70 research outputs found
MENINGKATKAN INTERAKSI SOSIAL SISWA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 PERBAUNGAN T.A 2015/2016
The purpose of this study is to help improve students' social interaction through group counseling service engineering role playing in class VIII SMP Negeri 1 Perbaungan T.A 2015/2016. This research uses research PTBK (Action Research Counseling) with two cycles, the first cycle and the second cycle consisting of planning, action, observation, reflection and evaluation. Data collection to encompass students who have low social interaction by using questionnaires of social interaction, in the form of an ordinal scale with Likert scale form. The subject of this study is 6 students who have social interaction of students is low. Analysis of the data used in analysis techniques percentage. The results showed an increase in the students' social interaction after the administration of guidance services group role playing techniques. In the first cycle students' results increased social interaction by 50%. And the second cycle students hasiln increased social interaction improved to 83.3%. From the results of the study concluded that the hypothesis can be accepted is by implementing role playing group counseling services can improve social interaction class VIII SMP Negeri 1 Perbaungan T.A 2015/2016
Interaction of consumer preferences and climate policies in the global transition to low-carbon vehicles
Burgeoning demands for mobility and private vehicle ownership undermine global efforts to reduce energy-related greenhouse gas emissions. Advanced vehicles powered by low-carbon sources of electricity or hydrogen offer an alternative to conventional fossil-fuelled technologies. Yet, despite ambitious pledges and investments by governments and automakers, it is by no means clear that these vehicles will ultimately reach mass-market consumers. Here, we develop state-of-the-art representations of consumer preferences in multiple, global energy- economy models, specifically focusing on the non-financial preferences of individuals. We employ these enhanced model formulations to analyse the potential for a low-carbon vehicle revolution up to mid-century. Our analysis shows that a diverse set of measures targeting vehicle buyers is necessary for driving widespread adoption of clean technologies. Carbon pricing alone is insufficient for bringing low-carbon vehicles to mass market, though it can certainly play a supporting role in ensuring a decarbonised energy supply
Pengaruh Pemberian Air Kelapa terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Selada Romaine (Lactuca sativa L. var. longifolia) pada Sistem Hidroponik
Selada romaine (Lactuca sativa L. var. longifolia) merupakan tanaman
hortikultura semusim yang memiliki kandungan nutrisi dan nilai ekonomi yang
tinggi. Teknik budibaya hiroponik merupakan teknik budidaya yang tepat untuk
membudidayakan tanaman yang bernilai ekonomis tinggi seperti tanaman Selada
Romaine karena memiliki waktu tanam yang singkat. Teknik hidroponik substrat
merupakan teknik hidroponik yang menggunakan media selain tanah sebagai
tempat tumbuh tanaman. Teknik budidaya hidroponik subtrat memerlukan
tambahan nutrisi agar dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman
agar lebih cepat yaitu dengan cara memanfaatkan beberapa sumber hara dengan
harga lebih murah seperti pemanfaatan air kelapa sebagai tambahan nutrisi. Air
kelapa merupakan salah satu produk tanaman yang mudah di temui dan dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan kesuburan dan pertumbuhan tanaman.
Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan mempelajari pengaruh pemberian
air kelapa sebagai nutrisi tambahan terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman
selada romaine. Harapannya dengan penambahan air kelapa pada budidaya
tanaman selada romaine dapat menghasilkan pertumbuhan dan hasil optimal.
Penelitian telah di lakukan pada greenhouse Agroteknopark, Jatikerto, Kec.
Kromengan, Kab. Malang pada bulan 13 mei – 3 juli 2023. Alat dan bahan yang
digunakan dalam penelitian ini ialah, sekop, ember, botol plastic, tray semai, gelas
ukur, penggaris, pH meter, EC meter, timbangan analitik, dan kamera. Bahan
yang digunakan ialah, benih tanaman selada romaine polibag ukuran 30 cm x 30
cm, nutrisi AB mix, air kelapa tua, air kelapa muda, kompos, arang sekam, pasir.
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan perlakuan yaitu: P0 (pelakuan kontrol), perlakuan air
kelapa muda, M100 (100ml), M200 (200ml), M300 (300ml), perlakuan air kelapa
tua, T100 (100ml), T200 (200ml), T300 (300ml). Parameter pengamatan yang
diamati yaitu pengamatan sebelum panen meliputi (panjang tanaman, dan jumlah
daun), kemudian pengamatan setelah panen meliputi (luas daun, panjang akar,
volume akar, indeks klorofil, dan berat segar tanaman). Data yang diperoleh
selanjutnya diuji menggunakan analisis ragam (ANOVA) dengan taraf 5%. Jika
hasil yang didapatkan berbeda nyata maka dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncan
Multiple range test) taraf 5%
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan terdapat
pengaruh perlakuan penambahan jenis air kelapa dan volume pemberian pada
hasil dan pertumbuhan tanaman selada romaine. Berdasarkan hasil pengamatan
perlakuan T100 (air kelapa tua 100ml) berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan
dan hasil tanaman selada. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa parameter
seperti panjang tanaman, volume akar, dan berat segar tanaman yang
menunjukkan nilai yang nyata lebih tinggi dari perlakuan kontrol (P0). Sehingga
perlakuan T100 dapat direkomendasikan untuk penambahan nutrisi pada budidaya
tanaman selada hidroponik, selain itu kelapa tua juga lebih mudah didapatkan
serta memiliki harga yang terjangkau
LAPORAN KULIAH KERJA NYATA ALTERNATIF LXV DIVISI II.D.2 LOKASI DI RW 07, PATANGPULUHAN, WIROBRAJAN, KOTA YOGYAKARTA, DIY.
EFFECT OF TEMPERATURE ON YIELD PRODUCT AND CHARACTERISTICS OF BIO-OIL FROM PYROLYSIS OF Spirulina platensis RESIDUE
Abstract : Dependence on the use of fossil fuels in Indonesia is still quite high, especially crude oil; if no new energy reserves found, it will disrupt long-term energy availability. Biofuel is a renewable energy source derived from biomass, such as the type of microalgae spirulina platensis (SP). Solid residues from SP extraction still contained high levels of protein and carbohydrates. This solid residue can be processed by pyrolysis to produce bio-oil, water phase, charcoal, and gas. Bio-oil and gas products can use as fuel, charcoal can use for pharmaceutical needs, and the water phase as a chemical can use in food and health. The pyrolysis process carried out in a fixed-bed reactor with temperature ranging from 300-600°C. Heating was carried out by electricity through a nickel wire wrapped outside the reactor. Pyrolysis product in the form of gas condensed in the condenser, the condensate formed measured by weight. Char weight measured after the pyrolysis process completed. At the same time, non-condensable gas calculated by gravity from the initial weight difference of SPR minus liquid weight (bio-oil and water phase) and char. SPR samples were analyzed proximate and ultimate, while bio-oil products examined by the GC-MS method. The experimental results showed that the optimum pyrolysis temperature at 500oC produced by 18.45% of bio-oil, 20% of the water phase, 32.02 of charcoal, and 29.54% of gas by weight. GC-MS results from bio-oil consisted of ketones, aliphatics, nitrogen, alcohol, acids, while PAHs, phenols, and aromatics not found.
Keywords : Bio-oil, Pyrolysis, Spirulina platensi
Saccharification of rice straw by cellulase from a local Trichoderma harzianum SNRS3 for biobutanol production
Development and analysis of acceptance of a nutrition education package among a rural elderly population: an action research study
MAKNA PERNIKAHAN HINGGA LANJUT USIA: KAJIAN FENOMENOLOGIS PADA PASANGAN LANSIA DI USIA 50 TAHUN PERNIKAHAN
A long term marriage is a marriage that has been experienced
by couples with 50 years of marriage or over. This marriage is a
special case where not everyone can get through it. Individuals
that are successful in achieving everlasting marriage shares
important moments with their couple for years. Such events are
distinctive meaning in their marriage life. The meaning of a
marriage is a meaningful feeling, thought, and significance for
someone in their life
The purpose of this research by using phenomenology analysis
is to understand the meaning of marriage of couple with 50
years old of marriage or over. This research also attempts to
find other important information on conflicts inside marriage,
ways to solve the conflicts, and influential factors in elderly
couple in maintaining marriage.
Research results show that the meaning of marriage for elderly
is an attempt in perserving and maintaining commitment to
achieve main purposes in marriage which are formed by loyalty,
acceptance of each other, supports from partner, self
adaptation, and influence of social environment. Conflicts occur
in marriage caused by elderly couples� inability to adapt with
their couple�s physical, psychological, and social decreasing
condition. Conflict resolutions on this problem are repressing
emotion, making compromies, tolerance, and avoiding. The
elderly couples� reasons to maintain their marriage of over than
50 years are the desire to have life partner, emotional
calmness, affections, and the fear of social punishment
Analisis Profitabilitas Usaha Peternakan Ayam Petelur (Layer) Di Desa Gunung Sugih Besar, Lampung Timur
Usaha bidang peternakan sangat potensial dalam bisnis yang sangat besar, mempunyai prospek pasar yang sangat baik dan memengaruhi hidup orang banyak yang terlibat di dalam bidang tersebut contoh yaitu ayam petelur. Peternakan unggas menjadi salah satu komoditi paling populer dalam dunia peternakan. Peternakan unggas merupakan salah satu sumber protein hewani bagi masyarakat Indonesia. Tujuan utama dari proses pemeliharaan adalah untuk mencapai produktivitas yang tinggi agar pengusaha menerima pendapatan dan profitabilitas yang tinggi. Rasio yang digunakan untuk mengukur pendaptan dan profitabilitas dalam penelitian ini yaitu R/C, BEP unit, BEP Harga, Return on Asset, Return on Equity, Gross Profit Margin, Operating Profit Margin, Net Profit Margin.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui jumlah pendapatan dan rasio profitabiltas pada usaha yang dijalankan. Manfaat dari penelitian ini dapat digunakan sebagai wawasan keilmuan, referensi untuk peneliti yang berkaitan dengan
penelitian ini dan juga sebagai bahan evaluasi bagi pelaku usaha peternakan ayam petelur. Teknik penentuan sampel secara purposive sampling. Sampel yang digunakan pada penelitian ini rasio rasio keuangan pada laporan keuangan usaha peternakan ayam petelur. Teknik pengumpulan data dengan melakukan survei langsung ke usaha peternakan ayam petelur yang ada di Desa Gunung Sugih Besar Lampung Timur, saat survei peneliti juga memberikan kuesioner kepada pelaku usaha peternakan, dalam kuesioner berisi pertanyaan-pertanyaan terkait biaya, penerimaan serta pendapatan pada usaha peternakan ayam petelur.
Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa lama pengalaman beternak tidak berpengaruh terhadap jumlah kepemilikan aset, latar belakang pendidikan dan jumlah populasi ternak berpengaruh terhadap nilai profitabilitas usaha. Pendapatan bersih Peternak A Rp. 324.461.336, dengan nilai R/C 1,07, BEP unit 181.901/Kg/periode, BEP harga Rp. 22.562/Kg. Peternak B memiliki jumlah pendapatan bersih Rp. 146.919.619, dengan nilai R/C 1,05, BEP unit 128.698/Kg/periode, BEP harga Rp. 22.816/Kg. Kepemilikan jumlah aset dan pendapatan bersih berpengaruh pada rasio ROA, Peternak A rasio ROA 18% dan Peternak B 10%. Laba bersih dan modal milik sendiri berpengaruh terhadap rasio ROE, Peternak A rasio ROE 24% dan Peternak B 24%. GPM dari Peternak A 17% dan Peternak B 16%, walaupun peternak A mempunyai biaya produksi lebih tinggi persentase GPM tetap lebih tinggi dari Peternak B, hal ini dipengaruhi penerimaan dari penjualan produk yang lebih tinggi juga. Jumlah penerimaan laba kotor memberikan pengaruh terhadap rasio OPM, rasio OPM Peternak A 7% dan Peternak B 4%. Jumlah penerimaan laba bersih memberikan pengaruh terhadap
nilai rasio NPM, rasio NPM Peternak A 7% dan Peternak B 4%.
Kesimpulan pada penelitian ini adalah analisis pendapatan dan profitabilitas pada periode tahun 2022, pendapatan bersih Peternak A Rp. 324.461.336, dengan nilai R/C 1,07, BEP unit 181.901/kg/periode, BEP harga Rp. 22.562/kg. Rasio ROA 18%, ROE 24%, GPM 17%, OPM 7%, dan NPM7 % . Periode tahun 2022 Peternak B memiliki jumlah pendapatan bersih Rp. 146.919.619, dengan nilai R/C 1,05, BEP unit 128.698/kg/periode, BEP harga Rp. 22.816/kg. Rasio ROA 10%, ROE 16%, GPM 16%, OPM 4% dan NPM 4%. Saran yang dapat diberikan penelitian ini adalah untuk usaha peternakan B disarankan untuk mengoptimalkan pengelolaan modal dan manajemen usaha agar mampu mendapat laba yang lebih besar, untuk usaha peternakan A disarankan untuk tetap konsisten dalam pengelolaan modal dan manajemen usaha agar keuntungan yang diterimaselalu bisa maksimal. Perlu dilakukan inovasi bagi Peternak A dan B dari segi pemeliharaan dan pemasaran produk untuk meningkatkan pendapatan dan profitabilitas usaha peternakan
Pengaruh Model Tanam Dan Aplikasi Pupuk Kascing Pada Tanaman Bayam Merah (Alternanthera Amoena Voss.) Varietas Mira
Bayam merah (Alternanthera amoena Voss.) merupakan sayuran yang
mengandung vitamin, protein, karbohidrat, lemak, mineral, zat besi, magnesium,
mangan, kalium dan kalsium. Vitamin terkandung dalam tanaman bayam merah
ialah vitamin A, C dan E (Syaifuddin, 2015). Bayam merah mengandung
antioksidan yang dapat dijadikan sebagai obat-obatan yang dapat mengobati
penyakit kanker, anemia, memperbaiki fungsi ginjal, menyembuhkan disentri,
mengobati asma, meningkatkan kekuatan tulang dan meningkatkan kesehatan
mata. Saat ini petani di Indonesia melakukan penanaman bayam di lapang
menggunakan model tanam disebar langsung pada bedengan atau dengan disemai
terlebih dahulu kemudian dipindahkan ke lahan yang disiapkan, namun metode ini
biasanya digunakan untuk penanaman hidroponik atau skala rumah tangga saja.
Model tanam yang disebar langsung pada bedengan dapat berpengaruh pada
pertumbuhan tanaman bayam. Hal ini dapat mengakibatkan kompetisi antara
tanaman dalam memperoleh sinar matahari dan unsur hara, sehingga dapat
memperlambat pertumbuhan bayam merah. Salah satu faktor pendukung adalah
menggunakan pupuk organik yang baik untuk tanaman, misalnya pupuk kascing.
Pupuk kascing merupakan pupuk organik dari perombakan bahan-bahan organik
dengan bantuan mikroorganisme dan cacing. Kascing mengandung berbagai unsur
hara, terutama kaya akan nitrogen dan kaya akan zat pengatur tumbuh yang
dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang tersedia. Meningkatnya kandungan
N dan bahan organik dalam tanah memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan
dan hasil tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan model tanam yang
dikombinasikan dengan pemberian pupuk kascing agar mendapatkan
produktivitas yang tinggi pada tanaman bayam merah yang sesuai untuk
pertumbuhan sehingga menghasilkan hasil yang maksimal. Hipotesis pada
penelitian ini pengaturan model tanam dilarik setiap bedengan dan pemberian
kascing 8 ton/ha dapat meningkatkan produktivitas tanaman bayam merah secara
maksimal.
Penelitian dilakukan pada bulan Februari hingga Maret 2020 di lahan
percobaan milik Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya yang berada di Desa
Jatimulyo, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur. Penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 9
perlakuan. Perlakuan tersebut antara lain; A1: Jarak Tanam (15 cm × 15 cm) + 0
ton/ha kascing, A2: Jarak tanam (15 cm × 15 cm) + 4 ton/ha kascing, A3: Jarak
tanam (15 cm × 15 cm) + 8 ton/ha kascing, A4: Disebar + 0 ton/ha kascing, A5:
Disebar + 4 ton/ha kascing, A6: Disebar + 8 ton/ha kascing, A7: Dilarik + 0
ton/ha kascing, A8: Dilarik + 4 ton/ha kascing, A9: Dilarik + 8 ton/ha kascing.
Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali sehingga memperoleh 27 satuan
percobaan. Alat yang digunakan dalam penelitian antara lain cangkul, cangkil,
meteran/ penggaris, raffia, gembor, timbangan analitik, leaf area meter (LAM),
kamera digital dan alat tulis. Bahan yang digunakan adalah benih bayam merah
varietas Mira dan pupuk kascing. Parameter yang diamati meliputi: tinggi
ii
tanaman, jumlah daun tanaman, bobot segar per tanaman, luas daun per tanaman,
bobot kering tanaman, bobot segar total panen. Data yang didapatkan dari hasil
pengamatan selanjutnya dilakukan analisis dengan meggunakan analisis uji
keragaman (uji F) dengan taraf 5% untuk mengetahui apakah ada pengaruh model
tanam dan pemberian kascing. Jika hasil perhitungan analisis ragam adalah
signifikan maka diuji dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNJ) taraf 5%.
Berdasarkan pada pengamatan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
perlakuan dilarik dengan dosis kascing 8 ton per hektar, perlakuan dilarik dengan
dosis kascing 4 ton per hektar, perlakuan disebar dengan dosis kascing 8 ton per
hektar dan perlakuan disebar dengan dosis kascing 4 ton per hektar dapat
meningkatkan produktivitas tanaman bayam mera
- …
