7 research outputs found

    Shining the light on public attitudes toward laser attacks on aircraft

    Get PDF
    With increasing incidents being reported, laser attacks present a significant threat to aircraft safety. Although no aircraft accidents have yet been directly attributed to laser attacks to date, experts agree that it is a legitimate threat to safety. To better understand this phenomenon, and ways in which it can be addressed, an important area to understand is the public perception of the severity of such incidents. This would include examining the attitudes the general public hold toward laser attacks, and what views they may hold towards regulation and punishment for these offences. Members of the general public (N=208) completed an online survey that examined their views towards the perceived occurrences and severity of laser attacks, whilst also examining their expectation of criminality and punishment of using a laser against an aircraft. Responses were analysed and presented, with discussion around the nature of public perception and expectation to laser attacks. Mitigations and interventions are explored, focussing on targeted educational/awareness programs that can be used to increase the awareness amongst the general public on the consequences of laser attacks on aircraft

    Pengaruh perbedaan proporsi tepung beras merah dan tapioka terhadap karakteristik fisik serta persepsi responden pada produk bubble

    No full text
    Bubble merupakan produk olahan tapioka yang umumnya berwarna hitam dan berbentuk bulat seperti bola dengan tekstur yang kenyal.Penggunaan tepung beras merah menghasilkan tekstur yang tidak lembut, tidak kenyal, serta memberikan tampilan opaque atau tidak bening. Tepung beras merah memiliki rasio amilosa dan amilopektin rata-rata sebesar 22:78, sedangkan tapioka memiliki rasio sebesar 17:83. Penambahan tapioka diharapkan dapat memperbaiki tekstur bubble. Parameter penelitian yang digunakan adalah uji karakteristik fisik dengan menggunakan 1 faktor yaitu proporsi tepung beras merah dan tapioka sebesar 90:10, 80:30, 70:30, 60:40, dan 50:50, serta metode survei. Rata-rata nilai cooking yield yaitu 112,47-155,61%, rata-rata nilai pengembangan volume yaitu 7,95-18,31%, dan rata-rata nilai sinereis pada jam ke 24-72 adalah 6,47-16,71%. Berdasarkan survei profil 100 responden, sebanyak 83% adalah perempuan, 17% adalah laki-laki, 96% berumur 17-25 tahun dan 4% berumur 26-35 tahun. Sebanyak 75% responden telah menempuh pendidikan terakhir yaitu SMA, 23% telah menempuh S1(sarjana) dan 2% lainnya S2 (magister). Berdasarkan hasil survei persepsi responden, sebanyak 93% mengetahui bahwa tapioka merupakan bahan baku bubble, 3% responden menganggap bahwa bubble terbuat dari tepung ketan putih, sedangkan 4% lainnya menganggap bubble berbahan dasar tepung terigu. Sebanyak 100% responden menyatakan warna bubble pada umumnya adalah hitam. Berdasarkan hasil motivasi dan frekuensi responden mengkonsumsi bubble, sebanyak 40% responden menginginkan bubble karena rasanya yang enak, 36% responden menyatakan mengkonsumsinya karena ingin saja, kemudian 23% responden merasa jika mengkonsumsi bubble akan meningkatkan mood dan 1% responden mengkonsumsi bubble karena sedang tren. Berdasarkan hasil survei ketertarikan responden terhadap bubble tepung beras merah, 100% responden belum pernah dan tertarik untuk mengkonsumsi bubble yang terbuat dari tepung beras merah

    Pengaruh perbedaan proporsi tepung beras merah dan tapioka terhadap karakteristik fisik serta persepsi responden pada produk bubble

    Get PDF
    Bubble merupakan produk olahan tapioka yang umumnya berwarna hitam dan berbentuk bulat seperti bola dengan tekstur yang kenyal.Penggunaan tepung beras merah menghasilkan tekstur yang tidak lembut, tidak kenyal, serta memberikan tampilan opaque atau tidak bening. Tepung beras merah memiliki rasio amilosa dan amilopektin rata-rata sebesar 22:78, sedangkan tapioka memiliki rasio sebesar 17:83. Penambahan tapioka diharapkan dapat memperbaiki tekstur bubble. Parameter penelitian yang digunakan adalah uji karakteristik fisik dengan menggunakan 1 faktor yaitu proporsi tepung beras merah dan tapioka sebesar 90:10, 80:30, 70:30, 60:40, dan 50:50, serta metode survei. Rata-rata nilai cooking yield yaitu 112,47-155,61%, rata-rata nilai pengembangan volume yaitu 7,95-18,31%, dan rata-rata nilai sinereis pada jam ke 24-72 adalah 6,47-16,71%. Berdasarkan survei profil 100 responden, sebanyak 83% adalah perempuan, 17% adalah laki-laki, 96% berumur 17-25 tahun dan 4% berumur 26-35 tahun. Sebanyak 75% responden telah menempuh pendidikan terakhir yaitu SMA, 23% telah menempuh S1(sarjana) dan 2% lainnya S2 (magister). Berdasarkan hasil survei persepsi responden, sebanyak 93% mengetahui bahwa tapioka merupakan bahan baku bubble, 3% responden menganggap bahwa bubble terbuat dari tepung ketan putih, sedangkan 4% lainnya menganggap bubble berbahan dasar tepung terigu. Sebanyak 100% responden menyatakan warna bubble pada umumnya adalah hitam. Berdasarkan hasil motivasi dan frekuensi responden mengkonsumsi bubble, sebanyak 40% responden menginginkan bubble karena rasanya yang enak, 36% responden menyatakan mengkonsumsinya karena ingin saja, kemudian 23% responden merasa jika mengkonsumsi bubble akan meningkatkan mood dan 1% responden mengkonsumsi bubble karena sedang tren. Berdasarkan hasil survei ketertarikan responden terhadap bubble tepung beras merah, 100% responden belum pernah dan tertarik untuk mengkonsumsi bubble yang terbuat dari tepung beras merah

    Perencanaan usaha kecil pengolahan bubble milk tea “boba mates” kapasitas produksi 100 botol per hari

    Get PDF
    Bubble milk tea merupakan minuman yang berasal dari Taiwan, yaitu campuran susu dan pilihan gula yang dipercantik dengan topping bola-bola tapioka. Bola-bola yang menyerupai gelembung menjadi identitas awal dari nama bubble tea. Topping pada bubble tersebut merupakan produk olahan tapioka yang umumnya berwarna hitam dan berbentuk bulat seperti bola dengan tekstur yang kenyal, bisasanya berdiameter 2-8 mm. Bubble yang belum dimasak mempunyai tekstur yang keras, tetapi jika sudah dilakukan pemasakan akan menjadi menjadi translusent dan kenyal serta lembut. Bentuk usaha produksi bubble milk tea “Boba Mates” berupa usaha perorangan dengan kategori kelompok Usaha Mikro Kecil dan Menengah(UMKM). Usaha bubble milk tea “Boba Mates” dijalankan oleh pemilik dengan tambahan pekerja. Produk yang akan diproduksi merupakan bubble milk tea “Boba Mates” yang terbuat dari teh susu, tepung beras merah, tapioka dan gula aren. Produksi minimum “Boba Mates” dalam sehari ialah 100 botol yang dikerjakan selama 20 hari per bulan dengan 8 jam kerja per hari. Produksi dilakukan di Jalan Guntur No.25, Oro-oro Dowo, Kecamatan Klojen, Kota Malang, Jawa Timur. Seluruh tahapan proses produksi dan distribusi dilakukan oleh pemilik usaha dan karyawan yang meliputi penimbangan bahan baku dan pembantu, proses pencampuran, pengulenan, pencetakan, perebusan, dan pengemasan. Hasil analisa ekonomi bubble milk tea “Boba Mates” menunjukkan bahwa ROR setelah pajak sebesar 185,31% dengan MARR sebesar 13,25%, POT setelah pajak sebesar 6 bulan 20 hari dan BEP sebesar 57,33%. Berdasarkan faktor teknis dan ekonomi, unit usaha bubble milk tea “Boba Mates” yang direncanakan layak untuk dikembangkan lebih lanjut

    Proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO (Crude Palm Oil) di PT Rea Kaltim Plantations, Kutai Kartanegara

    No full text
    Minyak kelapa sawit adalah salah satu dari empat minyak nabati utama (kelapa sawit, kedelai, rapeseed dan bunga matahari), yang bersama-sama menyumbang lebih dari 80% dari total pasar (luar negeri) minyak nabati dan lemak. Buah sawit adalah sumber bahan baku Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel Oil (PKO). CPO dihasilkan dari daging buah sawit, sedangkan PKO dihasilkan dari inti buahnya. PT Rea Kaltim Plantations adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit yang telah beroperasi sejak tahun 1994. Pabrik Perdana Oil Mill (POM) PT Rea Kaltim Plantation memproses CPO dengan kualitas yang baik serta didukung oleh sumber daya manusia yang besar. Proses utama pengolahan CPO antara lain: penimbangan, grading, perebusan, threshing, pressing, clarification, dan penyimpanan. PT Rea Kaltim Plantation dipilih sebagai tempat pelaksanaan PKIPP dikarenakan perusahaan ini merupakan penghasil komoditi pertanian di bidang perkebunan kelapa sawit yang merupakan komoditas unggulan dan utama serta yang terbesar di Indonesia. Tujuan dari Praktek Kerja Industri Pengolahan Pangan ini adalah untuk mempelajari dan memahami penerapan teori yang telah diperoleh selama perkuliahan serta mengetahui, melatih, memahami secara langsung tahapan proses pengolahan CPO, terutama pada proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, pengendalian mutu CPO, sanitasi, pengolahan limbah dan manajemen perusahaan di PT Rea Kaltim Plantations

    Proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO (Crude Palm Oil) di PT Rea Kaltim Plantations, Kutai Kartanegara

    Get PDF
    Minyak kelapa sawit adalah salah satu dari empat minyak nabati utama (kelapa sawit, kedelai, rapeseed dan bunga matahari), yang bersama-sama menyumbang lebih dari 80% dari total pasar (luar negeri) minyak nabati dan lemak. Buah sawit adalah sumber bahan baku Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel Oil (PKO). CPO dihasilkan dari daging buah sawit, sedangkan PKO dihasilkan dari inti buahnya. PT Rea Kaltim Plantations adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit yang telah beroperasi sejak tahun 1994. Pabrik Perdana Oil Mill (POM) PT Rea Kaltim Plantation memproses CPO dengan kualitas yang baik serta didukung oleh sumber daya manusia yang besar. Proses utama pengolahan CPO antara lain: penimbangan, grading, perebusan, threshing, pressing, clarification, dan penyimpanan. PT Rea Kaltim Plantation dipilih sebagai tempat pelaksanaan PKIPP dikarenakan perusahaan ini merupakan penghasil komoditi pertanian di bidang perkebunan kelapa sawit yang merupakan komoditas unggulan dan utama serta yang terbesar di Indonesia. Tujuan dari Praktek Kerja Industri Pengolahan Pangan ini adalah untuk mempelajari dan memahami penerapan teori yang telah diperoleh selama perkuliahan serta mengetahui, melatih, memahami secara langsung tahapan proses pengolahan CPO, terutama pada proses pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, pengendalian mutu CPO, sanitasi, pengolahan limbah dan manajemen perusahaan di PT Rea Kaltim Plantations

    Cleared for Take-off? Management-Labour Partnership in the European Civil Aviation Industry

    No full text
    As product and labour markets within the European Union are liberalized and deregulated, industrial relations regulation appears to shift from national to sector and company levels. Nonetheless, company-based initiatives such as management-labour partnerships are still more likely to flourish in coordinated rather than liberal market economies. This is demonstrated in this article by a contextualized comparison of three national airlines. While Lufthansa has been able to develop an innovative, long-term competitive strategy, both British Airways and Aer Lingus have been permitted, if not compelled, to pursue short-term, cost-minimizing strategies inimical to their management-labour partnerships
    corecore