11 research outputs found
Fotodegradasi Fenol Dengan Katalis TiO2 P25 Berpenyangga Batu Apung
Modifikasi fotokatalis TiO2 dengan batu apung sebagai penyangga untuk mendegradasi senyawa fenol telah dilakukan. Batu apung yang sudah mengalami perlakuan awal dilapisi oleh sol TiO2, yang berasal dari prekursor TiO2 P25, dengan menggunakan metode dip coating. Komposit TiO2-batu apung tersebut dikarakterisasi dengan SEM-EDS dan BET, kemudian diaplikasikan untuk mendegradasi fenol dengan menggunakan reaktor batch yang dilengkapi oleh lampu merkuri 250 W. Konsentrasi fenol dianalisis dengan Spektrofotometer UV-Vis. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa penambahan udara pada sistem reaksi dapat meningkatkan kinerja katalis komposit. Pengaruh tersebut lebih nyata pada komposit dengan loading TiO2 rendah (2,5%) yang mencapai sekitar 5 kali lipat. Pada katalis 2,5%TiO2-batu apung, laju alir udara optimal dicapai pada 100 ml/menit, dengan tingkat degradasi terhadap 10 ppm fenol mencapai 100% selama 2,5 jam. Sementara itu pada katalis 25%TiO2-batu apung, waktu yang dibutuhkan untuk degradasi fenol sampai batas baku mutu (0,5 ppm) pada konsentrasi awal fenol 10 ppm, 50 ppm, 100 ppm, dan 1000 ppm masing- masing adalah 3 jam; 5,7 jam; 6,9 jam; dan 16,9 jam
ESTIMASI SUMBERDAYA BIJIH BESI DARI DATA GEOLISTRIK TAHANAN JENIS DUA DIMENSI (RESISTIVITY 2-D) DAN GEOMAGNET DI PT. RAJAA NAUFAL MANDIRI, PROPINSI LAMPUNG
PT. Rajaa Naufal Mandiri melakukan eksplorasi guna mengetahui keberadaan bijih besi di daerah izin usaha pertambangan yang dimiliki. Bijih besi pada umumnya berbentuk intrusi dan tidak merata, sehingga metode penelitian yang cocok digunakan adalah metode Geolistrik tahanan jenis (Resistivity) 2D dan metode Geomagnet.
Metode yang dapat memberikan gambaran bawah permukaan tanah secara umum tanpa penggalian adalah metode geofisika dengan menggunakan metode geolistrik tahanan jenis (resistivity) 2D. Penyelidikan geolistrik tahanan jenis ini menggunakan konfigurasi Wenner - Schlumberger, penyelidikan ini dibatasi pada penentuan variasi tahanan jenis bawah tanah secara vertikal maupun horizontal. Metode geomagnet bermanfaat untuk mengetahui keberadaan benda magnetik di bawah permukaan bumi dengan menangkap pancaran gelombang anomali magnetik.
Tujuan Penelitian ini adalah memperoleh nilai tahanan jenis dari tiap-tiap lapisan batuan yang dilalui lintasan geolistrik secara vertikal dan horizontal, serta mendapatkan data anomali magnetik dari setiap lintasan geolistrik yang telah diukur, sehingga dapat menduga penyebaran bijih besi pada daerah tersebut.
Pengambilan data tahanan jenis ini menggunakan alat Nainura NRD-22S. Data hasil pengukuran diolah dengan Program Res2DInv. Pengolahan data dilakukan dengan pemasukan data kedalam program dan penggambaran untuk kemudian mendapatkan permodelan 2D yang berupa penampang vertikal lintasan geolistik. Selanjutnya dilakukan interpretasi model dan nilai tahanan jenis tiap batuan pada penampang vertikal tersebut. Geomagnet menggunakan Magnetometer G-816 dan datanya dikombinasikan dengan hasil pengolahan geolistrik yang didapatkan hasil berupa wilayah pengaruh bijih besi.
Setelah di lakukan pengambilan, pengolahan dan interpretasi data maka dapat diketahui estimasi sumberdaya bijih besi sebesar 184.704,1 m
. Lintasan yang dianggap prospek untuk diteliti lebih lanjut dengan pemboran inti (coring) atau test pit adalah lintasan 1, 2, 7, 5, 9, 10, 12, 13, 16 dan 18. Hal ini bisa dilihat pada penampang resistivity 2D.
Pengantar Manajemen Pengelolaan Nilai Manfaat Dana Abadi Umat melalui Program Kemaslahatan BPKH untuk Kemaslahatan Umat Islam
Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) adalah badan hukum publik yang dibentuk atas amanah Undang-Undang Nomor 34 tahun 2014 tentang pengelolaan keuangan haji. Salah satu tujuan pengelolaan keuangan haji adalah untuk meningkatkan manfaat bagi kemaslahatan umat Islam melalui program kemaslahatan. Program kemaslahatan BPKH didanai oleh nilai manfaat Dana Abadi Umat dan merupakan kegiatan bantuan sosial sebagaimana Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan, sesuai ketentuan undang-undang program kemaslahatan meliputi kegiatan pelayanan ibadah haji, pendidikan dan dakwah, kesehatan, sosial keagamaan, ekonomi umat, serta pembangunan sarana dan prasarana ibadah. Program kemaslahatan BPKH merupakan hal baru yang hadir sebagai bentuk lain dari Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan ditengah-tengah ekosistem filantropi Islam Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan studi literature dan komparasi atas manajemen pengelolaan nilai manfaat Dana Abadi Umat sebagai program kemaslahatan umat dan manajemen pengelolaan dana ZISWAF (Zakat Infak Sedekah dan Wakaf) untuk kemaslahatan umat. Selain keberadaan dana ZISWAF, nilai manfaat Dana Abadi Umat melalui program kemaslahatan diharapkan memiliki peranan penting kedepan sebagai salah satu solusi dana sosial untuk mengurangi kemiskinan dan kebodohan di tanah air melalui kegiatan pendidikan dan dakwah serta pemberdayaan ekonomi umat. Oleh karena itu, peranan manajemen pengelolaan nilai manfaat Dana Abadi Umat yang transparan, syariah dan akuntabel menjadi sangat diperlukan
Analisis Dampak Pandemi Covid-19 & Pola Kerja WFH Terhadap Produktivitas Sumber Daya Manusia (Studi Kasus di BMKG Kota Bogor)
The Covid-19 Virus pandemic has made changes to all work activities in the world including Indonesia. The implementation of WFH (Work From Home) work patterns certainly has an influence on work productivity. This research was conducted at the Bogor City BMKG Office office, with the aim of knowing the influence of the Covid-19 Virus and WFH (Work From Home) work patterns on human resource productivity. The quality of work, and the timeliness while working becomes difficult to measure, so it is necessary to conduct research in order to understand how the Covid-19 Virus pandemic and WFH work patterns affect HUMAN PRODUCTIVITY This study has implications for the world of work that wants to measure productivity to determine the direction of the Company's policies in the future, including in government agencies. This research is quantitative research, using questionnaires distributed to 30 civil servant respondents of the Operational engineering and management work unit at the BMKG Office and also through the study of journal article literature. The method used is multiple Linear regression using SPSS 25 application with Descriptive Statistical Test, Classical Assumption Test, Normality Test, Multicoliniarity Test, Heteroskedasticity Test, Atocorrelation Test. The results showed that the variable impact of Covid-19 (X1) significant value is 0.127 > 0.05, so it can be concluded that H0 is accepted and H1 is rejected. This means that there is no effect of the impact of covid (X1) on human resources productivity (Y). Variable Working pattern WFH (X2) significant value is 0.710 > 0.05, then it can be concluded that H0 is accepted and H1 rejected. This means that there is no effect of the impact of covid (X1) on human resources productivity (Y). Variable Working pattern WFH (X2) significant value is 0.710 > 0.05, then it can be concluded that H0 is accepted and H1 rejected. This means that there is no influence of WFH (X1) work patterns on HR productivity (Y). In this study, it can be concluded at the BMKG Office of Bogor City Covid-19 Pandemic and WFH work patterns have no effect on human resources productivit
Fotodegradasi Fenol Dengan Katalis TiO2 P25 Berpenyangga Batu Apung
Modifikasi fotokatalis TiO2 dengan batu apung sebagai penyangga untuk mendegradasi senyawa fenol telah dilakukan. Batu apung yang sudah mengalami perlakuan awal dilapisi oleh sol TiO2, yang berasal dari prekursor TiO2 P25, dengan menggunakan metode dip coating. Komposit TiO2-batu apung tersebut dikarakterisasi dengan SEM-EDS dan BET, kemudian diaplikasikan untuk mendegradasi fenol dengan menggunakan reaktor batch yang dilengkapi oleh lampu merkuri 250 W. Konsentrasi fenol dianalisis dengan Spektrofotometer UV-Vis. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa penambahan udara pada sistem reaksi dapat meningkatkan kinerja katalis komposit. Pengaruh tersebut lebih nyata pada komposit dengan loading TiO2 rendah (2,5%) yang mencapai sekitar 5 kali lipat. Pada katalis 2,5%TiO2-batu apung, laju alir udara optimal dicapai pada 100 ml/menit, dengan tingkat degradasi terhadap 10 ppm fenol mencapai 100% selama 2,5 jam. Sementara itu pada katalis 25%TiO2-batu apung, waktu yang dibutuhkan untuk degradasi fenol sampai batas baku mutu (0,5 ppm) pada konsentrasi awal fenol 10 ppm, 50 ppm, 100 ppm, dan 1000 ppm masing- masing adalah 3 jam; 5,7 jam; 6,9 jam; dan 16,9 jam.
Biofilm composite design on pumice stone for phenol degradation in batik industrial waste
Photodegradation of Methylcyclohexane in Two Phases with Modified-titania Immobilized on Pumice
Detection of potentially skin sensitizing hydroperoxides of linalool in fragranced products
On prolonged exposure to air, linalool can form sensitizing hydroperoxides. Positive hydroperoxide patch tests in dermatitis patients have frequently been reported, but their relevance has not been established. Owing to a lack of analytical methods and data, it is unclear from which sources the public might be exposed to sufficient quantities of hydroperoxides for induction of sensitization to occur. To address this knowledge gap, we developed analytical methods and performed stability studies for fine fragrances and deodorants/antiperspirants. In parallel, products recalled from consumers were analysed to investigate exposure to products used in everyday life. Liquid chromatography-mass spectrometry with high mass resolution was found to be optimal for the selective and sensitive detection of the organic hydroperoxide in the complex product matrix. Linalool hydroperoxide was detected in natural linalool, but the amount was not elevated by storage in a perfume formulation exposed to air. No indication of hydroperoxide formation in fine fragrances was found in stability studies. Aged fine fragrances recalled from consumers contained a geometric mean linalool concentration of 1,888 μg/g and, corrected for matrix effects, linalool hydroperoxide at a concentration of around 14 μg/g. In antiperspirants, we detected no oxidation products. In conclusion, very low levels of linalool hydroperoxide in fragranced products may originate from raw materials, but we found no evidence for oxidation during storage of products. The levels detected are orders of magnitude below the levels inducing sensitization in experimental animals, and these results therefore do not substantiate a causal link between potential hydroperoxide formation in cosmetics and positive results of patch tests
