4,168 research outputs found
Mikroflora pada Tempoyak
Tempoyak adalah makanan khas Bengkulu, yang dibuat dari fermentasi spontan daging buah durian (Durio zibet- hinus) oleh mikroorganisme liar. Tempoyak juga bisa dijumpai di berbagai daerah Indonesia di sepanjang pulau Sumatera dengan nama yang berbeda, bahkan sampai ke Malaysia. Istilah tempoyak berasal dari terminolgi Melayu yang artinya adalah durian fermentasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi mikroorganisme yang terdapat pada tempoyak. Data dari penelitian ini adalah data primer dari analisa laboratorium. Sampel tempoyak diambil dari pasar-pasar tradisional yang ada di Bengkulu. Sampel diambil selama satu bulan dengan kisaran waktu satu kali sem- inggu. Mikroorganisme diisolasi dari sampel, dibedakan atas bakteri, khamir dan jamur. Mikroorganisme dimurnikan dan diidentifikasi. Ada empat species bakteri asam laktat pada tempoyak yaitu Pediococcus acidilactici, Lactobacillus plantarum, Lactobacillus curvatus dan Leuconostoc mesentroides. Ada dua species bakteri, terdapat pada tempoyak yang tidak tergolong kedalam bakteri asam laktat, yaitu Staphylococcus saprophyticus dan Micrococcus varians. Ada satu species dari khamir yang teridentifikasi yaitu Kluyveromyces marxianus. Jamur yang teridentifikasi adalah Rhizo- pus oryzae, Monilia sitophila, Mucor roxii, Aspergillus repens dan Penicillium sp. Diantara spesies-spesies tersebut tiga spesies mampu memproduksi asam laktat yaitu Rhizopus oryzae, Monilia sitophila, dan Mucor roxii. Sedangkan A. ripens dan Penicillium sp. tidak memproduksi asam laktat. Dua spesies ini tergolong species yang tidak menguntung- kan dalam proses fermentasi tempoyak
PENGARUH KOMPENSASI, KEPEMIMPINAN DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA DAN DAMPAKNYA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA INDUSTRI MAKANAN DAN MINUMAN DI KAWASAN INDUSTRI MAKASSAR
The success of a company can be considered with the presence of human resources
in carrying out specific activities in the company. In the Industrial Companies listed
in Kima, the employees are identified low in their work performance, discipline,
cooperation, leadership, initiatives and skills, particularly in terms of job satisfaction.
Therefore, this study aimed to examine and analyze the effect of compensation, leadership
and work environment on employee performance as well as the effect of job satisfaction
on employee performance in Food and Beverage Industries in Makassar Industrial area.
In this study the data were collection with questionnaires technique. The data were
analysis with SEM assumption, test of model feasibility, interpretation and model
modification, identification problem evaluation, and evaluation on criteria of goodness-
of-fit model.
The analysis results on the effect of compensation on job satisfaction indicated that
the compensation had positive and significant impacts on job satisfaction. Another result
showed that leadership had positive and significant effects on job satisfaction. The
analysis on the work environment on job satisfaction resulted a parameter estimation that
there were positive and insignificant findings of compensation variables on employee
performance. In addition, this study found that the work environment had positive and
significant influences toward employee performance.
Keywords: Compensation, Leadership, work environment, job satisfaction and employee performanc
BIOREMEDIASI LAHAN TAMBAK MENGGUNAKAN BIOTA BUDIDAYA
Hasanuddin. 2015. Bioremediasi Lahan Tambak Menggunakan Biota Budidaya. Tesis Magister. Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala, di bawah bimbingan Muyassir dan Z.A. Muchlisin.ABSTRAKPenurunan produktivitas lahan tambak, akibat menurunnya kualitas tanah dasar tambak karena akumulasi limbah dan bahan organik dari limbah kegiatan budidaya, atau dari sumber alami seperti plankton, lumut dan tumbuhan air lainnya yang mati mengendap di dasar tambak sebagai sedimen yang berpotensi sebagai sumber bahan beracun bagi kegiatan budidaya. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan upaya untuk mencari metode alternatif untuk memperbaiki kualitas tanah tambak yang lebih efektif dan ekonomis, dengan memanfaatkan biota budidaya itu sendiri sebagai bioremediator alami. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap 7 taraf perlakuan ikan nila, ikan bandeng, dan udang serta kombinasinya, dan 1 taraf perlakuan kontrol dengan masing masing 3 kali ulangan dengan total 24 unit, dengan padat tebar ikan 2 ekor/m2, udang 4 ekor/m2 yang dilakukan pada kolam ukuran 3 x 8 m2. Parameter yang diukur adalah : (1) kualitas tanah (2) kualitas air, dan (3) tingkat kehidupan dan biomas produksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan biota budidaya berpengaruh nyata terhadap kualitas tanah (bahan organik, C-organik, fosfor, besi) dan kualitas air (pH air, nitrit, fosfat), berdasarkan persentase perubahan pada setiap perlakuan dan analisis Post Hoc Multiple Range Test menurut Duncan menunjukkan bahwa ikan nila dapat menjadi bioremediator terbaik, karena dapat mengurangi bahan organik (24,6%), C-organik (24,8%), N-total, (28,2%), dan meminimalisir penurunan kadar fosfor tanah terkecil (57,5%) serta dapat mengurangi bahan organik total air (83,2%). Sedangkan sistem budidaya yang yang terbaik adalah polikultur udang-bandeng-nila karena dapat meningkatkan produktivitas lahan dan menciptakan kondisi lingkungan yang lebih stabil.Kata kunci : Lahan tambak, biota budidaya dan bioremediasi.Hasanuddin. 2015. Bioremediation of Aquaculture Pond Using Cultured Organisms. Magister Thesis of, Syiah Kuala University, Under supervision of Muyassir and Z.A. Muchlisin.ABSTRACTThe decreasing of land productivity was caused by low quality of soil and water due to accumulation of waste and organic matters from aquaculture practices. It is very crucial to find the practical technique to overcome this problem. Therefore, the objectives of present study were to evaluate the effect of bioremediation method using three species of aquatic organisms; tilapia (Tilapia nilotica), tiger prawn (Penaeus monodon Fab) and milkfish (Chanos chanos). The completely randomized design was utilized in this study, the treatment was : (A) control, (B) shrimp at stocking density of 4 shrimp/m2, (C) milkfish at stocking density of 2 fish/m2, (D) tilapia at stocking density of 2 fish/m2, (E) shrimp-milkfish at stocking density of 2 shrimp/m2 and 4 fish/m2, (F) shrimp-tilapia at stocking density of 2 shrimp/m2 and 4 fish/m2, (G) milkfish-tilapia at stocking density of 1 fish/m2 and 1 fish/m2, and (H) shrimp-milkfish-tilapia at stocking density of 4 shrimp/m2, 1 fish/m2 and 1 fish/m2. Every treatment was done at three replications. The experimental unit was 24 aquaculture ground ponds of 3 m x 8 m in size. The result showed that the differences of bioremediator species was gave a significant effect on the soil quality (organic matter, C-organic, phosphorus and iron) and water quality (pH, nitrite, phosphate). Based on the percentages change in each treatment and Duncan Post Hoc Multiple Range Test showed that the tilapia was the best bioremediator, because this species can decrease organic matter (24,6%), C-organic (24,8%), N-total (28,2%), and minimize the decreasing of phosphorus (57,5%) in soil and also redusing organic matter on water (83,2%). In adddition, the polyculture of shrimp-milkfish-tilapia was a reasonable aquaculture system to be applied in relation to increase pond production and improve the environment quality. Keywords: Fish-pond, aquaculture organisms and bioremediation
- …
