Penyisihan Fe, Warna, dan Kekeruhan pada Air Gambut Menggunakan Metode Elektrokoagulasi

Air gambut umumnya memiliki warna merah kecoklatan, pH asam, kekeruhan tinggi, dan logam besi tinggi yang konsentrasinya melebihi baku mutu air bersih. Elektrokoagulasi merupakan metode elektrokimia untuk pengolahan air dimana pada anoda terjadi pelepasan koagulan aktif berupa ion logam Aluminium ke dalam larutan. Tujuan penelitian ini mengetahui pengaruh waktu kontak dan jenis elektrolit pendukung terhadap penyisihan Fe, warna dan kekeruhan. Penelitian dilakukan dalam skala laboratorium dengan sistem batch dan kontinyu. Variasi yang digunakan adalah jenis elektrolit pendukung NaCl pro analisis 0,01M, NaCl teknis 0,01M, NH4Cl 0,01M dan K2SO4 0,01M serta waktu kontak 30 menit, 60 menit, 90 menit, dan 120 menit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses elektrokoagulasi dengan penambahan elektrolit pendukung NH4Cl menghasilkan efisiensi terbaik dengan penyisihan Fe sebesar 90,92%, warna sebesar 84,93%, dan kekeruhan sebesar 99,94% dengan waktu pengolahan 120 menit. Aplikasi elektrokoagulasi menggunakan reaktor kontinyu dengan penambahan elektrolit pendukung NaCl teknis mampu menyisihkan warna sebesar 88,43%, kekeruhan 92,71%, dan logam Fe terlarut sebesar 91,30%. Hasil pengolahan tersebut telah memenuhi baku mutu air bersih

Influence of Electrode Distance on Electrical Energy Production of Microbial Fuel Cell Using Tapioca Wastewater

Microbial fuel cell is one alternative technology that can be used to simultaneously solve problems related with wastewater production and energy demand. This study investigates the influence of electrode distance on power density in microbial fuel cell using tapioca wastewater. Graphite sheet without metal catalyst was used for both electrodes, separated by Nafion membranes. Four variations of electrode distance were used. MFC with highest electrode distance give the highest equilibrium OCV (676 mV), while the MFC with shortest electrode distance give the highest power density (7.74 mW/m2). EIS measurement suggested that the charge transfer resistance is dominant in all MFC configuration. Wastewater COD removal were in the range of 35-46 %, which were in accordance with the power density for all MFC

Dynamic and Steady Model Development of Two-Chamber Batch Microbial Fuel Cell (MFC)

As an alternative source of renewable energy that has piqued researchers’ interest, Microbial Fuel Cell’s (MFC) limitation of low power density requires further development. Various factors affect the performance, but performing all will be costly and time-consuming. Through a combination of dynamic and steady-state mathematical model modified from past research, effect of microbe types towards dynamic biofilm formation and stead-state OCV can be observed, followed by steady-state simulation to determine maximum power density and its’ corresponding voltage. Similarity with previous research has been observed, with maximum OCV of 838.93 mV achieved by heterotrophic biomass in 75-100 hours with biofilm thickness of 2.087 x 10-4 m, while generating maximum power density of 2050.12 mW//m2 and voltage of 408.16 mV. Lowest OCV value of 838.76 mV was observed in C. sporogenes in 450-475 hours with a biofilm thickness of 2.079 x 10-4 m, while the lowest value of maximum power density was observed in anaerobic microbial communities at 8.48 mW/m2 with voltage of 90.43 mV. Furthermore, it has been observed that variations with higher  and lower  results in higher stead-state OCV in the shortest amount of time, while increasing power density and its’ corresponding voltage. @font-face {font-family:"Cambria Math"; panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:roman; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-536869121 1107305727 33554432 0 415 0;}@font-face {font-family:Calibri; panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-family:swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-469750017 -1073732485 9 0 511 0;}p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; margin:0cm; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman",serif; mso-fareast-font-family:"Times New Roman"; mso-ansi-language:EN-US;}.MsoChpDefault {mso-style-type:export-only; mso-default-props:yes; font-size:10.0pt; mso-ansi-font-size:10.0pt; mso-bidi-font-size:10.0pt; font-family:"Calibri",sans-serif; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-ansi-language:IN; mso-fareast-language:IN;}div.WordSection1 {page:WordSection1;

Medical nutrition therapy in patients with severe malnutrition, unresectable gastric cancer and percutaneous endoscopic gastrostomy (PEG)

The yearly burden of stomach cancer is expected to rise to 1.8 million new cases and 1.3 million deaths by 2040. These indicate rises of almost 63% and 66%, respectively, from 2020. This case aim to describe medical nutrition therapy in patients with unresectable gastric cancer and percutaneous endoscopic gastrostomy (PEG)

Alternatif Pemanfaatan Lahan Bekas Tempat Pembuangan Akhir Sampah Sebagai Lahan Produktif Di Kotamadya Yogyakarta

ABSTRAK Lahan bekas Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) dipandang sebagai lahan yang sudah tidak produktif lagi. Selain menimbulkan pemandangan yang tidak indah dilihat mata, lahan bekas TPAS juga dapat mengganggu linglcungan sekitarnya antara lain adalah sebagai sumber penyakit, menyebabkan polusi udara / bau bahkan seringlcali dihuni secara liar. Masalah - masalah tersebut di atas dapat dicegah dengan memanfaatkan lahan bekas TPAS sebagai lahan yang lebih produktif. Penelitian ini selain bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh pemanfaatan lahan bekas TPAS tersebut bagi penduduk yang menempati dan apakah pemanfaatan tersebut sesuai dengan kuat dukung tanahnya, juga mencari alternatif pemanfaatan lahan tersebut sebagai lahan produktif baik untuk TPAS yang masih aktif maupun yang sudah tidak aktif tetapi belum dimanfaatkan. Penelitian dilakukan di 3 lokasi TPAS, yaitu Jalan Ahmad Jazuli sebagai lahan yang sudah jadi dan sudah dimanfaatkan, TPAS Gedong Kuning (sebelah utara kebun binatang Gembira Loka) sebagai lahan yang sudah tidak aktif dan belum dimanfaatkan dengan baik dan TPAS Jatimulyo sebagai lahan yang masih aktif. Dan penelitian ini dapat disimpullcan bahwa pemanfaatan lahan bekas TPAS telah merubah kondisi linglcungan yang semula kumuh menjadi berntanfaat dan indah dipandang. Hal ini dapat dilihat dari pemanfaatan lahan bekas TPAS di Jalan Akmad Jazuli oleh pendatang dari daerah lain (sekarang Taman Garuda), sebagai pemukiman dan lahan usaha, seperti kerajinan rotan, kios btinga, alcuarium dan bengkel. Usaha ini bahkan semakin berkembang, terbukti dari meningkatnya pendapatan dan bertambahnya kesempatan kerja. Namun demikian pemyataan tersebut di atas kurang mendapat dukungan dari faktor lain yang disebabkan oleh ketidaksesuaian antara kuat dukung tanah dengan manfaatnya. Beberapa bangunan mengalami rekahan disebabkan oleh sifat - sifat tanah yang merupakan "tanah" tidak stabil karena selalu mengalami perubahan kepadatan oleh proses pembusukan. Perhatian dan pembinaan pemerintah yang berwewenang terhadap kekurangtahuan para penghuni mengenai sifat - sifat lahan tersebut sangat kurang. Hal .ini menyebabkan masyarakat setempat tidak mengetahui cara - cara yang aman untuk mendirikan bangunan di daerah tersebut. Deng-an membandingkan kondisi pemanfaatan lahan bekas TPAS di Jalan Akmad Jazuli, diberikan altematif pemanfaitan lahan bekas TPAS di Gedong Kuning dan Jatimulyo, yang dengan pertimbangan lokasi dan Rencana Umum Tata Ruang Kota serta kondisi lahan, dapat dimanfaatkan untuk pendirian suatu bangunan yang bersifat sederhana

Vitamin E Extraction from Magnesium Salts of Palm Fatty Acid Distillates

This research studied how the type of organic solvent and the number of extraction stages affect the vitamin E cumulative extraction yield and recovery rate from Mg-PFAD. First, PFAD was saponified to produce Mg-PFAD, then vitamin E was extracted from the Mg-PFAD using ethanol, isopropanol, or hexane, followed by evaporation to produce vitamin E concentrate. Three-stage hexane extraction with a solvent to Mg-PFAD mass ratio of 3 kg solvent/kg Mg-PFAD produced the highest vitamin E recovery rate. Organic solvent with a lower polarity gave a higher extraction yield and recovery rate of vitamin E from Mg-PFAD. In general, an increase of the number of extraction stages led to an increase of the vitamin E extraction yield and recovery rate from Mg-PFAD

Vitamin E Extraction from Magnesium Salts of Palm Fatty Acid Distillates

This research studied how the type of organic solvent and the number of extraction stages affect the vitamin E cumulative extraction yield and recovery rate from Mg-PFAD. First, PFAD was saponified to produce Mg-PFAD, then vitamin E was extracted from the Mg-PFAD using ethanol, isopropanol, or hexane, followed by evaporation to produce vitamin E concentrate. Three-stage hexane extraction with a solvent to Mg-PFAD mass ratio of 3 kg solvent/kg Mg-PFAD produced the highest vitamin E recovery rate. Organic solvent with a lower polarity gave a higher extraction yield and recovery rate of vitamin E from Mg-PFAD. In general, an increase of the number of extraction stages led to an increase of the vitamin E extraction yield and recovery rate from Mg-PFAD

Evaluation of Bio-Corrosion on Carbon Steel by Bacillus Megaterium in Biodiesel and Diesel Oil Mixture

Biodiesel can act as carbon source for bacterial metabolisms, leading to corrosion of carbon steel. In this study, the corrosion of carbon steel by biodiesel blends (B15, B20, B30) was observed in the presence of Bacillus megaterium. The effect of biodiesel concentration on microorganism-induced corrosion was investigated by electrochemical impedance spectroscope (EIS), scanning electron microscope (SEM) and digital microscope. The results showed that under various biodiesel concentrations, Bacillus megaterium can grow and form biofilm on carbon steel. Based on the impedance analysis, their presence can increase the corrosion rate and cause pitting corrosion because the biofilm can change the electrochemical reactions in the metal or the interface solution and the kinetics of the anodic cathodic reactions. Also, Bacillus megaterium produces acid metabolites and can oxidize iron. Besides being influenced by Bacillus megaterium activities, the pitting formed on carbon steel depends on the biodiesel concentration. The results showed a great deal of shallow pit formation in B30, exacerbating the severity of metal roughness