3,977 research outputs found

    A branch-and-cut algorithm for the Time Window Assignment Vehicle Routing Problem

    Get PDF
    This paper presents a branch-and-cut algorithm for the Time Window Assignment Vehicle Routing Problem (TWAVRP), the problem of assigning time windows for delivery before demand volume becomes known. A novel set of valid inequalities, the precedence inequalities, is introduced and multiple separation heuristics are presented. In our numerical experiments the branch-and-cut algorithm is 3.8 times faster when separating precedence inequalities. Furthermore, in our experiments, the branch-and-cut algorithm is 193.9 times faster than the best known algorithm in the literature. Finally, using our algorithm, instances of the TWAVRP are solved which are larger than the small scale instances previously presented in the literature

    Three photometric methods tested on ground-based data of Q 2237+0305

    Get PDF
    The Einstein Cross, Q~2237+0305, has been photometrically observed in four bands on two successive nights at NOT (La Palma, Spain) in October 1995. Three independent algorithms have been used to analyse the data: an automatic image decomposition technique, a CLEAN algorithm and the new MCS deconvolution code. The photometric and astrometric results obtained with the three methods are presented. No photometric variations were found in the four quasar images. Comparison of the photometry from the three techniques shows that both systematic and random errors affect each method. When the seeing is worse than 1.0", the errors from the automatic image decomposition technique and the Clean algorithm tend to be large (0.04-0.1 magnitudes) while the deconvolution code still gives accurate results (1{sigma} error below 0.04) even for frames with seeing as bad as 1.7". Reddening is observed in the quasar images and is found to be compatible with either extinction from the lensing galaxy or colour dependent microlensing. The photometric accuracy depends on the light distribution used to model the lensing galaxy. In particular, using a numerical galaxy model, as done with the MCS algorithm, makes the method less seeing dependent. Another advantage of using a numerical model is that eventual non-homogeneous structures in the galaxy can be modeled. Finally, we propose an observational strategy for a future photometric monitoring of the Einstein Cross.Comment: 9 pages, accepted for publication in A&

    Uji Antibakteri Jamur Endofit Dari Tumbuhan Mangrove Sonneratia Alba Yang Tumbuh Di Perairan Pantai Tanawangko

    Get PDF
    Jamur endofit merupakan jamur yang hidup di dalam jaringan tumbuhan tanpa memperlihatkan timbulnya penyakit pada tumbuhan tersebut. Pengujian antibakteri menggunakan metode Kirby-Bauer yang dimodifikasi. Jamur yang memperlihatkan aktivitas antibiotik yang kuat dikultivasi statis dalam media nasi selama 10 hari Induksi bakteri S. aureus dilakukan pada isolat yang menunjukkan aktivitas tertinggi. Tujuan pemberian bakteri pada kultur yaitu memicu jamur untuk menghasilkan senyawa tertentu melalui jalur biosintesis senyap (Silence Biosynthetic Pathway) pada jamur tersebut. Proses inkubasi dihentikan dengan cara maserasi dengan menambahkan etanol 96 % ke dalam kultur selama 24 jam. selanjutnya dipartisi dengan pelarut etil asetat, n-heksan, etanol dan air untuk memperoleh fraksi n-heksan, etanol dan air. Tiap fraksi ini diuji kembali aktivitas antibiotiknya dengan menggunakan metode tersebut di atas. Hasil penelitian ini diperoleh sembilan isolat jamur dari mangrove S. alba. Lima isolat menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap bakteri S.aureus dan E. coli Tiga isolat akar (PTWSAA1.1, 1.2 dan 1.3) menunjukkan aktivitas yang kuat terhadap kedua bakteri uji. Ketiga isolat jamur dikultivasi statis dalam media nasi dilanjutkan dengan ekstraksi dan partisi. Pengujian aktivitas antibakteri tiap fraksi ketiga isolat jamur memperlihatkan hanya fraksi etanol yang menunjukkan aktivitas penghambatan, Hal ini menunjukkan bahwa senyawa aktif antibakteri dari ketiga jamur endofit merupakan senyawa yang bersifat semipolar

    Telaah Sitotoksik Dari Ekstrak Karang Lunak Nephtea SP.

    Get PDF
    Telaah aktivitas sitotoksik merupakan langkah awal dalam pencarian senyawa baru yang potensial sebagai antitumor, antara lain berasal dari bahan hayati laut. Karang lunak berpotensi dalam penyediaan substansi bioaktif yang memiliki aktivitas sitotoksik. Sampel karang lunak Nephtea sp diekstraksi dengan pelarut methanol, kemudian dipartisi dengan menggunakan pelarut etil asetat, heksan dan kloroform. Ekstrak dari hasil ekstraksi dan partisi diuji aktivitas sitotoksiknya pada sel telur bulu babi Tripneustes sp. Pengamatan untuk ekstrak metanolik menghambat perkembangan embrio pada perlakuan setelah fertilisasi hanya memperlambat perkembangan embrio bulu babi sedangkan untuk fraksi larut etil asetat, heksan dan kloroform dari kedua perlakuan memiliki aktivitas sitotoksik yang tinggi dengan menghambat perkembangan embrio bulu babi Tripneustes sp. Karang lunak Nephtea sp mengandung senyawa yang memiliki aktivitas sitotoksik yang tinggi. Untuk itu perlu dilakukan pemurnian senyawa lebih lanjut

    Aktivitas Sitotoksik Dari Ekstrak Bintang Ular (Ophiomastix Annulosa) Terhadap Perkembangan Awal Embrio Bulu Babi (Tripneustes Gratilla)

    Get PDF
    Penelitian di bidang alam bahari telah berkembang ditandai dengan ditemukannya substansi-substansi seperti sitotoksik, antimikroba, antifungi dan sebagainya yang dibutuhkan dalam penyediaan bahan-bahan farmasi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi ada tidaknya substansi sititoksik pada bintang ular Ophimastix annulosa dan menelusuri keberadaan senyawanya. Sampel diekstraksi dengan pelarut metanol, kemudian dipartisi menggunakan pelarut etil asetat, heksan dan kloroform. Tiap fraksi diuji pada sel telur bulu babi (Tripneustes gratilla) sebelum dan sesudah difertilisasi. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa ekstrak metanolik O. annulosa dan ketiga fraksi (etil asetat, heksan dan kloroform) memiliki substans sitotoksik. keempat fraksi yang diuji mampu menghambat perkembangan sel telur dan embrio bulu babi. fraksi kloroform menunjukkan aktivitas sitotoksik tertinggi dibandingkan ketiga fraksi lainnya sehingga perlu dilakukan pemurnian lanjut untuk menemukan senyawa murni
    corecore