13 research outputs found
Lessons Learned from Rapid Development of CPAP Ventilator Vent-I during Covid-19 Pandemic in Indonesia
Here, lessons learned during the development of the CPAP ventilator 'Vent-I', aimed to help COVID-19 patients with breathing difficulties, are presented. Within only weeks, the Vent-I was developed, complying with functionality, safety and reliability requirements and passing the clinical trial. It was then distributed to hospitals all over Indonesia. Two billion rupiahs were raised through crowdfunding within one week. When the project was officially closed, more than one thousand Vent-I devices had been distributed and more than twelve and a half billion rupiahs had been raised. Currently, commercialization and mass production of the device have been started. From this project several lessons can be learned. First and foremost, the spirit of gotong royong"“ sincere collaboration within the community to help each other "“ is still firmly rooted within the people and the society of Indonesia. Noble values, i.e. sincerity, sensitivity and concern about the needs of the community, willingness to serve voluntarily and public trust, made the team dare to try and face failure. The spirit of social entrepreneurship, willingness to listen to the user and collaboration with the relevant authority can accelerate development process. The availability of knowledge and skills that constitute an innovation ecosystem in Bandung, supported by business, social institutions and government, was also a key success factor.
Karakteristik Deformasi Gunungapi Ijen dalam Periode 2002-2005 Hasil Estimasi Metode Survei GPS
Pemantauan aktivitas gunungapi dapat dilakukan dengan berbagai metode, dimana salah satunya adalah metode deformasi. Metode ini dapat diimplementasikan menggunakan beragam sensor dan teknik, dimana salah satunya adalah teknik yang menggunakan pengamatan terhadap satelit GPS (Global Positioning System). Makalah ini menjelaskan penggunaan metode survei GPS secara periodik untuk studi deformasi Gunungapi Ijen, gunungapi aktif tipe-A yang terletak di Jawa Timur. Dari hasil survei GPS yang telah dilaksanakan pada Juni 2002, April 2004, Juni 2004 dan Agustus 2005 teramati bahwa pada saat aktivitas gunung Ijen meningkat, pergeseran titik-titik pengamatan dapat mencapai sekitar 1-2 dm, baik dalam komponen horisontal maupun vertikal. Deformasi dalam level ini belum disertai dengan aktivitas letusan dari gunung Ijen
PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN RUMAH SEBAGAI APOTIK HIDUP
TOGA (Tanaman Obat Keluarga) merupakan upaya untuk meningkatkan pemanfaatan tanaman berkhasiat obat. Selain sebagai sarana untuk menjaga kesehatan masyarakat, toga juga berfungsi sebagai sarana penghijauan, sarana untuk pelestarian alam, saranamemperbaiki gizi, sarana untuk pemerataan pendapatan, sarana penyebaran gerakan penghijauan dan sarana keindahan pekarangan atau lingkungan. Kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) ini melalui beberapa tahap yang diawali dengan melakukan pembersihan lahan yang akan diolah sampai pada pembuatan plang TOGA dengan nama latin dari masing masing tanaman pada Kelurahan Jitra.
Kata Kunci: TOGA, Bengkulu, Jitra
ABSTRACT
UTILIZATION OF HOME YARD LAND AS A LIVING PHARMACY. TOGA (Family Medicinal Plants) is an effort to increase the use of medicinal plants. Aside from being a means of maintaining public health, the toga also functions as a means of greening, a means of preserving nature, a means of improving nutrition, a means of equalizing income, a means of spreading the greening movement and a means of beautifying yards or the environment. This Field Work Lecture (KKN) activity went through several stages, starting with clearing the land to be processed up to making TOGA signs with the Latin names of each plant in the Jitra Village.
Keywords : TOGA, Bengkulu, Jitr
Pemetaan Permasalahan Sistem Referensi Koordinat pada Well-tie dan Vintage Processing
Abstrak. Penelitian ini ditujukan untuk memetakan permasalahan yang terjadi pada kegiatan eksplorasi migas dengan survei seismik terkait aspek geodetik. Metode penelitian ini dilakukan berdasarkan kajian literatur dan mempelajari penelitian-penelitian terdahulu terkait permasalahan aspek geodetik pada kegiatan survei seismik. Permasalahan terjadi pada tiap tahapan pada kegiatan eksplorasi tersebut. Permasalahan bermula dari adanya pergeseran dalam penentuan titik kontrol yang digunakan dalam kegiatan survei seismik, kemudian terdapat permasalahan pendefinisian sistem referensi koordinat yang digunakan dalam seismic line, vintage, dan well-tie, serta permasalahan pada saat injeksi data navigasi dan terdapat permasalahan blunder. Permasalahan tersebut merambat pada permasalahan pergeseran penentuan titik pengeboran, kegagalan dalam tahap pengeboran menimbulkan kerugian finansial yang cukup besar. Diberikan solusi penyeragaman sistem referensi koordinat serta pentingnya peran teknik geodesi pada setiap tahapan dalam survei seismik tersebut
Analisis Permasalahan Sistem Koordinat Pada Kegiatan Well Tie Data Seismik
Sebagian besar data survei seismik yang digunakan sekarang adalah data hasil kegiatan dilakukan pada masa lampau sebelum era yang memperhatikan penggunaan sistem koordinat yang bersifat global. Dampaknya seringkali dijumpai data seismik yang penentuan posisinya menggunakan sistem koordinat tidak terdefinisi dengan baik. Oleh karena itu dibutuhkan pemahaman mengenai sistem koordinat agar terhindar dari kesalahpahaman koordinat pada lokasi survei. Penelitian ini ditujukan untuk melihat permasalahan ketidakseragaman sistem koordinat yang masih sering terjadi di dunia migas. Indikasi permasalahan terletak pada data koordinat well seismik. Data well seismik yang diperoleh dari hasil survei kebanyakan tidak terdefinisi pada satu datum yang pasti. Metode penelitian ini didasarkan pada permasalahan yang pernah dialami oleh pelaku kegiatan eksplorasi migas dan juga ditambahkan dengan pembuatan beberapa simulasi skenario yang menampilkan perbedaan penempatan posisi well yang diakibatkan perbedaan penggunaan datum. Kesalahan penempatan posisi well yang terjadi dapat mengakibatkan kesalahan penentuan posisi di permukaan Bumi, sehingga berakibat kesalahan pada interpretasi penampang lapisan-lapisan tanah di bawah permukaan Bumi
Tsunami Overland Flow Characteristic and Its Effect on Palu Bay Due to the Palu Tsunami 2018
On September 28, 2018, Palu Earthquake caused tremendous damage to the coastal area of Palu, Central Sulawesi, Indonesia. The epicenter was located at 27[Formula: see text]km northeast from Donggala Beach with a 10[Formula: see text]km depth. The magnitude of the earthquake was recorded at 7.4. This study assessed the tsunami overland characteristics and its outcome on the coastal area of Palu. The analysis was conducted based on satellite images and video recordings. The satellite images taken prior and post the event, were analyzed to evaluate the morphological change along the coast. The shoreline retreated up to 158[Formula: see text]m in some places. The tsunami damaged infrastructures along the affected coastal area. Video recordings were collected and analyzed to assess the tsunami overland propagation. The data were verified by field survey. The arrival time and celerity of the wave propagation overland on open area and the urban area were studied. It was found that buildings in the urban area have a significant impact on celerity. The wave propagates faster in the open area than inside the building. </jats:p
Lessons Learned from Rapid Development of CPAP Ventilator Vent-I during Covid-19 Pandemic in Indonesia
Karakteristik Deformasi Gunungapi Ijen dalam Periode 2002-2005 Hasil Estimasi Metode Survei GPS
The 2018 Mw7.5 Palu ‘supershear’ earthquake ruptures geological fault's multi-segment separated by large bends: Results from integrating field measurements, LiDAR, swath bathymetry, and seismic-reflection data
Summary
On 28 September 2018, 18:02:44 local time, the Magnitude 7.5 earthquake accompanied by a tsunami and massive liquefaction devastated Palu region in Central Sulawesi, Indonesia. Comprehensive post-disaster surveys have been conducted, including field survey of surface ruptures, LiDAR, multibeam-bathymetry mapping, and seismic-reflection survey. We used these data to map fault ruptures and measure offsets accurately. In contrast to previous remote-sensing studies, suggesting that the earthquake broke an immature, hidden-unknown fault inland, our research shows that it occurred on the mappable, mature geological fault line offshore. The quake ruptured 177-km long multi-fault segments, bypassing two large releasing bends (first offshore and second inland). The rupture onset occurred at a large fault discontinuity underwater in a transition zone from regional extensional to compressional tectonic regimes. Then it propagated southward along the ∼110-km submarine fault line before reaching the west side of Palu City. Hence, its long submarine ruptures might trigger massive underwater landslides and significantly contribute to tsunami generation in Palu Bay. The rupture continued inland for another 67 km, showing predominantly left-lateral strike-slip up to 6-m, accompanied by a 5–10% dip-slip on average. The 7km sizeable releasing bend results in a pull-apart Palu basin. Numerous normal faults occur along the eastern margin. They cut the Quaternary sediments, and some of them ruptured during the 2018 event. Our fault-rupture map on mature straight geological fault lines allows the possible occurrence of early and persistent ‘supershear’, but significant asperities and barriers on segment boundaries may prohibit it.</jats:p
