1,866 research outputs found

    Studi Komparatif Pencucian Alat Makan dengan Perendaman dan Air Mengalir Terhadap Jumlah Kuman Pada Alat Makan di Warung Makan Bu Am Gonilan

    Get PDF
    Peralatan makanan yang digunakan untuk penyajian makanan harus memenuhi kriteria mulai dari bahan peralatan, keutuhan peralatan, fungsi dan kebersihan alat makan. Jumlah kuman merupakan salah satu indikator kebersihan alat makan. Di kalangan masyarakat ada 2 metode pencucian alat makan yang sering digunakan, yaitu air mengalir dan perendaman. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan jumlah kuman antara pencucian alat makan menggunakan metode perendaman dan air mengalir. Jenis penelitian ini adalah eksperimen dengan metode pretest-postest tanpa kelompok kontrol, sampel penelitian ini adalah 3 macam peralatan makan berjumlah 18 buah terdiri dari 6 sendok, 6 piring dan 6 gelas dengan pengambilan sampel secara simple random sampling,. Hasil uji laboratorium menunjukkan rata-rata penurunan jumlah kuman pada sampel piring sebesar 1192,5 koloni/cm2 untuk perendaman dan 3140 koloni/cm2 untuk air mengalir. Pada sendok sebesar 78,3 koloni/cm2 untuk perendaman dan 1735 koloni/cm2 untuk air mengalir. Pada gelas sebesar 25 koloni/cm2 untuk perendaman dan 110 koloni/cm2 untuk air mengalir. Hasil uji statistik menggunakan t-test independent menunjukkan ada perbedaan antara jumlah kuman pada alat makan yang dicuci dengan menggunakan teknik perendaman dan air mengalir

    Pengaruh Pemberian Antibodi Anti-Inhibin terhadap Timbulnya Antibodi Anti-Idiotipik pada Mencit

    Get PDF
    Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut. Pemberian antibodi anti-inhibin kelinci secara berulang dapat memicu pembentukan antibodi anti-idioipik mencit. Terdapat persamaan antigenik antara inhibin dan antibodi anti-idiotipik mencit berdasarkan reaksinya terhadap antibodi anti-inhibin kelinci. Pemberian antibodi anti-inhibin kelinci dapat menekan jumlah imuno¬globulin pada mencit. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut: 1) pada pemberian antibodi anti-inhibin pada spesies yang berbeda sebaiknya perlu dipikirkan interval pemberiannya untuk mengurangi timbulnya antibodi anti-idiotipik; 2) perlu penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh antibodi anti-inhibin terhadap timbulnya antibodi anti-idiotipik pada spesies yang sama

    KAJIAN ANTIBODI HASIL INDUKSI EARLY PREGNANCY FACTOR (EPF) SEBAGAI BAHAN ANTIFERTILITAS

    Get PDF
    Teknologi sebagai alat dalam bidang peternakan merupakan hal yang mutlak diperlukan dalam rangka menyediakan protein hewan senyampang dengan pertambahan penduduk yang semakin meningkat. Early Pregnancy Factor (EPF) merupakan protein yang dihasilkan oleh induk hewan yang bunting sebagai respon imun terhadap terjadinya kebuntingan, akibatnya kejadian biologis seperti birahi dan ovulasi tidak lagi terjadi. Anti-EPF dapat dibuat dengan cara memberikan EPF berulang pada kelinci jantan dalam pelarut Freunds komplit dan inkomplit. Anti-EPF yang diperoleh di uji keberadaannya secara kualitatif dengan menggunakan metode dot blot dan western blot, sedangkan uji kuantitatif untuk mengetahui jumlah anti-EPF dilakukan dengan uji Elisa. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi dan mengisolasi EPF dari serum mencit yang bunting, membuat anti-EPF dari kelinci jantan serta menguji biopotensi anti-EPF dalam menghambat proses implantasi pada mencit. Dua puluh tujuh ekor mencit betina digunakan dalam penelitian untuk mengidentifikasi dan mengisolasi EPF, enam ekor kelinci lokal jantan digunakan untuk memproduksi anti-EPF dan dua puluh tujuh ekor mencit betina dibutuhkan untuk uji biopotensi anti-EPF sebagai antifertilitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa isolasi darah mencit secara intra kardial yang berhasil menjadi serum sekitar 55% dan kurang dari 30% nya berhasil diisolasi menjadi isolat protein pada 180 kD dengan menggunakan teknik SDS-PAGE. Selanjutnya umur kebuntingan mencit dapat diketahui dari gambaran uterus mencit pasca bedah. Anti-EPF dapat dibuat dengan melakukan imunisasi EPF pada kelinci jantan dalam ajuvan Freunds dan antibodi yang timbul dapat diketahui dan diukur titernya dengan menggunakan teknik dot blot dan metode Elisa tidak langsung. Anti-EPF sebagai agen antifertilitas dapat menurunkan jumlah anak sekelahiran sebesar 20 � 35 %. Disarankan agar anti-EPF dapat digunakan sebagai agen antifertilitas yang efektif perlu mendapatkan perhatian tentang masalah dosis, aplikasi dan waktu pemberian

    Mekanisme molekuler penularan virus flu burung h5Ni dari manusia ke hewan (Model Transmisi Virus Flu Burung pada Hewan Coba)

    Get PDF
    Avian influenza adalah penyakit vIral pada unggas termasuk ayall1 dan unggas liar yang disebabkan oleh virus influenza tipe A Seiam pada unggas, virus avian influenza dapat pula ll1enyerang ll1all1aiia tennasuk man usia. Sejak tahun 2003 virus Avian influenza subtipe H5NI telah menyebabkan wabah Flu Burung pada unggas dari tahun ke tahun. Bahkan virus Flu Btlrung sudah ll1enyebabkan kasus pada ll1anusia, dill1ana tidak kurang dari 399 orang telah dilaporkan terinfeksi virus Avian Influenza subtipe PO,l1 dan 2S1 diantaranya ll1eninggal dunia. Di Indonesia? angka orang yang terinfeksi Avian Influenza subtipe HSN I lebih darl 141 orang dan 115 orang dintaranya meninr;· .. (WHO,2011). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nidoll1 dkk (200G) ll1enunjukan kucing yang berada di pasar wilayah Surabaya telah terinfeksi olch ,il Avian Influenza subtipe H5Nl dan ll1ell1iliki kCll1ungkinan sebagai hospes peril; penularan virus Avian Influenza subtype HSNI ke ll1anusia. Selain itu, berdasarLn penelitian yang dilakukan oleh Revianny (2008) ditemukan 2 virus HSN I pada ayam i.L pasar Surabaya tanpa ll1enunjukkan gejala klinis. Virus Avian Influenza subtype If::: yang saat ini banyak menginfeksi ayam di Indonesia termasuk dalam subdade 2.1.3 ;.11 ll1emiliki kemampuan untuk menginfeksi hewan (unggas) dan manusia. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan karakter ll101ekuler virus Avi; Influenza subtipe HSNI yang diisolasi dari apangan serta menganalisis kak ll10lekuler genoma virus Avian Influenza subtipe H5Nl dan patogenisitas virus Influenza subtipe H5NI yang diinfeksikan pada hewan coba monyet dan ayam (mod;. penularan virus AI HSN1 dari manusia ke hewan). Sall1pai dengan akhir penelitian sudah berhasil diperoleh sampel dari lapangan sebanyak 1.607 swab (86S swab ayam, 127 swab bebek, 94 swab burung puyuh, 178 swab kucmg dan 343 swab babi). Hasil uji HA ll1enunjukkan 83 sampeJ dari ayam dan 19 dari burung puyuh positif uJI HA, sementan1 dari hasil uji RT-PCR ada 8 sampeJ dan ayam dan 1 sampe dari burtmg puyuh PI) terhadap gen HA (HS). Berdasarkan analisis pohon filogenetik geTl HA, semua virus v,, . diisolasi termasuk subclade 2.1.3. Sedangkan dari analisis pohon filogenetik gen HA N. dan PB2, virus-virus yang berhasil diisolasi terbagi mcnjadi dua kelompok, dan be; dari virus yang sudah bersirkulasi di Indonesia selama ini

    Perbaikan mutu semen beku sapi perah friesien holstein melalui penambahan osteopontin dalam media pembekuan

    Get PDF
    Osteopontin adalah protein yang memegang peranan penting dalam keberhasilan fertilisasi. Penelitian ini bertlljuan untuk menjelaskan mekanisme peningkatan fertilisasi sapl mengglffiakan spermatozoa yang disimpan dal(]m nKrlia pembekuan dengan penarnbahan Osteopontin. Secara khusus menjelaskan karakterisasi OSleopontin dari semen sapi berdasarkan ekspresi Osteopontin pada membran spermatozoa, heral molekul dan konsenlraSI osteopontin. Manfaat dari penelitian ini adalah memberikau infonnasi sceara ilmiah tentang keberadaan osteopontin pada plasma membran spenllatozoa. Berdasarkan penclitian dl dapatkan hasil yailll plasma membran spermatozoa sapi perah mengekspresikan Osteopontm dengan berat moleku1 55 kDa dan konsentrasi Osteopontin hasil Isolasi memhran spennatozoa sapi berkisar antara 0.125 sampai 2125 ~lg/1l1I

    A NITROGEN-ENRICHED NEBULA AROUND P-CYGNI

    Get PDF
    We have detected extended nebular emission in [S II]λλ6716,6731, [N II] λ6584,6584andHα on a long-slit spectrum offset by 9 arcsec from P Cyg. Anomalously strong [Ni II]λ6666.8 emission was also detected. The [S II] doublet ratio yields an electron density of 600 cm–3. The [N II] and [S II] lines have been used to derive an N/S ratio which is insensitive to the adopted value of electron temperature. The N/S ratio is 33 ± 5 by number, five times higher than solar, implying that the material has undergone CN-cycle processing which has converted most of the original carbon into nitrogen

    Gangguan fungsi reproduksi berupa infertilitas dan sterilitas gonad akibat malnutrisi secara seluler, in vivo dan in vitro

    Get PDF
    Penelitian ini dilakukan dengan tujuan jangka panjang untuk perbaikan mutu temak melalui informasi ilmiah tentang efek buruk dan merugikan akibat malnutrisi bagi temak betina yang dipelihara. Adapun target khusus adalah memberikan informasi ilmiah tentang efek malnutrisi terhadap gangguan fungsi reproduksi berupa infertiltas dan sterilitas gonad (ovarium) pada men cit betina sebagai hewan model. Metode yang digunakan adalah : Mus musculus betina dibuat mengalami malnutrimelalui pemuasaan selama 1,2,3,4, dan 5 hari hanya diberi minum ad libitum dibandingkan dengan kontrol yang tetap diberi pakan secara normal 300-400 gram perhari per ekor dan air minum ad libitum. Selanjutnya dilakukan pengamatan melalui beberapa tahapan, yaitu 1. secara invivo berdasarkan penilaian terhadap tanda-tanda birahi dari betina berupa tanda kesediaan betina menerima pejantan (diam bila dinaiki); 2. secara seluler berdasarkan pemeriksaan sediaan histologis dari organ ovarium, berdasarkan penghitungan jumlah Folikel Subordinat (Folikel sekunder dan tersier), Folikel Dominan dan Corpus Luteum dan pemeriksaan histopatologis; dan 3. secara invitro berdasarkan pemeriksaan vaginal smear 5 kali siklus birahi. HasH dari penelitian menunjukkan perbedaan yang signifikan antara mencit betina yang dibuat mengalami malnutrisi dibandingkan dengan kontrol, dimana pada mencit perlakuan malnutrisi menyebabkan terjadinya penurunan tanda birahi (estrus) berupa penurunan kesediaan betina menerima pejantan, tergaggunya proses perkembangan folikulogenesis berupa penurunan bahkan tidak terbentuknya folikel sub ordinat atau dominan ataupun terbentuknya korpus luteum persisten (CLP) dan gangguan pada siklus reproduksi serta gambaran histopatologis ovariumnya berupa hiperemia, oedema, congesti dan nekrosis

    KARAKTERISASI PROTEIN NEURAMINIDASE VIRUS AVIAN INFLUENZA SEBAGAI ANTIGEN DIAGNOSTIK UNTUK PENENTU SUBTIPE H5Nl

    Get PDF
    Virus AI subtype H5Nl adalah virus RNA yang termasuk ke dalam family Orthomyxoviridae dan merupakan virus influenza tipe A Virus AI subtype H5Nl dapat menginfeksi berbagai spesies unggas dan mamalia, termasuk man usia. Virus AI subtype H5Nl tersusun atas 8 segmen gen yang menyandi 10 macam protein Di antara kesepuluh protein, protein NA memiliki beberapa fungsi penting, antara lain sebagai penentu inang, penentu patogenitas virus, memfasilitasi proses penetrasi virus ke dalam scI, mclepaskan partikel virus yang sudah dibentuk dari sel, mencegah virion yang sudah terbentuk menempel kembali pada reseptor asam sialat dan menentukan timbulnya respons imun pada inang. PeneHtian ini betujuan untuk mengetahui berat molekul protein NA virus AI subtype H5Nl, antigenisitas protein NA vims AI subtype H5Nl terhadap antibodi antiH5Nl, H5N2 dan H5N9, serta reaktivitas protein NA virus AI subtype H5NI terhadap antibodi anti-H5Nl, H5N2 dan H5N9. Virus AI subtype H5Nl yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil isolasi dari daerah wabah di Kabupaten Blitar. Virus yang berasal dari swab tracheal dan cloacal atau organ internal (paru, trachea, limpa, ginjal, otak, atau pankreas) diisolasi pada telur ayam berembrio (TAB) atau telur itik berembrio (TIB) dan diidentifikasi terhadap antibodi anti-H5NI dengan uji HI. Protein NA virus AI subtype H5Nl kemudiarl dikarakterisasi dengan teknik SDS-P AGE untuk menentukan berat molekul. Antigenisitas protein NA ditentukan berdasarkan reaktivitas terhadap antibnodi anti-H5Nl, anti-H5N2 dan anti-H5N9 dengan teknik western blot dan indirect-ELISA

    PRODUKSI PROTEIN TYROSIN KINASE HASIL ISOLASI SPERMATOZOA SAPI : Alternatif Meningkatkan Kualitas Produksi Semen Beku

    Get PDF
    Upaya meningkatkan daya reproduktivitas ternak sapi perah salah satunya adalah dengan teknik Inseminasi Buatan yang telah lama dan sudah diterima oleh masyarakat peternak. Dengan teknik Inseminasi Buatan akan memperbaiki mutu genetik ternak sapi perah dengan membuat semen beku yang berasal dari pejantan unggul, hal ini merupakan salah satu Cara meningkatkan efisiensi reproduksi. Proses pembekuan semen ini juga menimbulkan kendala antara lain Post Thawing Motility (PTM) hanya berkisar 40%, selanjutnya akibat pembekuan dan proses thawing akan mengakibatkan kerusakan akrosoir spermatozoa, kerusakan membran sel dan penurunan sumber energi yang pada akhirnya menyebabkan penurunan motilitas dan metabolisme sel spermatozoa. Kerusakan seluler dari membran plasma spermatozoa sangat terkait dengan kondisi integritas membran, motilitas dan kemampuan spermatozoa untuk membuahi sel telur. Kondisi di atas sangat menentukan angka fertilitas dan produksi embrio in. Fertilisasi dimulai dengan peristiwa pengenalan spesilik sel yang melibatkan membran plasma spermatozoa dengan konstituen glikoprotein zona pelusida (ZP3) Mernbran plasma spermatozoa terdiri dad lipid dan protein. Protein membran ini yang mempunyai peranan dalam proses fertilisasi yakni melalui adhesi spermatozoa � zona pelusida dan mediator utama pengenalan garnet ini adalah tyrosin kinase . Penelitian ini bertujuan untuk melakukan karakterisasi dan isolasi protein tyrosin kinase dari membran spermatozoa sapi peral, sebagai bahan bioaktif yang dapat digunakan untuk meningkatkan kecepatan fusi spermatozoa-zona pelusida dan tujuan jangka panjang adalah menunjang program tnseminasi buatan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ternak sapi perah. Subyek penelitian ini adalah protein tyrosin kinase yang diperoleh dari hasil pemisahan membran spermatozoa, identifikasi protein membran dengan SDS-PAGe dan isolasi protein tyrosin kinase dengan Elusi. Penelitian ini meliputi aspek-aspek : Pemisahan protein membran plasma spermatozoa sapi perah dengan teknik sentrifugasi Identifikasi PTK dari membran plasma spermatozoa sapi perah dengan SDS PAGE Isolasi PTK dengan teknik elektro elusi Pembuatan anti-PTK pada kelinci lokal jantan serta pengukuran nilai Optical Dens/0 (OD) dengan Indirect ELISA Pengujian laboratoris isolat PTK yang ditambahkan dalam media TCM 199 sebagai media fertilisasi in vitro yang digunakan dalam proses fertilisasi in vitro Sampel yang digunakan dalam penyediaan isolat protein tyrosin kinase adalah semen sapi perah sebanyak 160 ml dari 20 kali pengambilan selanjutnya dilakukan pemisahan dengan sentrifugasi untuk memisahkan pellet (spermatozoa) dengan supernatan (plasma semen). Pellet yang diperoleh dilakukan identifikasi protein dengan SDS-PAGE untuk mendapatkan pita-pita protein, selanjutnya pita-pita protein yang menunjukkan beat molekul 95 kDa dipotong dan dilakukan elusi untuk mendapatkan isolat protein tyrosin kinase. Pembuatan antibodi terhadap protein tyrosin kinase (PTK) digunakan 5 ekor kelinci lokal jantan. satu ekor digunakan sebagai kontrol yaitu disuntik dengan PBS + CFA masing-masing dengan dosis 150 µl/Sc, Perlakuan 2 (P2) sebanyak 2 ekor disuntik dengan PTK + CFA masing-masing dengan dosis 100 µl/Sc, dan Perlakuan 3 (P3) sebanyak 2 ekor disuntik dengan PTK + CFA masing-masing dengan dosis 150 1allSc, booster dilakukan dua kali yaitu pada minggu ke-3 dan minggu ke-7. pengambilan darah (bleeding) dilakukan mulai minggu ke 1, minggu ke 3 s/d minggu ke 11, yang diambil dari vena auricularis. Serum yang diperoleh digunakan untuk uji spesifisitas secara kualitatif dengan metode dot blot dan secara kuantitatif dengan Indirect Elisa. Uji laboratoris isolat PTK dilakuan secara invitro menggunakan oosit yang telah dimaturasi dan semen sear sapi perah yang telah dikapasitasi. Selanjutnya isolat PTK ditambahkan dalarn TCM-199. PO (kontrol) media TCM tanpa penambahan PTK, P1: TCM + i t1 PTK, P2 : TCM + 3 µl PTK, P3 : TCM + 5 pi PTK dan P4 : TCM + 7 µl PTK. Kemudian dibuat 5 tetes mikro 50 µ1 yang mengandung TCM pada masing-masing perlakuan dalam cawan petri, keMudian ditambahkan oosit dan spermatozoa. Kemudian inkubasi dalam inkujator CO2 dan diamati kecepatan fusi spermatozoa-ZP selama 1, 2 dan 3 jam. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap sedangkan data kuantitatif dari nilai OD berdasarkan pembacaan dengan Elisa Reader dianalisis dengan Anova. Sedangkan kecepatan fusi spermatozoa- ZP diuji dengan Kruskal Wallis. Hasilnya terlihat gradasi warna biru keunguan yang lebih gelap terdapat pada bleeding ke 4/minggu ke-4 setelah booster I. Selanjutnya gradasi warna lebih gelap juga terlihat pada bleeding ke-8lminggu ke-8 dan bleeding ke-9/minggu ke-9 setelah booster II. Hail ini menunjukkan bahwa konsentrasi antibodi terhadap PTK sangat tinggi path bleeding ke-4, ke-8 dan ke-9 dibandingkan dengan bleeding ke-3,5,6,7, dan 10 karena setelah dilakukan booster maka akan menimbulkan respon imun meningkat. Uji spesifisitas secara kuantitatif dengan Indirect Elisa. Berdasarkan uji statistik menggunakan Kruskal Wallis, kecepatan fusi spermatozoa-zona pelusida pada P1 (39,67),P2 (48,78) ,P3 (57,89) dan P4 (64,72) berbeda nyata dengan PO (16,44) (p<0,05). Sedangkan antara P1, P2 dan P3 secara statistik tidak berbeda nyata (p>0,05). Pada PO (kontrol) tanpa penambahan PTK dalam TCM tampak kumulus oophorus yang mengelilingi oosit masih sangat kompleks dan ikatan antar sel kumulus sangat erat. Hal ini berbeda dengan PI (penambahan 1% PTK dalam TCM), P2 (penambahan 3% PTK dalam TCM) dan P3 (penambahan 5% PTK dalam TCM) terlihat ikatan antar sel-sel kumulus sudah mulai renggang sehingga memudahkan sel spermatozoa mencapai zona pelusida. Sedangkan pada P4 (penambahan 7% PTK dalam TCM) ikatan antar sel-sel kumulus merenggang dan terlepas sehingga set-sel spermatozoa dapat mencapai zona pelusida balikan telah ada yang rnasuk ke dalam ruang perivitelin. Kesimpulan yang dapat diambil dari hash penelitian ini adalah bahwa protein tyrosin kinase (PTK) dapat diisolasi dari membran plasma spermatozoa sapi dengan metode Elusi, Isolat PTK dapat menimbulkan respon imun (antibodi terhadap PTK) pads kelinci jantan dan penambahan isolat PTK dalam TCM dapat meningkatkan kecepatan fusi spermatozoa-zona pelusida. Dari hash penelitian ini dapat disarankan untuk menambahkan isolat PTK dalam media yang digurakan dalam prosesing semen beku yang bertujuan untuk meningkatkan post thawing motility dan pada akhirnya dapat meningkatkan angka kebuntingan pada ternak khususnya sapi pera

    Mekanisme molekuler penularan virus flu burung h5Ni dari manusia ke hewan (Model Transmisi Virus Flu Burung pada Hewan Coba)

    Get PDF
    Avian influenza adalah penyakit vIral pada unggas termasuk ayall1 dan unggas liar yang disebabkan oleh virus influenza tipe A Seiam pada unggas, virus avian influenza dapat pula Menyerang mamalia tennasuk manusia. Sejak tahun 2003 virus Avian influenza subtipe H5NI telah menyebabkan wabah Flu Burung pada unggas dari tahun ke tahun. Bahkan virus Flu Btlrung sudah Menyebabkan kasus pada Manusia, dill1ana tidak kurang dari 399 orang telah dilaporkan terinfeksi virus Avian Influenza subtipe PO,l1 dan 2S1 diantaranya ll1eninggal dunia. Di Indonesia? angka orang yang terinfeksi Avian Influenza subtipe HSN I lebih darl 141 orang dan 115 orang dintaranya meninr;· .. (WHO,2011). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nidoll1 dkk (200G) ll1enunjukan kucing yang berada di pasar wilayah Surabaya telah terinfeksi olch ,il Avian Influenza subtipe H5Nl dan ll1ell1iliki kCll1ungkinan sebagai hospes peril; penularan virus Avian Influenza subtype HSNI ke ll1anusia. Selain itu, berdasarL"n penelitian yang dilakukan oleh Revianny (2008) ditemukan 2 virus HSN I pada ayam i.L pasar Surabaya tanpa ll1enunjukkan gejala klinis. Virus Avian Influenza subtype If::': yang saat ini banyak menginfeksi ayam di Indonesia termasuk dalam subdade 2.1.3 ;.11' ll1emiliki kemampuan untuk menginfeksi hewan (unggas) dan manusia. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan karakter ll101ekuler virus Avi; Influenza subtipe HSNI yang diisolasi dari \apangan serta menganalisis kak ll10lekuler genoma virus Avian Influenza subtipe H5Nl dan patogenisitas virus Influenza subtipe H5NI yang diinfeksikan pada hewan coba monyet dan ayam (mod;." penularan virus AI HSN1 dari manusia ke hewan). Sall1pai dengan akhir penelitian sudah berhasil diperoleh sampel dari lapangan sebanyak 1.607 swab (86S swab ayam, 127 swab bebek, 94 swab burung puyuh, 178 swab kucmg dan 343 swab babi). Hasil uji HA ll1enunjukkan 83 sampeJ dari ayam dan 19 dari burung puyuh positif uJI HA, sementan1 dari hasil uji RT-PCR ada 8 sampeJ dan ayam dan 1 sampe\ dari burtmg puyuh PI)' terhadap gen HA (HS). Berdasarkan analisis pohon filogenetik geTl HA, semua virus v,', . diisolasi termasuk subclade 2.1.3. Sedangkan dari analisis pohon filogenetik gen HA N.\ dan PB2, virus-virus yang berhasil diisolasi terbagi mcnjadi dua kelompok, dan be; dari virus yang sudah bersirkulasi di Indonesia selama ini
    corecore