KARAKTERISASI EMISI PAHs HASIL PEMBAKARAN DUPA DALAM RUANG EKSPERIMEN

Pembakaran dupa yang merupakan bagian dari ritual agama dan budaya mayoritas komunitas Oriental, diketahui berpotensi menyebabkan efek berbahaya akibat emisi yang menghasilkan berbagai jenis polutan. Telah dilakukan identifikasi senyawa Polycylic Aromatic Hydrocarbons (PAHs) yang berasal dari emisi hasil pembakaran beberapa tipe dupa dalam sebuah ruang eksperimen. Studi ini dilakukan di Chulabhorn Research Institute, Thailand dengan tujuan untuk mengetahui tingkat emisi PAHs yang terikat dalam partikulat pada sampel-sampel dupa dari tiga negara (Indonesia, Thailand, dan Vietnam) yang dipilih secara acak. Dari hasil analisis PAHs menggunakan High Performance Liquid Chromatography dengan Fluorescence Detector (HPLC-FLD) diketahui bahwa komponen dominan dalam sampel dupa Indonesia dan Thailand adalah fluorenthane (Flu) dengan konsentrasi masing-masing 8.2±1.0 dan 3.5±0.5 mg/m3, sementara sampel Vietnam didominasi oleh komponen chrysene (CHR) (34.5±10.6 μg/m3). Sampel dupa Vietnam mengemisikan total PAHs ~5 kali lebih tinggi dari dupa Indonesia dan ~8 kali lebih tinggi dari dupa Thailand. Seluruh sampel mengemisikan Benzo[a]pyrene (BaP) dalam level serupa, meskipun konsentrasi dalam dupa Vietnam masih ~1.3 kali lebih tinggi dari dupa Indonesia dan ~1.8 kali dari dupa Thailand. Sementara untuk nilai BaP ekivalen, dupa Vietnam ~3.7 kali dan ~7kali lebih tinggi dari sampel Indonesia dan Thailand

Karakterisasi Emisi Pahs Hasil Pembakaran Dupa dalam Ruang Eksperimen

Pembakaran dupa yang merupakan bagian dari ritual agama dan budaya mayoritas komunitas Oriental, diketahui berpotensi menyebabkan efek berbahaya akibat emisi yang menghasilkan berbagai jenis polutan. Telah dilakukan identifikasi senyawa Polycylic Aromatic Hydrocarbons (PAHs) yang berasal dari emisi hasil pembakaran beberapa tipe dupa dalam sebuah ruang eksperimen. Studi ini dilakukan di Chulabhorn Research Institute, Thailand dengan tujuan untuk mengetahui tingkat emisi PAHs yang terikat dalam partikulat pada sampel-sampel dupa dari tiga negara (Indonesia, Thailand, dan Vietnam) yang dipilih secara acak. Dari hasil analisis PAHs menggunakan High Performance Liquid Chromatography dengan Fluorescence Detector (HPLC-FLD) diketahui bahwa komponen dominan dalam sampel dupa Indonesia dan Thailand adalah fluorenthane (Flu) dengan konsentrasi masing-masing 8.2±1.0 dan 3.5±0.5 mg/m3, sementara sampel Vietnam didominasi oleh komponen chrysene (CHR) (34.5±10.6 μg/m3). Sampel dupa Vietnam mengemisikan total PAHs ~5 kali lebih tinggi dari dupa Indonesia dan ~8 kali lebih tinggi dari dupa Thailand. Seluruh sampel mengemisikan Benzo[a]pyrene (BaP) dalam level serupa, meskipun konsentrasi dalam dupa Vietnam masih ~1.3 kali lebih tinggi dari dupa Indonesia dan ~1.8 kali dari dupa Thailand. Sementara untuk nilai BaP ekivalen, dupa Vietnam ~3.7 kali dan ~7kali lebih tinggi dari sampel Indonesia dan Thailand

Atmospheric Potential Gradient Measurements from a Rooftop in Bangkok

Abstract Atmospheric potential gradient measurements at 1 Hz (averaged to 1 minute samples) were taken on the roof of a 6th floor building, approximately 100 m from a busy toll road in Lak Si, northern Bangkok. The measurement period covered the transition from hot season into rainy season. The heavy monsoon rains and heavy traffic can both be significant disruptors of the fair weather atmospheric potential gradient. Heavy traffic increased potential gradient due to aerosol loading, while rain storms increased the magnitude, but also changed the sign of the field due to charge processes within clouds. Increasing relative humidity led to a decrease in potential gradient, implying a lack of hygroscopic growth. Cross correlations of aerosol number in different size fractions showed that aerosols with a D50 value of 155 nm had the strongest correlation. A strong diurnal signal is present in frequency domain analysis of potential gradient.</jats:p

Evaluation of anti-tumour properties of two depsidones – Unguinol and Aspergillusidone D – in triple-negative MDA-MB-231 breast tumour cells

There is an ongoing search for new compounds to lower the mortality and recurrence of breast cancer, especially triple-negative breast cancer. Naturally occurring depsidones, extracted from the fungus Aspergillus, are known for their wide range of biological activities such as cytotoxicity, aromatase inhibition, radical scavenging, and antioxidant properties. Research showed the potential of depsidones as a treatment option for hormone receptor-positive breast cancer treatment, yet its effects on hormone receptor-negative breast cancer are still unkown.This study, therefore, investigated the potential of two depsidones (Unguinol and Aspergillusidone D) to induce apoptosis, cell cycle arrest and cytotoxicity, and reduce cell proliferation in the triple-negative MDA-MB-231 breast cancer cell line. Results were compared with the effects of the cytostatic drug doxorubicin, antimitotic agent colchicine and endogenous hormones 17β-estradiol, testosterone and dihydrotestosterone.The cytostatic drugs and hormones affected the MDA-MB-231 cell line comparable to other studies, showing the usefulness of this model to study the effects of depsidones on a triple-negative breast cancer cell line. At sub μM levels, Unguinol and Aspergillusidone D did not influence cell proliferation, while cell viability was reduced at concentrations higher than 50 μM. Both depsidones induced apoptosis, albeit not statistically significantly. In addition, Unguinol induced cell cycle arrest in MDA-MB-231 cells at 100 μM.Our research shows the potential of two depsidones to reduce triple-negative breast cancer cell survival. Therefore, this group of compounds may be promising in the search for new cancer treatments, especially when looking at similar depsidones. Keywords: Cell cycle arrest, Apoptosis, Hormone receptor negative breast cancer, Depsidones, In vitr