73 research outputs found
Perancangan Dan Pembuatan Alat Bantu Cekam Pada Mesin Sekrap Untuk Mengerjakan Proses Freis
Ringkasan Dalam dunia industri, proses pemesinan dengan menggunakan mesin perkakas merupakan proses yang paling banyak digunakan. Khususnya dalam membuat komponen-komponen mesin, hal ini disebabkan karena mesin perkakas mampu membentuk produk yang lebih teliti serta lebih tepat. Hampir semua produk dapat dibentuk dengan menggunakan mesin perkakas.Mesin perkakas dibedakan tidak hanya dalam jumlah mata potong yang digunakan, tetapi juga dalam cara penggerakan perkakas dan benda kerja dalam hubungannya satu sama lain . Namun dengan memodifikasi atau menambah alat pada suatu jenis mesin perkakas (Jig dan Fixture), maka mesin perkakas tersebut dapat ditingkatkan kemampuan kerjanya seperti yang akan dilakukan dalam skripsi ini, yaitu membuat alat bantu tambahan pada mesin sekrap (shaping) sehingga mesin sekrap dapat juga melakukan proses freis. Proses yang dapat dilakukan adalah proses freis vertikal,dengan spesifikasi pengerjaan untuk membuat alur (misal alur pasak),membuat lubang,membuat slot T, dan freis rata
Integrasi Agama dan Sains dalam Persfektif Seyyed Hossein Nasr
Seyyed Hossein Nasr, seorang filsuf dan cendekiawan Islam terkemuka, mengajukan pemikiran yang mendalam mengenai integrasi agama dan sains. Nasr berargumen bahwa sains modern, yang sering kali terjebak dalam pandangan dunia materialistik dan reduksionis, seharusnya dipadukan dengan pemahaman agama untuk memberikan gambaran yang lebih lengkap dan holistik tentang alam semesta. Menurutnya, agama dan sains bukanlah dua entitas yang terpisah, melainkan dua jalan yang saling melengkapi dalam upaya memahami kebenaran yang lebih tinggi. Nasr mengkritik sains yang mengabaikan dimensi spiritual dan metafisik dari realitas, serta menekankan pentingnya menjadikan sains sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, dengan prinsip-prinsip etika yang berpijak pada ajaran agama. Ia mengajak umat manusia untuk kembali pada pandangan dunia yang melihat alam semesta sebagai ciptaan Tuhan yang memiliki tujuan dan makna, yang hanya dapat dipahami secara menyeluruh melalui sintesis antara pengetahuan ilmiah dan spiritual. Dalam pemikirannya, Nasr melihat integrasi agama dan sains sebagai jalan untuk menyelesaikan krisis moral dan eksistensial yang dihadapi dunia modern
Simultaneous Determination of Piroxicam and Codeine Phosphate Hemihydrate in a Pharmaceutical Dosage Form Using Validated HPLC Method
تم تطوير وتوثيق طريقة تحليلية من أجل التعيين المتواقت لمادتي البيروكسيكام والكودئين فوسفات باستخدام كروماتوكرافيا العمود السائلة عالية الأداء (HPLC) حيث تتمتع هذه الطريقة بالبساطة، الانتقائية والدقة. حُقّق الفصل الاستشرابي بواسطة استخدام عمود الفصل C18 من نوع (BDS Hypersil 5μ, 150 mm x 4.6 mm) واستُخدم الميتانول: وقاء فُسفاتي (4:6 حجم/حجم، pH=2.3) كطور متحرك بمعدل جريان 1.1 مل/دقيقة واستخدم طول موجة مكشاف 214 نانومتر. أُجريت اختبارات ملاءمة النظام لتقييم مدى ملاءمة وفعالية النظام الاستشاربي بأكمله. حُسب زمن احتباس مادتي البيروكسيكام والكودئين فوسفات فكانتا 3.95 و1.460 دقيقة، على التوالي. وأجُري التحقق من مصدوقية الطريقة التحليلية المطورة من حيث الخطية والدقة والمضبوطية والنوعية وحد الكشف وحد التقدير الكمي. حيث كان حد الكشف وحد الكم لمادة البيروكسيكام 1.92 مكغ/مل و6.336 مكغ/مل، على التوالي. أما حد الكشف وحد الكم لمادة الكودئين فوسفات فكانتا 0.29 مكغ/مل و0.95 مكغ/مل، على التوالي. أظهرت كلا المادتين الدوائيتين استجابة خطية ضمن المجال 5-50 مكغ/مل. تهدف هذه الدراسة إلى تطوير طريقة تحليلية باستخدام جهاز الاستشراب عالي الأداء والتحقق من مصدوقيتها، ويمكن استخدام الطريقة المقترحة لتقدير هذه الأدوية في الأشكال الجرعية التوليفية لها.An easy, eclectic, precise high-Performance Liquid Chromatographic (HPLC) procedure was evolved and validated to estimate of Piroxicam and Codeine phosphate. Chromatographic demarcation was accomplished on a C18 column [Use BDS Hypersil C18, 5μ, 150 x 4.6 mm] using a mobile phase of methanol: phosphate buffer (60:40, v/v, pH=2.3), the flow rate was 1.1 mL/min, UV detection was at 214 nm. System Suitability tests (SSTs) are typically performed to assess the suitability and effectiveness of the entire chromatography system. The retention time for Piroxicam was found to be 3.95 minutes and 1.46 minutes for Codeine phosphate. The evolved method has been validated through precision, limit of quantitation, specificity, limit of detection linearity and accuracy. (LOD) was 1.92 mg/mL and (LOQ) was 6.336 mg/mL for Piroxicam, whereas (LOD) for Codeine phosphate was 0.29 mg/mL and (LOQ) was 0.95 mg/mL. Piroxicam and Codeine phosphate showed a linear signal in the domain of 5-50 µg/mL for each compound. This research presided to evolve and validate an HPLC method, and the proposed procedure can be used to estimate these drugs in their combined dosage forms
PERENCANAAN SISTEM KOMUNIKASI KABEL LAUT LINK BATAM-PONTIANAK DENGAN TEKNOLOGI DENSE WAVELENGTH DIVISION MULTIPLEXING ( DWDM ) UNTUK MENGAKOMODASI KEBUTUHAN KANAL S/D 2009 SUBMARINE CABLE COMMUNICATION SYSTEM NETWORK PLANNING ON BATAM-PONTIANAK LINK BY US
ABSTRAKSI: Persoalan penting dalam penyaluran informasi adalah efektifitas pengunaan dari kapasitas kanal yang diperlukan sejalan dengan semakin meningkatnya jumlah trafik. Secara praktek, penggabungan dari sinyal yang mempunyai lebar pita frekuensi atau laju bit yang rendah kedalam suatu saluran tunggal sehingga menampung kapasitas tinggi banyak dilakukan. DWDM adalah salah satu teknik pengabunggan pada komunikasi optik yang mengumpulkan cahaya dari beberapa sumber dengan panjang gelombang bebeda untuk ditransmisikan secara bersama dalam serat optik tunggal. Pada tugas akhir ini, sistem komunikasi kabel laut point to point menghubungkan Batam-Pontianak direncanakan untuk melengkapi topologi ring antara Sumatera-Jawa-Kalimantan. Hal ini berguna apabila salah satu link mengalami masalah, maka bisa dirutekan ke link yang lain. Perencanaan mengunakan teknologi DWDM yang menggabungkan sinyal SDH 5×2,5 GBps (STM-16) dan terdiri dari 5 EDFA yang mengunakan gain sebesar 33 dB untuk mencapai level daya diatas sensitivitas detektor penerima. Selain itu, dalam perencanaan ini dibahas mengenai efek nonlinearitas pada NZDSF dan SSMF, penentuan rute kabel optik, perlengkapan dari terminal utama dan kabel laut, dan pencatuan daya listrik sistem. Diharapkan sistem komunikasi yang direncanakan dapat mengakomodasi kebutuhan kanal hingga tahun 2009 dengan tingkat performansi yang handal.Kata Kunci : ABSTRACT: An important issue in the field of information transmission is the effective utilization of the capacity channel under the requirements of dynamically increasing traffic. In practice, the multiplexing of many low bandwidth or low bit rate signals into high capacity trunks does this. DWDM is one of multiplexing scheme in optical communication that modulated light from several sources of distinct wavelength are required to be transmitted simultaneously over a single fiber. In this final assignment, an optical sea cable transmission point to point link connecting Batam-Pontianak will be designed to configure ring topology Sumatera-Jawa-Kalimantan. Therefore, if trouble occurred at one particular point of link, it can be reroute to another. The design uses DWDM that multiplex 5×2,5 GBps (STM-16) SDH signals and consists of five EDFA with gain 33 dB to achieve power level above the sensitivity of detector. Moreover, in the network design also discussed about nonlinearity effect on SSMF and NZDSF, optical fiber route, terminal and optical sea cable equipment, and power electric supply for the system. It is hope that the communication system can accommodate the traffic demand up to 2009 with good performance level.Keyword
Enhancing Farmers’ Knowledge and Sustainable Agriculture through Coconut Husk Utilization in Kalikur Village
Purpose: This program aimed to enhance farmers' knowledge of coconut husk waste management by transforming it into cocopeat, an eco-friendly planting medium. The initiative sought to promote sustainable agriculture and provide economic benefits for the community.
Method: A participatory approach was used, involving community engagement through observation, socialization, training, and hands-on practice. The process included theoretical discussions, practical demonstrations, and knowledge assessments through pre- and post-tests.
Practical Applications: Farmers learned to convert coconut husks into cocopeat using simple tools. The training increased awareness of waste management and provided an alternative planting medium with high water retention and nutrient content, benefiting agricultural productivity.
Conclusion: The program successfully increased participants’ knowledge by 57%, demonstrating the effectiveness of agricultural extension in improving local resource utilization. Future efforts should focus on continued training and mentorship to ensure sustainable implementation and long-term benefits
PELATIHAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PABRIK SAGU KOTA BOGOR BAGI KARYAWAN PABRIK
Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) pada aktivitas kerja termasuk dalam salah satu target pembangunan berkelanjutan yaitu pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi. Kualitas kerja yang baik pada suatu pekerjaan dapat meningkatkan kinerja karyawan dalam memproduksi barang maupun jasa yang dihasilkan. Pabrik pengolahan sagu menjadi pati sagu merupakan salah satu areal kerja yang cukup banyak menyerap tenaga kerja dengan beberapa risiko kecelakaan kerja seperti bahaya kebakaran. Pemahaman karyawan pabrik perlu ditingkatkan dalam rangka meminimalisir kejadian kecelakaan kerja di pabrik. Tujuan dilakukannya pengabdian masyarakat ini antara lain memperkenalkan budaya K3 di lingkungan kerja dan peningkatan pemahaman karywan dalam penggunaan alat pemadam api ringan (APAR). Hasil pengabdian masyarakat menunjukkan peningkatan pemahaman karyawan dalam mengaplikasikan APAR serta meningkatkan pemahaman karyawan terhadap kondisi-kondisi yang dapat memicu terjadinya kebakaran dan melakukan tindakan pengendalian yang tepat, selain itu penerapan K3 di pabrik telah dilakukan seperti penggunaan alat pelindung diri
PENYULUHAN PEMBUATAN PESTISIDA NABATI DAUN PEPAYA PADA KELOMPOK TANI TUNAS HARAPAN DI DESA CIKEAS
Penyuluhan adalah proses penyebaran informasi dan pembelajaran kepada sasaran penyuluhan, khususnya kelompok tani Tunas Harapan di Desa Cikeas, yang bertujuan untuk meningkatkan produksi tanaman dan mengurangi ketergantungan pada pestisida kimia. Penyuluhan pestisida nabati pada 23 Mei 2024 menggunakan media pembelajaran non-formal seperti PowerPoint, leaflet, dan banner. Penggunaan metode partisipatif masyarakat atau Participatory Rural Appraisal (PRA) memudahkan penyuluhan ini dalam mengumpulkan data observasi dari pre-test dan post-test, dan data kualitatif dari wawancara masyarakat. Partisipasi masyarakat Desa Cikeas termasuk dalam praktik pembuatan pestisida nabati berbahan baku daun pepaya, sabun cuci piring, dan minyak goreng yang mudah ditemukan di sekitar. Senyawa papain dalam daun pepaya yang berfungsi sebagai racun kontak organisme pengganggu tanaman (OPT), adalah alasan pemilihan daun pepaya sebagai bahan utama pestisida nabati. Hasil pengolahan data pretest responden masyarakat Desa Cikeas ditemukan permasalahan minimnya ilmu pengetahuan para petani seputar pestisida nabati dan terbatasnya kesediaan bahan baku tersebut. Adapun hasil pengolahan data posttest ternyata membangkitkan rencana tindak lanjut petani, berupa ketertarikan untuk menjadikan pestisida nabati daun pepaya sebagai alternatif dalam pengendalian OPT di Desa Cikeas
PENYULUHAN PEMBUATAN PESTISIDA NABATI KEPADA KELOMPOK WANITA TANI SEKAR ASRI DI DESA CIHERANG
Salah satu masalah yang sering dihadapi para petani adalah gagal panen dikarenakan hama dan penyakit yang menyerang tanaman mereka. Bahan kimia yang digunakan untuk membunuh atau mengendalikan hama adalah pestisida. Petani di Desa Ciherang sering menggunakan pestisida kimia untuk mengatasi masalah hama ini. Selain karena produk pestisida kimia banyak dijual di pasaran, juga pestisida kimia ini efektif dan cepat dalam membasmi hama. Namun, penggunaan pestisida kimia dalam jangka panjang dan terus menerus dapat menimbulkan efek berbahaya bagi lingkungan. Alternatif penggunaan pestisida nabati yang lebih ramah lingkungan dan tidak beracun akan menjadi alternatif yang lebih baik dibandingkan penggunaan pestisida kimia. Pengembangan masyarakat ini menggunakan metode penyuluhan, metode penyuluhan yang digunakan yaitu pemaparan materi serta demonstrasi langsung untuk memastikan petani mendapat informasi lengkap mengenai risiko penggunaan pestisida kimia serta potensi bahan alami sebagai bahan baku pengendalian hama sehingga dapat meningkatkan produktivitas tanaman dan hasil sayuran
PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DALAM KETAHANAN PANGAN PADA MASA RESILIENSI DI KELURAHAN KATULAMPA BOGOR
Pembangunan pangan dan gizi di Indonesia erat kaitannya dengan perwujudan ketahanan pangan. Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan secara cukup, baik dari jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Sistem ketahanan pangan dan gizi juga berkaitan erat dengan akses pangan di tingkat rumah tangga dan individu serta status gizi anggota rumah tangga. KWT merupakan salah satu komunitas yang berperan dalam pemberdayaan perempuan dalam mewujudkan ketahanan pangan. KWT Pendopo Enam yang didominasi oleh ibu rumah tangga di salah satu perumahan di Kota Bogor giat dalam pengembangan pertanian perkotaan. Program Pemberdayaan Perempuan ini bertujuan untuk memberikan wawasan dalam pemanfaatan limbah rumah tangga khususnya menjadi pupuk serta meningkatkan pengetahuan mengenai teknik budidaya sayuran. Pelaksanaan program dilakukan secara bertahap yang meliputi kegiatan diskusi kelompok, pelatihan, dan demonstrasi. Melalui kegiatan ini, diperoleh wawasan dan keterampilan mengenai pemanfaatan limbah rumah tangga menjadi pupuk kompos dan teknik budidaya sayuran
PEMANFAATAN DAUN SIRSAK DAN BAWANG PUTIH SEBAGAI PESTISIDA NABATI DI DESA SUKAHARJA KABUPATEN BOGOR
Para Petani pada umumnya menggunakan pestisida kimiawi setiap terjadi serangan hama dan penyakit pada tanaman budidaya, bahkan mereka menggunakannya tanpa memperhatikan hama target, cenderung berlebihan, dan tidak tepat baik jenis, dosis, metode aplikasi, maupun frekuensi pemberian. Penggunaan pestisida nabati sudah menjadi salah satu pengendalian hama yang banyak digunakan oleh para petani yang budidaya dengan cara organik. Upaya yang dilakukan untuk menggantikan pestisida kimia menjadi nabati adalah langkah yang tepat untuk menekan biaya pengeluaran/biaya rendah serta manfaat yang dihasilkan lebih dari kimia. KTD Sukaharja ini dominan bapak petani. Program pemberdayaan ini bertujuan untuk memberikan wawasan terhadap para petani yang selama ini masih menggunakan pestisida kimia, meningkatkan pengetahuan, pemanfaatan limbah atau bahan organik yang bisa dimanfaatkan. Dalam program ini akan diperoleh wawasan sesuai dengan Tujuan Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan secara bertahap yang meliputi kegiatan pengambilan informasi, pelatihan, diskusi kelompok KTD, dan praktik pembuatan secara langsung
- …
