengan empat ulangan. Faktor pertama adalah dosis pupuk boron (B0 = tanpa pupuk boron, B1 = 5 kg/ha, B2 = 10 kg/ha, B3 = 15 kg/ha, B4 = 20 kg/ha, B5 = 25 kg/ha). Faktor kedua adalah teknik penanaman (N1 = tanpa naungan, N2 = menggunakan naungan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian boron 15 kg/ha dapat meningkatkan jumlah cabang, jumlah polong, jumlah dan bobot benih per tanaman, serta persentase benih tumbuh per tanaman pada perbenihan kubis bunga. Pemakaian naungan dapat meningkatkan jumlah tangkai, jumlah polong, jumlah dan bobot benih per tanaman pada perbenihan kubis bunga
Pemanfaatan Pupuk Organik Cair dan Teknik Penanaman dalam Peningkatan Pertumbuhan dan Hasil Kentang
Kentang merupakan salah satu komoditi hortikultura yang kebutuhannya sangat tinggi di pasaran. Namun saat ini produktivitas kentang masih kurang bagus dan masih dibutuhkan suatu tindakan, sehingga produktivitasnya tinggi. Rendahnya produktivitas di antaranya disebabkan pengelolaan budidaya yang belum optimal. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan dosis pupuk organik cair dan teknik penanaman yang tepat untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman kentang. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Berastagi dengan ketinggian tempat 1.340 m dpl., jenis tanah Andisol yang dilaksanakan dari Bulan Agustus sampai Nopember 2012. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok pola faktorial dengan empat ulangan. Perlakuan terdiri atas dua faktor, faktor I ialah dosis pupuk organik cair (C0 = tanpa pupuk organik cair, C1 = pupuk organik cair 3 ml/l air, C2 = pupuk organik cair 6 ml/l air, dan C3 = pupuk organik cair 9 ml/l air) dan faktor 2 ialah teknik penanaman (T1 = tanpa mulsa, T2 = memakai mulsa). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk organik cair dengan dosis 6 ml/l air dan teknik penanaman dengan mulsa dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman kentang sebesar 84,48 dan 98,68% pada umur 1bulan setelah tanam dan 2 bulan setelah tanam. Teknik penanaman kentang menggunakan mulsa dapat menekan serangan penyakit Phytophthora infestans sebesar 32,25% dibandingkan penanaman tanpa mulsa. Pemberian pupuk organik cair dengan dosis 6 ml/l air dan penanaman menggunakan mulsa dapat meningkatkan produksi per plot (95,27%) dan persentase kelas umbi besar (44,27 – 128,77%), serta mengurangi kelas umbi kecil (60,93 – 119,04%)
Karakterisasi Dan Evaluasi Markisa Asam Hibrid Hasil Persilangan Markisa Asam Ungu Dan Merah (Passiflora SP.) (Characterization and Evaluation of Passion Fruit Acid Hybrid From Purple and Red Passion Fruit Acid Crossing)
Persilangan merupakan upaya memperbesar keragaman genetik dengan memadukan sifat tetua untuk mendapatkan varietas unggul. Saat ini tanaman markisa ungu merupakan buah yang memiliki nilai ekonomi tinggi, dan sebagai bahan baku untuk pembuatan sirup. Namun, bobot buah markisa ungu tergolong kecil sehingga perlu dilakukan persilangan antara markisa asam ungu dan merah untuk mendapatkan markisa asam hibrid yang lebih unggul. Penelitian bertujuan mengetahui karakter calon varietas markisa asam hasil persilangan markisa asam ungu dan markisa asam merah, dan melihat keunggulannya dibandingkan dengan markisa asam ungu. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Berastagi, Kecamatan Dolat Rayat, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara, dengan ketinggian tempat 1.340 m di atas permukaan laut (dpl.) dan jenis tanah Andisol. Kegiatan dilakukan pada kurun waktu 2008 – 2010 dengan kegiatan meliputi persilangan antara markisa asam ungu dan merah, serta karakterisasi dan evaluasi yang dilakukan pada benih, daun, dan buah dari markisa asam hibrid dan tetuanya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa markisa asam hibrid mempunyai beberapa keunggulan, antara lain bobot buah lebih besar (110–130 g) dibanding markisa asam ungu dan merah (49,52 – 56,08 g dan 79,21 – 120,51 g), sari buah kental, ukuran buah lebih besar, dan sedikit beraroma jambu biji. Kandungan kimia buah (total padatan terlarut/TSS) buah markisa asam hibrid secara umum sama dengan markisa asam ungu, yaitu 16o Brix, sedangkan markisa asam merah nilainya lebih tinggi, yaitu 19o Brix. Total asam markisa asam hibrid lebih tinggi dibanding dengan kedua tetuanya 4,42%, sedangkan vitamin C lebih rendah, 34,65 mg/100 g bahan. Hasil preferensi konsumen terhadap rasa buah markisa asam ungu dan hibrid menunjukkan bahwa para panelis menyukai rasa kedua markisa tersebut, sedangkan untuk aroma, markisa asam ungu lebih disukai dibanding markisa asam hibrid.KeywordsPassiflora sp.; Markisa asam; Karakterisasi; Evaluasi; Persilanga
Peningkatan Produksi Dan Mutu Benih Wortel (Daucus Carota) Varietas Lokal Melalui Pemangkasan Cabang Dan Pemupukan Boron (Increasing the Production and Quality of Carrot Seed Local Variety Through Branch Pruning and Boron Fertilization)
Teknik perbenihan perlu diperhatikan untuk mendapatkan benih wortel bermutu. Hal ini terjadi dikarenakan oleh teknik perbenihan / pemilihan umbella sebagai sumber bibit kurang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan produksi dan mutu benih wortel melalui perlakuan pemangkasan cabang dan pemberian pupuk boron. Penelitian dilakukan pada bulan Januari-Mei 2014 di kebun percobaan Berastagi, dengan ketinggian ± 1340 meter dpl, jenis tanah andisol. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok faktorial dengan 3 ulangan, dimana faktor 1: Teknik Pemangkasan (P0. Tanpa pemangkasan, P1. Pemangkasan cabang tersier, P2. Pemangkasan cabang primer dan tersier) dan faktor 2 = Dosis Pupuk Boron (Bo. 0, B1. 5 kg/Ha, B2. 10 kg/Ha dan B3. 15 kg/Ha). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemangkasan cabang tersier pada perbenihan wortel dapat meningkatkan jumlah cabang sekunder 15.12% – 23.91%, diameter cabang sekunder 17.87% – 19.97%, bobot kotor benih 66.87 – 70.62%, bobot bersih benih 62.85% – 70.62% dan menurunkan persentase benih hampa 32.82% – 44.52%. Pemberian pupuk boron dengan dosis 15 kg/ha dapat meningkatkan jumlah cabang sekunder 60.89%, bobot kotor benih 59.85%, bobot bersih benih 67.68% dan menurunkan persentase benih hampa ±58.32% dibanding tanpa pemberian boron. Persentase tumbuh benih dapat ditingkatkan (49.28 – 51.89%) dengan perlakuan pemangkasan cabang tersier dan pemberian pupuk boron 5- 10 kg/ha.KeywordsDaucus carota; Pemangkasan cabang; Pupuk boro
Pengaruh Quenching pada Derajat Kristalinitas dan Sifat Mekanik Polietilena dan Polipropilena
PENGARUH QUENCHING PADA DERAJAT KRISTALINITAS DAN SIFAT MEKANIK POLIETILENA DAN POLIPROPILENA. Telah dipelajari pengaruh quenching pada derajat kristalinitas dan sifat mekanik polietilena dan polipropilena. Quenching dilakukan pada beberapa variabel yaitu waktu quenching 10 detik, 60 detik dan 300 detik serta suhu quenching 10 oC, 20 oC, 28 oC dan 30 oC. Hasil percobaan menunjukkan Perubahan titik transien ke steady state terjadi pada waktu quenching 60 detik pada berbagai suhu quenching dan berbagai sifat bahan yang telah dipelajari, ditandai dengan adanya pembelokan gradien tinggi ke rendah. Akibat quenching derajat kristalinitas berpengaruh pada sifat mekanik (kuat luluh dan kuat tarik). Polietilena yang berderajat kristalinitas sekitar 17% menunjukkan kuat luluh sekitar 100 kg/cm2 dan kuat tarik 140 kg/cm2. Polipropilena berindeks Melt Flow 2 (PPMF2) memiliki derajat kristalinitas 47 % menunjukkan kuat luluh 267 kg/cm2 dan kuat tarik 267 kg/cm2, sedangkan contoh bahan polipropilena dengan indeks Melt Flow 35 (MF35) berderajat kristalinitas 39 %, menunjukkan kuat luluh 207 kg/cm2 dan kuat tarik 260 kg/cm2
Pemanfaatan Pupuk Organik Cair dan Teknik Penanaman Dalam Peningkatan Pertumbuhan dan Hasil Kentang
Kentang merupakan salah satu komoditi hortikultura yang kebutuhannya sangat tinggi di pasaran. Namun saat ini produktivitas kentang masih kurang bagus dan masih dibutuhkan suatu tindakan, sehingga produktivitasnya tinggi. Rendahnya produktivitas di antaranya disebabkan pengelolaan budidaya yang belum optimal. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan dosis pupuk organik cair dan teknik penanaman yang tepat untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman kentang. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Berastagi dengan ketinggian tempat 1.340 m dpl., jenis tanah Andisol yang dilaksanakan dari Bulan Agustus sampai Nopember 2012. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok pola faktorial dengan empat ulangan. Perlakuan terdiri atas dua faktor, faktor I ialah dosis pupuk organik cair (C0 = tanpa pupuk organik cair, C1 = pupuk organik cair 3 ml/l air, C2 = pupuk organik cair 6 ml/l air, dan C3 = pupuk organik cair 9 ml/l air) dan faktor 2 ialah teknik penanaman (T1 = tanpa mulsa, T2 = memakai mulsa). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk organik cair dengan dosis 6 ml/l air dan teknik penanaman dengan mulsa dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman kentang sebesar 84,48 dan 98,68% pada umur 1bulan setelah tanam dan 2 bulan setelah tanam. Teknik penanaman kentang menggunakan mulsa dapat menekan serangan penyakit Phytophthora infestans sebesar 32,25% dibandingkan penanaman tanpa mulsa. Pemberian pupuk organik cair dengan dosis 6 ml/l air dan penanaman menggunakan mulsa dapat meningkatkan produksi per plot (95,27%) dan persentase kelas umbi besar (44,27 – 128,77%), serta mengurangi kelas umbi kecil (60,93 – 119,04%)
Multidrug-resistant tuberculosis treatment adherence in migrants: a systematic review and meta-analysis.
BACKGROUND: Multidrug-resistant tuberculosis (MDR-TB) is a growing concern in meeting global targets for TB control. In high-income low-TB-incidence countries, a disproportionate number of MDR-TB cases occur in migrant (foreign-born) populations, with concerns about low adherence rates in these patients compared to the host non-migrant population. Tackling MDR-TB in this context may, therefore, require unique approaches. We conducted a systematic review and meta-analysis to identify and synthesise data on MDR-TB treatment adherence in migrant patients to inform evidence-based strategies to improve care pathways and health outcomes in this group. METHODS: This systematic review and meta-analysis was conducted in line with PRISMA guidelines (PROSPERO 42017070756). The databases Embase, MEDLINE, Global Health and PubMed were searched to 24 May 2017 for primary research reporting MDR-TB treatment adherence and outcomes in migrant populations, with no restrictions on dates or language. A meta-analysis was conducted using random-effects models. RESULTS: From 413 papers identified in the database search, 15 studies reporting on MDR-TB treatment outcomes for 258 migrants and 174 non-migrants were included in the systematic review and meta-analysis. The estimated rate of adherence to MDR-TB treatment across migrant patients was 71% [95% confidence interval (CI) = 58-84%], with non-adherence reported among 20% (95% CI = 4-37%) of migrant patients. A key finding was that there were no differences in estimated rates of adherence [risk ratio (RR) = 1.05; 95% CI = 0.82-1.34] or non-adherence (RR = 0.97; 95% CI = 0.79-1.36) between migrants and non-migrants. CONCLUSIONS: MDR-TB treatment adherence rates among migrants in high-income low-TB-incidence countries are approaching global targets for treatment success (75%), and are comparable to rates in non-migrants. The findings highlight that only just over 70% of migrant and non-migrant patients adhere to MDR-TB treatment. The results point to the importance of increasing adherence in all patient groups, including migrants, with an emphasis on tailoring care based on social risk factors for poor adherence. We believe that MDR-TB treatment targets are not ambitious enough
- …
