24 research outputs found

    Study of Shallot (Allium ascalonicum L) Seed Viability From True Shallot Seed (TSS)

    No full text
    Abstract The use of shallot bulbs as the main planting material has many weaknesses, so one of the solutions is to use botanical seeds (True Shallot Seed). Physiologically, good seeds have embryos, endosperm, radicles, and testa. Seed viability demonstrated by the viability of seeds, metabolically active, and has enzymes that can catalyze metabolic reactions for germination. The purpose of this study was to determine the potential of the seed to determine its quality. One method for testing seed potential is the viability test through the tetrazolium test and the vigor test through Germination Rate. This research used local varieties of Trisula yields in 2015 (TR 1), Trisula yields of 2018 (TR 2) and as a control used Tuk-Tuk varieties. The results of the viability test using tetrazolium showed that the average viable seeds in the TR1 variety were 90.5%, TR2 94%, Tuk-tuk 95.5% which meant that the potential of the seed was still good because it was over 80%. The results of the vigor test through the measurement of germination rate gave significantly different results on each variable with an average yield of TR1 8.45% per etmal, TR2 11.41% per et mal, and Tuk-tuk 14.27% per et mal.</jats:p

    Potensi Jahe Merah (Zingiber Officinale Var. Rubrum) pada Berbagai Media Pupuk Organik di Polybag

    Full text link
    Jahe merupakan salah satu jenis tanaman obat yang dikembangkan sebagai bahan obat tradisional karena mengandung senyawa kimia seperti oleoresin dan minyak atsiri, flavonoid, fenol, terpenoid dan antioksidan yang dipercaya dan telah banyak dipublikasi mampu meningkatkan kekebalan tubuh dan system antioksidan. Tanaman biofarmaka kelompok rimpang pada tahun 2018 hampir keseluruhannya mengalami kenaikan luas panen, hanya tanaman jahe dan tanaman dringo yang mengalami penurunan. Selain itu produtivitas jahe juga mengalami penurunan yang disebabkan oleh pemupukan yang kurang optimal. Tujuan artikel ini mereview potensi jahe merah di berbagai media pupuk organik di polybag komposisi media pupuk organik yang tepat untuk meningkatkan pertumbuhan jahe merah pada pertanaman menggunakan polybag. Budidaya jahe merah dapat dilakukan di karung atau polybag, dan dapat dilakukan setiap saat. Budidaya jahe merah dapat di tanam dengan media tanah yang dicampur dengan media organik seperti pupuk kendang dan kompos. Berdasarkan analisis usaha tani setiap 10 bulan dapat dihasilkan Rp. 45.000.000,- (empat puluh lima juta rupiah). Tempat untuk budidaya jahe merah di dalam karung atau polybag dapat dibawah tegakan pohon di pekarangan

    Penerapan Hidroponik Rakit Apung Memakai Dobel Pompa Venturi di Kalurahan Karangasem, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta

    Full text link
    Perkembangan teknologi dalam bidang pertanian semakin pesat, sehingga masyarakat yang tertinggal dalam memanfaatkan kemajuan teknologi, tidak akan memperoleh keuntungan yang maksimal dari kegiatan usaha yang dilakukan. Salah satu teknologi yang layak disebarluaskan adalah teknologi hidroponik, hal ini dikarenakan semakin langkanya lahan pertanian akibat dari banyaknya sektor industri dan jasa. Teknologi budidaya pertanian dengan sistem hidroponik diharapkan menjadi salah satu alternatif bagi masyarakat yang mempunyai lahan terbatas atau pekarangan. Hidroponik sangat cocok untuk program urban farming atau pertanian perkotaan. Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk memberikan kegiatan produktif pada masyarakat perkotaaan dengan budidaya sayuran menggunakan sistem hidroponik. Kegiatan dilaksanakan di Kelurahan Karangasem, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta. Metode yang digunakan melalui kegiatan pelatihan dan implementasi budidaya hidroponik rakit apung. Rakit apung yang dilakukan yaitu berupa: 1. tidak menggunakan aerasi, 2. aerasi dengan menggunakan pompa yang diletakkan dibawah bak penanaman, air kelebihan keluar kembali lagi ke bak tandon, 3. pompa diletakkan didalam bak penanaman dikeluarkan berupa pancuran yang merata diujung bak, 4. menggunakan 2 pompa venturi tanpa dibuat pancuran, 5. menggunakkan pipa venturi jumlah mengikuti luas penanaman rakit apung. Kegiatan pengabdian bermanfaat bagi masyarakat dalam peningkatan daya saing hasil sayuran khususnya sawi sendok (pak choy)

    Acute and chronic effects of resistance exercise on blood pressure in elderly women and the possible influence of ACE I/D polymorphism

    No full text
    M&aacute;rcio Rabelo Mota,1,3 Ricardo Jac&oacute; Oliveira,2 Denize Faria Terra,3 Emerson Pardono,4 Maur&iacute;lio Tiradentes Dutra,2 Jeeser Alves de Almeida,3 Francisco Martins Silva3 1University Center of Bras&iacute;lia (UniCeub), Bras&iacute;lia, Brazil; 2University of Bras&iacute;lia (UnB), Bras&iacute;lia, Brazil; 3Catholic University of Bras&iacute;lia (UCB), Bras&iacute;lia, Brazil; 4Federal University of Sergipe (UFS), S&atilde;o Crist&oacute;v&atilde;o, Brazil Abstract: This study investigated the chronic effect of blood pressure (BP) and post-exercise hypotension (PEH) during resistance training (RT) and its relation with the angiotensin-converting enzyme (ACE) gene insertion/deletion (I/D) polymorphism in hypertensive elderly women. Participants were divided into two groups: an experimental group (EG) with exercise and a control group (CG) without exercise. The EG performed one adaptation month and one repetition maximum load (1RM) test at the end of this period. After the first month, the EG conducted a three-month program of RT at 60%, 70%, and 80% of 1RM, respectively, for each month. The CG was evaluated at the end of each month. Systolic (SBP) and diastolic (DBP) blood pressure (Microlife BP 3AC1-1) were measured, with the subject in a seated position, during an acute session for both GE and CG as follows: every 5 minutes for 20 minutes at pre-exercise rest, immediately after the resistance exercise and control, and every 15 minutes during 1 hour of recovery after exercise and CG. Analysis of covariance showed reduction in SBP and DBP (P &le; 0.05) rest values after the RT program. PEH was observed only for the EG in acute sessions, for SBP after the second and third months (P &le; 0.05), and for DBP after the second and fourth months (P &le; 0.05). No significant differences in main effects and interaction effects between blood pressure and ACE I/D were observed. The occurrence of chronic reduction of blood pressure and PEH through EG may have a protective effect on the cardiovascular system with no ACE I/D polymorphism influence for this population. Keywords: post-exercise hypotension, resistance exercise, angiotensin-converting enzyme, genetics, polymorphis
    corecore