490 research outputs found
Presuppositions in Utterances of Two Main Characters, King George VI and Lionel Logue in the Movie Entitled the King's Speech
Kata Kunci: Praanggapan, penanda praanggapan, tuturan, film The King's Speech.Praanggapan merupakan suatu asumsi yang dibuat oleh penutur yang dapat diterima dengan baik oleh pendengar. Dalam penelitian ini, penulis menganalisa praanggapan yang ada dalam tuturan kedua tokoh utama dalam fim The King's Speech, Raja George ke-6 dan Lionel Logue. Objek penelitian ini dipilih agar pembaca dapat mengetahui bahwa praanggapan bisa juga diperoleh dalam konteks komunikasi apapun termasuk di dalam bahasa lisan yang berbentuk dialog. Penelitian ini menerapkan toeri penanda praangapan dari Karttunen yang melingkupi 13 macam penanda praanggapan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan praanggapan dan juga berbagai tipenya di dalam tuturan yang dituturkan oleh kedua tokoh utama dalam film The King's Speech.Penelitian ini menggunakan metode kualitatif karena data yang digunakan adalah data deskripsif dalam bentuk kata-kata berdasarkan pada praanggapan yang ada di dalam film ini. Penelitian in merupakan analisa data karena data yang digunakan adalah data tertulis. Sumber data dari penelitan ini adalah dialog dari dua tokoh utama dalam bentuk tuturan dalam film The King's Speech. Sementara itu, data dari penelitian ini adalah tuturan-tuturan dari dua tokoh utama yang mengandung praanggapan yang diusulkan oleh Karttunen (seperti yang telah disebutkan oleh Levinson, 1983).Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa dari data yang sudah terkoleksi, terdapat beberapa tuturan yang mengandung penanda praanggapam yang mengindikasikan adanya praanggapan. Elemen-elemen lain yang mendukung terdapatnya praanggapan antara lain adalah konteks dalam film, partisipan, dan pengetahuan bersama dari penutur dan pendengar. Dari analisa yang sudah dilakukan oleh penulis, ditemukan 9 tipe dari 13 penanda praanggapan seperti yang telah diusulkan oleh Karttunen dalam film The King's Speech. Tipe-tipe tersebut adalah penanda praanggapan definite description, factive verbs, implicative verbs, change of state verbs, iterative, cleft sentences, comparison and contrast, counterfactual conditionals, dan penanda praanggapan questions. Sebagai tambahan, tipe praanggapan yang paling sering digunakan dalam film ini adalah penanda praanggapan pertanyaan. Tipe ini khususnya sering digunakan oleh Lionel dikarenakan dia adalah ahli terapi berbicara Bertie sehingga Lionel cenderung menanyakan beberapa pertanyaan kepada Bertie yang berhubungan dengan kegagapanya atau bahkan masalah pribadinya untuk mendekatkan diri padanya
ANALISIS JEJARING SOSIAL DENGAN GRAF BERARAH DAN BERBOBOT PADA PT PRODUK REKREASI (KIDS FUN) BAGIAN OPERATOR
Analisis jejaring sosial adalah suatu teknik untuk mempelajari hubungan atau relasi sosial antar anggota dari sebuah kelompok orang. Hubungan sosial yang akan dianalisis dapat berupa suatu organisasi, komunitas dan perusahaan. Analisis jejaring sosial dilakukan pada PT Produk Rekreasi bagian operator karena PT Produk Rekreasi bergerak dibidang jasa rekreasi yang terbesar di Yogyakarta dan pada bagian operator terdapat banyak karyawan, sehingga hubungan atau koordinasi antar karyawan pun semakin kompleks. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui analisis jejaring sosial yang terjadi pada PT Produk Rekreasi bagian operator yang dapat dipergunakan untuk bahan evaluasi dan meningkatkan kinerja karyawan PT Produk Rekreasi bagian operator.
Pengambilan data menggunakan kuisioner dan diisi oleh 62 orang yang berstatus sebagai karyawan bagian operator pada PT Produk Rekreasi. Dari 62 kuisioner tersebut kemudian dibuat jejaring sosial dan matrik ketetanggaan yang selanjutnya akan dicari nilai sentralitas (centrality) dan nilai koefisien kluster (clustering coefficient) untuk dianalisis dan mengetahui seberapa besar kontribusi kinerja aktor pada bagian operator. Nilai sentralitas yang dicari meliputi derajat (degree), kedekatan (closeness), keantaraan (betwenness) dan bonacich power (bonacich power).
Hasil dari analisis jejaring sosial menunjukkan bahwa jejaring sosial yang terbentuk merupakan hubungan kerjasama antar aktor untuk menjalankan tugas sebagai operator. Berdasarkan sentralitas derajat keluar , aktor yang paling sering membantu temannya dalam mengerjakan tugas adalah A_29, A_58, A_52, A_25, dan A_6. Berdasarkan sentralitas derajat masuk, aktor yang sering dibantu dalam mengerjakan tugas adalah A_29, A_58, A_8, A_61, dan A_48. Berdasarkan sentralitas kedekatan, aktor yang paling mudah berkomunikasi atau paling dekat dengan aktor lainnya adalah A_37, A_29, A_23, A_58 dan A_12. Berdasarkan sentralitas keantaraan, aktor yang paling penting didalam terjalinnya komunikasi antar aktor yang tidak saling kenal adalah A_29, A_37, A_17, A_58, dan A_22. Berdasarkan sentralitas bonacich power, aktor yang paling penting karena memiliki banyak hubungan terhadap aktor yang juga memiliki hubungan yang banyak adalah A_2 A_48, A_8, dan A_61. Berdasarkan koefisien kluster, aktor yang memiliki hubungan kinerja yang paling kuat diantara anggota pada kelompoknya adalah A_3, A_10, A_44, A_55,dan A_56.
Kata kunci : analisis jejaring sosial, graf, sentralitas, aktor
Pro Kontra Ucapan Selamat Natal : Analisis Hermeneutis Hadits tentang Salam terhadap Non-Muslim
Discussions about the law of wishing Merry Christmas are always an unresolved issue every year. Even though the issue of whether or not it is permissible to say Merry Christmas has been discussed by scholars since ancient times, in this era of disruption again reaping significant pros and cons because through the media all types of information can be obtained quickly and easily. This problem is related to how the relationship between Muslims and non-Muslims is regulated in Islam. There are two different forms of text regarding the form of relations with non-Muslims, as is the case in hadith texts regarding greetings, namely the prohibition of prioritizing greetings to non-Muslims and exhorting them to take a narrow path. However, in other texts Islam is very open to non-Muslims. This study attempts to analyze hadith using historical-hermeneutic studies. Greetings of 'Merry Christmas' to non-Muslims are allowed as long as those who say them do not believe in the truth of other religions, but are only a form of mu'amalah or establishing good social relations with non-Muslims, especially in the context of the Indonesian state where there are different religions . Of course, in this way a harmonious relationship between religious communities will be established and prevent division
Semantic Ambiguity Explained in the Framework of Cognitive Economy
In “Context and Communication” Stephen Neale argues that the referential use of descriptions differs from the attributive use only in the pragmatics, making referential descriptions applicable to Russellian analysis. Marga Reimer disagrees with Neale’s view and argues that the difference is in the semantics, making referential descriptions semantically ambiguous. In this paper, I argue that Neale’s Modified Occam’s Razor overlooks the behavioral data of how we actually use language. I attempt to accommodate the strength of both Neale’s and Reimer’s explanations, putting them in a framework governed by the principle of cognitive econom
VINCENT’S SPIRITUALITY IN FRANCE
Dalam artikel ini penulis mencoba menggambarkan kaitan antara bentukpanggilan religious seseorang dengan waktu dan tempat dimana orang bersangkutan berada. Waktu dan tempat seseorang berada, secaramendalam mempengaruhi bentuk atau manifestasi spiritualitasnya. St. Vinsensius misalnya, seperti akan diuraikan falam artikel ini, bertemudengan Allah melalui sesamanya, khususnya mereka yang miskin. Pertemuan yang terjadi di tempat tententu dan pada waktu yang spesifik ini memberi pengaruh pada bentuk panggilan religiousnya. Baginya, perjumpaannya dengan orang-orang miskin yang terjadi secara tak terduga adalah medium yang dipakai oleh Allah untuk menyapanya secara personal, menuntun dan memanggilnya untuk menjadi rasul bagi orang-orang miskin. Vinsensius secara perlahan berkembang terus dalam pemahaman dan penerimaan apa yang dia yakini merupakan panggilan hidupnya. Dia melihat berbagai bentuk derita dan keresahan orang miskin dan berupaya hadir serta meringankan derita mereka
Alien Registration- Stuart, Mida E. (Portland, Cumberland County)
https://digitalmaine.com/alien_docs/21321/thumbnail.jp
The Role of Agent Banking in Unlocking Financial Inclusion in Tanzania
The study conducted in the Mwanza region of Tanzania aimed to assess the influence of agent banking technology on banking service delivery. It focused on three key aspects: the simplification of banking services, the relevance of the technology, and the affordability of bank charges associated with agent banking. Employing an exploratory research design, the study targeted commercial banks in the Ilemela and Nyamagana districts. Participants knowledgeable about agent banking technology were chosen through convenient and purposive sampling, resulting in a sample of 215 bank customers and 52 bank employees. Data were collected using a structured questionnaire and analysed statistically via descriptive and inferential statistics using SPSS. Descriptive findings revealed that 42.3% of respondents agreed that agent banking simplifies banking activities, while 42.8% found it relevant to their banking needs. However, 29.8% strongly disagreed that transaction charges were fair and affordable. Additionally, 45.1% believed agent banking technology was simpler than other banking methods, and 48.6% considered it user-friendly. Meanwhile, 38.6% agreed that it provided reliable and affordable internet connectivity. Inferential results indicated a significant influence of agent banking technology on service delivery. The Likelihood Ratio Test yielded a value of 30.243 with p=0.037, demonstrating a 32.2% variation in banking service delivery due to agent banking usage. ANOVA analysis indicated statistical significance (F (1, 213) = 5.838, p = 0.017). Furthermore, Chi-square results suggested an association between agent banking technology usage and banking services delivery. Overall, the study highlights the positive correlation between agent banking technology usage and improved banking service delivery in commercial banks of which enhance financial inclusion in Tanzania. Keywords: agent banking, banking service provision, quality of banking services, banking services, financial inclusion. DOI: 10.7176/EJBM/17-4-13 Publication date: May 30th 202
Alien Registration- Stuart, Mida E. (Portland, Cumberland County)
https://digitalmaine.com/alien_docs/21321/thumbnail.jp
On Objects and Things: The Wilkie Wedding Dress and the Drawings of Sarah Casey
Clothing is often cherished long after memories have begun to fade and the inevitable process of decay have begun. Such is the case with the silk wedding dress and bridal veil worn by Evelyn Normand Wilkie (1902-1969) in her 1927 wedding to Douglas Howard in Nova Scotia, Canada. Her homemade dress has now yellowed and the silk is shattered and given its poor condition the dress is an unlikely candidate for acceptance into a museum or study collection. This object biography probes the thingly presence of Wilkie's wedding dress as an object and as the source of creative inspiration for the drawings of artist Sarah Casey that became the focus of a 2019 exhibition at Ryerson University in Toronto
PRESUPPOSITIONS IN UTTERANCES OF TWO MAIN CHARACTERS, KING GEORGE VI AND LIONEL LOGUE IN THE MOVIE ENTITLED THE KING’S SPEECH
Kata Kunci: Praanggapan, penanda praanggapan, tuturan, film The King’s Speech.Praanggapan merupakan suatu asumsi yang dibuat oleh penutur yang dapat diterima dengan baik oleh pendengar. Dalam penelitian ini, penulis menganalisa praanggapan yang ada dalam tuturan kedua tokoh utama dalam fim The King’s Speech, Raja George ke-6 dan Lionel Logue. Objek penelitian ini dipilih agar pembaca dapat mengetahui bahwa praanggapan bisa juga diperoleh dalam konteks komunikasi apapun termasuk di dalam bahasa lisan yang berbentuk dialog. Penelitian ini menerapkan toeri penanda praangapan dari Karttunen yang melingkupi 13 macam penanda praanggapan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan praanggapan dan juga berbagai tipenya di dalam tuturan yang dituturkan oleh kedua tokoh utama dalam film The King’s Speech.Penelitian ini menggunakan metode kualitatif karena data yang digunakan adalah data deskripsif dalam bentuk kata-kata berdasarkan pada praanggapan yang ada di dalam film ini. Penelitian in merupakan analisa data karena data yang digunakan adalah data tertulis. Sumber data dari penelitan ini adalah dialog dari dua tokoh utama dalam bentuk tuturan dalam film The King’s Speech. Sementara itu, data dari penelitian ini adalah tuturan-tuturan dari dua tokoh utama yang mengandung praanggapan yang diusulkan oleh Karttunen (seperti yang telah disebutkan oleh Levinson, 1983).Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa dari data yang sudah terkoleksi, terdapat beberapa tuturan yang mengandung penanda praanggapam yang mengindikasikan adanya praanggapan. Elemen-elemen lain yang mendukung terdapatnya praanggapan antara lain adalah konteks dalam film, partisipan, dan pengetahuan bersama dari penutur dan pendengar. Dari analisa yang sudah dilakukan oleh penulis, ditemukan 9 tipe dari 13 penanda praanggapan seperti yang telah diusulkan oleh Karttunen dalam film The King’s Speech. Tipe-tipe tersebut adalah penanda praanggapan definite description, factive verbs, implicative verbs, change of state verbs, iterative, cleft sentences, comparison and contrast, counterfactual conditionals, dan penanda praanggapan questions. Sebagai tambahan, tipe praanggapan yang paling sering digunakan dalam film ini adalah penanda praanggapan pertanyaan. Tipe ini khususnya sering digunakan oleh Lionel dikarenakan dia adalah ahli terapi berbicara Bertie sehingga Lionel cenderung menanyakan beberapa pertanyaan kepada Bertie yang berhubungan dengan kegagapanya atau bahkan masalah pribadinya untuk mendekatkan diri padanya
- …
