10 research outputs found

    Pengaruh Penggunaan Biomassa Eucheuma cottonii Sebagai Adsorben Cr (Studi Kasus Sungai Metro Malang)

    No full text
    Air merupakan salah satu sumberdaya alam yang memerlukan perhatian serius karena pencemaran perairan yang berasal dari limbah domestik maupun industri yang dibuang langsung ke sungai tanpa melalui proses pengolahan yang benar. Sungai Metro merupakan anak Sungai Brantas yang memiliki panjang 54,55 km dan bermuara di daerah paling selatan Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang. Sungai Metro termasuk golongan air kelas II, karena dimanfaatkan masyarakat sebagai wadah pembuangan sampah dan limbah cair domestik maka terjadi penurunan kualitas air sungai karena logam berat. Kadar logam berat kromium pada di Sungai Metro setelah dilakukan uji pendahuluan yaitu sebesar 0,1889 mg/l. Berdasarkan PP No. 22 Tahun 2021 kadar kromium di perairan yang dapat ditoleransi untuk pembuangan ke perairan darat yaitu 0,1 mg/l dan untuk keperluan air minum yaitu 0,05 mg/l. Maka dari itu perlu dilakukan upaya untuk menurunkan konsentrasi kromium agar berada pada batas aman. Alternatif untuk pengolahan limbah logam berat adalah dengan menggunakan bahan biologis sebagai adsorben (biosorpsi) seperti biomassa rumput laut. Biomassa yaitu bahan organik yang diproduksi langsung dan tidak langsung oleh organisme hidup. Eucheuma cottonii merupakan rumput laut mempunyai gugus fungsi karboksil, hidroksil, yang bisa berikatan dengan ion logam. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh variasi massa, tingkat efektivitas penurunan total Cr, serta kapasitas adsorpsi Eucheuma cottonii dan waktu kontak pada adsorpsi total Cr. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2021, titik pengambilan sampel yaitu 8”06’00.7”S dan 112°34’12.7”E. Penelitian untuk perlakuan sampel dilaksanakan di Laboratorium Hidrobiologi Divisi Lingkungan dan Bioteknologi Perairan, FPIK, Universitas Brawijaya. Pengukuran kadar kromium dilaksanakan di Laboratorium Kimia, FMIPA, Universitas Malang. Metode penelitian yaitu eksperimental dengan tahapan penelitian: uji pendahuluan mengukur Cr awal, adsorpsi Cr, pengukuran parameter suhu dan pH dilakukan 1 kali sehari dan pengukuran kadar kromium dilakukan dengan menggunakan Spektrofotometri AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer). Hasil penelitian pada proses adsorpsi, parameter suhu berkisar antara 26,00-27,90°C dan pH berkisar antara 6,52-6,91. Hasil pengukuran kadar Cr dengan menggunakan Metode AAS sebesar 0,1849 mg/l. Penggunaan biomassa Eucheuma cottonii dan waktu kontak berpengaruh terhadap konsentrasi total kromium. Perlakuan dengan biomassa Eucheuma cottonii 0,7 gr memiliki tingkat efisiensi penurunan yang paling besar yaitu 65,38% . Perlakuan dengan biomassa Eucheuma cottonii sebesar 0,4 gr memiliki nilai kapasitas adsorpsi tertinggi yaitu 0,01271 mg/gr. Kapasitas adsorpsi maksimal dengan persamaan isoterm Freundlich sebesar 2,5370 mg/g dengan afinitas adsorpsi sebesar 0,0829. Saran untuk penelitian ini yang pertama, agar bisa meningkatkan dosis biomassa untuk mencapai penurunan logam kromium sampai baku mutu air dan melihat efektivitasnya. Kedua, bisa menggunakan biomassa Eucheuma cottonii yang telah dimodifikasi dan jenis makroalga lainnya. Ketiga, menambah variabel bebas berupa faktor yang mempengaruhi proses adsorps

    Kelimpahan Perifiton pada Daun Lamun Thalassia hemprichii dan Enhalus acoroides di Desa Banjarwati dan Desa Kranji, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan

    No full text
    Ekosistem padang lamun merupakan salah satu ekosistem yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dan juga memiliki produktivitas primer yang tinggi pula pada daerah laut dangkal. Ekosistem ini juga berasosiasi dengan berbagai kelompok organisme, salah satunya adalah perifiton. Perifiton sangat berperan penting sebagai faktor penunjang produktivitas primer pada kawasan ekosistem padang lamun. Perifiton juga dapat menjadi indikator kesuburan pada suatu perairan. Perifiton pada umumnya hidup menempel pada jenis lamun yang memiliki daun yang lebar, seperti Thalassia hemprichii. Perairan Paciran, Kabupaten Lamongan memiliki ekosistem padang lamun dan dengan tingginya aktivitas antropogenik di daerah tersebut, maka kondisi ekosistem lamun di Perairan Paciran perlu diteliti. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui penutupan lamun dan untuk mengetahui kelimpahan perifiton yang ada pada perairan Paciran. Metode yang digunakan adalah Line Intercept Transek (LIT) dengan transek kuadran 50 cm x 50 cm. Terdapat 2 stasiun penelitian, setiap stasiun dipasang 2 LIT yang tegak lurus dengan pantai di sepanjang padang lamun yang ditemukan dengan jarak antara LIT adalah 25 meter. Transek kuadran dipasang setiap 10 meter di dalam LIT. Proses pengambilan data lapang dilakukan pada bulan Oktober 2019. Proses pengamatan sampel di laboratorium dilakukan pada bulan November 2019. Lamun yang ditemukan pada perairan Paciran adalah spesies Thalassia hemprichii dan Enhalus acoroides. Penutupan lamun pada lokasi penelitian memiliki nilai 13,73% sampai dengan 18,81% dengan memiliki status buruk. Hasil identifikasi perifiton yang menempel pada daun lamun Thalassia hemprichii dan Enhalus acoroides pada perairan Paciran ditemukan sebanyak 29 spesies dengan 8 kelas perifiton. Perifiton yang paling banyak ditemukan adalah dari kelas Bacillariophyceae dengan jumlah ditemukan sebanyak 13 jenis. Kelimpahan perifiton yang paling banyak ditemukan ada jenis Euglena oxyuris dari kelas Euglenophyceae, jenis Tabellaria sp. dari kelas Bacillariophyceae, jenis Tintinnopsis sp. dari kelas Oligotrichea, jenis Aegisthus sp. dari kelas Hexanauplia, dan jenis Closterium sp. dari kelas Chlorophyceae. Kelimpahan rata - rata perifiton yang ditemukan di stasiun 1 pada jenis lamun Thalassia hemprichii sebanyak 293,85 sel/m2 dan jenis lamun Enhalus acoroides sebanyak 469,23 sel/m2. Stasiun 2 ditemukan kelimpahan perifiton pada jenis lamun Thalassia hemprichii sebanyak 766,15 sel/m2 dan jenis lamun Enhalus acoroides sebanyak 416,92 sel/m2. Nilai indeks keanekaragaman pada 2 stasiun dari kategori keanekaragaman sedang (1 3). Nilai indeks keseragaman pada 2 stasiun tergolong pada kategori keseragaman tinggi (E > 0,6). Nilai dominansi pada 2 stasiun tergolong dalam kategori dominansi rendah (0 < C < 0,3)

    Estimasi Cadangan Karbon di Biomassa Lamun Teluk Saleh Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat

    No full text
    Laju peningkatan konsentrasi karbon dioksida sebesar 0,7 ppm/tahun pada tahun 1960, kemudian meningkat menjadi 2,38 ppm/tahun pada tahun 2014. Pemanfaatan vegetasi sebagai penyerap CO2, seperti vegetasi pesisir yaitu mangrove dan lamun (ekosistem blue carbon), merupakan salah satu upaya mitigasi yang dapat dilakukan untuk mengurangi peningkatan karbon dioksida. Blue carbon merupakan karbon yang berada di ekosistem pesisir maupun lautan melalui proses fotosintesis oleh organisme autotrof seperti pada mangrove dan lamun. Penyimpanan karbon pada ekosistem lamun terbagi menjadi 3 cadangan karbon yaitu: 1. Biomassa lamun yang hidup di atas (aboveground) seperti pelapah, helai daun dan organisme epifit yang tertempel, 2. Biomassa lamun yang di bawah (belowground) seperti rimpang dan akar lamun, 3. Sedimen yang bersumber dari ekosistem (autochthonous) dan dari luar ekosistem (allochthonous). Tetapi pada penelitian ini batas pengukuran kandungan karbon hanya pada biomassa lamun bagian aboveground dan belowground, tidak sampai mengukur kandungan karbon pada sedimen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui estimasi cadangan karbon pada biomassa lamun di Perairan Teluk Saleh Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Penelitian ini berpedoman pada Buku Karbon Biru di Ekosistem Lamun: Pedoman Penilaian Stok Karbon dan Sekuestrasi Karbon di Kawasan Asia Tenggara. Penelitian ini terbagi menjadi 3 kegiatan meliputi; pengambilan data lapangan, analisis laboratorium (perhitungan biomassa dan kandungan karbon organik menggunakan metode Loss on Ignation), dan perhitungan data. Spesies lamun yang digunakan pada penelitian ini yaitu spesies Enhalus acoroides dan Thalassia hemprichii dikarenakan spesies dominan di Perairan Teluk Saleh. Hasil penelitian di Teluk Saleh Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat memiliki nilai rata-rata kerapatan lamun sebesar 491 tegakan/m2 yang termasuk kedalam kategori sangat rapat sesuai dengan penilaian kerapatan mengacu pada Skala kondisi oleh Braun-Blanquer. Nilai rata-rata biomassa lamun di Teluk Saleh sebesar 881,86 g C/m2 dimana nilai biomassa bagian below ground lebih tinggi dibandingkan bagian above ground dengan rata-rata sekitar 1176,50 g C/m2. Nilai rata-rata kandungan karbon organik di Teluk Saleh sebesar 31,07% (0,31 BK) Nilai rata-rata cadangan karbon lamun di Teluk Saleh sebesar 631,28 g C/m2 yang terdiri dari 203,59 g C/m2 above ground dan 427,69 g C/m2 below ground. Didapatkan estimasi nilai cadangan karbon pada lamun di Teluk Saleh sebesar 9966,33 Mg/ha dengan luasan area lamun sebesar 1579,45 Ha

    Aktivitas Antibakteri Dari Bakteri Asam Laktat Leuconostoc mesenteroides FNCC 0092 Terhadap Pertumbuhan Bakteri Patogen Hasil Perikanan Vibrio sp.

    No full text
    Ikan merupakan bahan makanan yang tinggi protein dan kadar air. Apabila tidak dilakukan penanganan dengan tepat, maka ikan akan cepat mengalami kerusakan yang disebabkan oleh bakteri patogen, salah satu contohnya adalah bakteri Vibrio sp. Bakteri ini sering ditemukan pada komoditas laut ekonomis tinggi seperti kerang-kerangan, kepiting, dan udang, serta gangguan pencernaan pada manusia. Oleh karena itu perlu dilakukan penanganan untuk menghambat pertumbuhan bakteri ini. Salah satu alternatif alami adalah dengan menggunakan bakteri asam laktat. Bakteri asam laktat merupakan bakteri gram positif yang berperan sebagai probiotik sehingga aman untuk tubuh manusia. Bakteri asam laktat mengandung metabolit yang berperan sebagai antibakteri seperti bakteriosin, asam laktat, hidrogen peroksida, diasetil, karbondioksida, dan etanol. Salah satu bakteri asam laktat yang kerap digunakan adalah Leuconostoc mesenteroides FNCC 0092 yang mana sudah terbukti dapat menghambat Listeria monocytogenes dan E. coli. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh aktivitas antibakteri bakteri asam laktat Leuconostoc mesenteroides FNCC 0092 terhadap bakteri patogen hasil perikanan Vibrio sp. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu Teknologi Hasil Perikanan Divisi Keamanan Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang pada bulan Januari hingga Juni 2023. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah ANOVA (Analysis Of Variance) dan dilakukan uji lanjutan Tukey. Penelitian ini dilakukan menggunakan 5 konsentrasi perlakuan dan 4 kali ulangan. Penelitian ini terdiri dari dua tahap, tahap pertama dilakukan untuk mengetahui morfologi bakteri dengan uji pewarnaan gram, perhitungan total bakteri asam laktat, dan mengetahui aktivitas antibakteri dengan menggunakan uji overlay. Tahap kedua dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kekuatan antibakteri Leuconostoc mesenteroides FNCC 0092 terhadap Vibrio sp. menggunakan uji sumuran, MIC dan MBC, serta FTIR. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Leuconostoc mesenteroides FNCC 0092 dengan konsentrasi yang berbeda berpengaruh nyata terhadap penghambatan bakteri Vibrio sp. Hasil uji sumuran menunjukkan nilai rata-rata zona hambat tertinggi sebesar 11,792 mm pada K4 dan nilai rata-rata zona hambat terendah sebesar 1,766 mm pada K1. Yang membuktikan bahwa semakin tinggi konsentrasi Leuconostoc mesenteroides FNCC 0092, maka semakin tinggi zona hambatnya. Pada uji MIC didapatkan nilai sebesar 1.78 x107 CFU/ml dan MBC sebesar 7,4 x107 CFU/ml. Dan pada uji FTIR didapatkan gugus O-H, C-H, C=O, H2O, CH3, N-H, dan C-O-C yang diduga merupakan gugus penyusun dari senyawa asam laktat, hidrogen peroksida, etanol, diasetil, dan karbondioksida

    Komparasi Konsentrasi Klorofil-a Menggunakan Citra Satelit Landsat-8 dengan Pengukuran In-Situ di Perairan Malang Selatan

    No full text
    Klorofil-a merupakan salah satu pigmen yang mudah ditemukan pada organisme produsen di dalam ekosistem manapun, termasuk ekosistem akuatik. Pada ekosistem akuatik, organisme produsen terbagi menjadi dua golongan yaitu organisme makroskopik yang merupakan organisme yang dapat dilihat secara langsung dan organisme mikroskopik yang berarti organisme golongan mikroskopik dapat dilihat menggunakan bantuan alat seperti mikroskop. Organisme yang masuk kedalam kategori makroskopik seperti lamun dan makroalga lainnya. Organisme yang masuk kedalam kategori mikroskopik seperti fitoplankton dan mikroalga lainnya. Dalam ekosistem akuatik, pigmen klorofil terbagi menjadi klorofil-a, klorofil-b, klorofil-c, klorofil-d dan klorofil-e. Klorofil-a memiliki peranan penting dalam ekosistem laut, karena pigmen ini berperan dalam produksi makanan bagi organisme laut lainnya. Metode pemantauan konsentrasi klorofil-a yang umum digunakan terbagi menjadi dua metode. Metode yang dimaksud terdiri dari pemantuan dengan citraan satelit penginderaan jauh dan pemantauan secara in-situ. Beberapa satelit dapat digunakan untuk kegiatan pemantauan konsentrasi klorofil-a di suatu perairan seperti Landsat-8, Aqua-MODIS, Envisat, VIIRS Suomi-NPP, Aqua-MODIS dan lain-lain. Pemilihan Landsat-8 dalam penelitian ini dikarenakan resolusi spasial yang dimiliki seluas 30 meter per pikselnya, sehingga cocok diaplikasikan pada lokasi penelitian yang tergolong sempit. Selain itu, akurasi yang dimiliki Landsat-8 tergolong tinggi sehingga dapat digunakan untuk membangun model pendugaan produktivitas primer di suatu perairan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui konsentrasi klorofil-a di perairan Laut Malang Selatan berdasarkan hasil ekstraksi citra satelit Landsat-8 dan pengukuran konsentrasi klorofil-a secara in-situ. Kemudian, penelitian ini ditujukan untuk mengetahui perbandingan hasil pengukuran konsentrasi klorofil-a berdasarkan citra satelit Landsat-8 dan pengukuran secara in-situ. Penelitian ini memiliki tujuan terakhir yaitu untuk mengetahui karakteristik distribusi data konsentrasi klorofil-a yang diperoleh dari pengukuran in-situ. Sembilan stasiun pengukuran disebar di kedua lokasi penelitian yaitu Pantai Tamban dan Teluk Klatakan di Sidoasri. Metode yang digunakan dalam menentukan stasiun pengukuran konsentrasi klorofil-a adalah metode stratified. Hasil penelitian menunjukkan bahwa akurasi yang dimiliki satelit Landsat-8 tergolong cukup akurat, dikarenakan nilai error hasil uji akurasi RMSE sebesar 0.6413. Kemudian, distribusi data yang bersumber dari pengukuran konsentrasi klorofil-a secara in-situ di kedua lokasi penelitian dinyatakan tidak terdistribusi secara normal, karena nilai signifikansi yang dihasilkan dari uji normalitas Shapiro-Wilk berada dibawah taraf signifikansi sebesar 0.05. Penelitian ini dapat membuktikan bahwa kedua metode pengukuran konsentrasi klorofil-a menggunakan satelit dan secara in-situ ditemukan memiliki perbedaan signifikan

    Indeks Nilai Penting Lamun (Seagrass) di Kawasan Taman Nasional Baluran, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur

    No full text
    Ekosistem padang lamun memiliki banyak fungsi dan peranan penting di perairan. Meskipun ekosistem lamun memiliki peran yang sangat krusial di perairan, akan tetapi banyak ancaman yang menyebabkan penurunan luasan padang yang memiliki kaitan dengan kondisi kesehatan padang lamun. Masalah utama yang mengakibatkan kerusakan ekosistem lamun di seluruh dunia adalah aktivitas manusia seperti reklamasi, pengerukan, penambangan pasir, pencemaran air, dan pembuangan limbah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi kesehatan dan indeks nilai penting (INP) lamun di Kawasan Perairan Taman Nasional Baluran, Situbondo, Jawa Timur. Taman Nasional Baluran yang menjadi salah satu destinasi wisata dan kegiatan perikanan menjadikan ancaman tersendiri bagi ekosistem yang ada di dalamnya salah satunya lamun apabila tidak dikelola dengan baik. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai lamun memperparah keadaan sehingga kurangnya upaya untuk menjaga dan melestarikan ekosistem ini. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juli 2022 di delapan perairan meliputi Perairan Bama, Kajang, Kakapa, Simacan, Sirondo, Lempuyang, Air Karang, dan Trisik yang berada di Taman Nasional Baluran. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan metode purposive sampling. Pengambilan data lapang terdiri atas parameter kualitas perairan, persentase tutupan jenis, kerapatan jenis, dan frekuensi jenis lamun. Paramater kualitas perairan yang diukur meliputi suhu, pH, salinitas, DO, kecepatan arus, dan kecerahan. Pengambilan data lamun mengacu pada Coremap LIPI dengan kuadran transek berukuran 50x50 cm dan dibagi empat bagian. Garis transek ditarik sejauh 100 meter tegak lurus garis pantai atau menyesuaikan luas hamparan padang lamun di lokasi penelitian. Jarak peletakan antar kuadran adalah 10 meter dan jarak antar garis transek adalah 50 meter. Hasil pengukuran parameter perairan menunjukkan rata-rata normal dan sesuai dengan baku mutu Kepmen LH no. 51 tahun 2004, kecuali pH namun masih termasuk dalam perairan yang produktif. Berdasarkan hasil tersebut, kondisi lokasi penelitian tergolong perairan yang baik untuk lamun dapat hidup dan tumbuh. Hasil identifikasi didapatkan 7 spesies lamun yaitu Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Halodule pinifolia, Halodule uninervis, Syringodium isoetifolium, dan Halophila ovalis. Hasil penelitian mengenai kondisi kesehatan lamun di Taman Nasional Baluran didapatkan nilai sebesar 59,46± 5,75 % yang berarti dalam kondisi kurang sehat dengan kategori tutupan sedang menurut Kepmen LH No. 200 tahun 2004 dan Coremap LIPI. Halodule pinifolia merupakan spesies dengan peranan paling kecil di Kawasan Perairan TN Baluran karena memiliki indeks nilai penting terendah. Enhalus acoroides merupakan jenis lamun yang memiliki indeks nilai penting tertinggi dengan nilai 93.25 %. Berdasarkan hasil tersebut Enhalus acoroides merupakan spesies yang memiliki peranan paling dominan, paling mampu beradaptasi dengan lingkungan, dan memiliki tingkat ketahanan tinggi di Kawasan Perairan Taman Nasional Baluran

    Tocilizumab in patients admitted to hospital with COVID-19 (RECOVERY): a randomised, controlled, open-label, platform trial

    No full text

    Aspirin in patients admitted to hospital with COVID-19 (RECOVERY): a randomised, controlled, open-label, platform trial

    No full text

    Convalescent plasma in patients admitted to hospital with COVID-19 (RECOVERY): a randomised controlled, open-label, platform trial

    No full text
    corecore