503 research outputs found
Human Pappilomavirus Genotype in Cervical Tissue of Patients with Cervical Intraepithelial Neoplasia (CIN) 1, CIN 2, and CIN 3
Objectives: to determine the genotype of HPV in patients with precancerous lesions of cervical tissue.Materials and Methods: An observational study with cross sectional study of patients paraffin block CIN1, CIN2, CIN3 was conducted in Dr Soetomo Hospital. HPV DNA was extracted from paraffin blocks, then performed PCR and genotyping of HPV. The sample consisted of 28 patients with cervical tissue paraffin blocks CIN1, CIN2 and CIN3. Patients aged between 26-74 years (standard deviation 10,12).Results: HPV genotypes that infect patients with CIN1 were HPV16 and 18, CIN2 were HPV16 and 52 and CIN3 were HPV16, 67, and combined infection HPV16/67 and HPV52/67. HPV genotypes in a single infection were 26/28 (HPV16, HPV18, HPV52 and HPV67), and multiple infections were 2/28 (HPV16/67 and HPV52/67).Conclusion: The most dominant HPV genotypes infect patients with precancerous lesions of the cervix were HPV16, HPV67, HPV52, and HPV18
Penggunaan Light Emitting Diode Pada Lampu Celup Bagan (the Use of Light Emitting Diode on Sunked Lamps of Lift Net)
Lift net fishermen usually use fluorescent lamp as attractor to lure fish. As price of fuel rise, fishermen are forced to find another option to change their attractor into some much lower cost and more energy-save lamp, or in other words, to change into LED lamp. This research are providing evidence that sunked LED lamps can be utilized as a helper tools, and also determined the best time for catching fish in the lift net. Two lift net used in this research, one of them used sunked LED lamps and the other used ordinary fluorescent lamps. Lift net are operated as long as 20 nights, with four catching times per night, between 18.00-21.00, 21.00-00.00, 00.00-03.00, and 03.00-06.00. Results showed that LED lamps give a better result with 11 organisms successfully catch (287,6 kg), compared to ordinary fluorescent lamps with only six organisms (238,3 kg). The best time for catching with LED lamps are between 18.00-21.00 (121 kg), while between 21.00-00.00 (67,4 kg), 00.00-03.00 (46,9 kg) and 03.00-06.00 (52,3 kg)
Penguatan Cahaya Pada Bagan Menggunakan Reflektor Kerucut Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Tangkapan Cumi-cumi (Light Strengthening on Lift Net with Conical Reflectors to Squid Catch Improvement)
Study of light strengthening on lift net with conical reflectors was conducted in Kao Bay waters. Three units of lift net were operated 14 nights at the full moon condition. Every lift nets were completed with three different kind of lamp cover, called tudung, reflector αr23,3o and αr32,6o. Fishing operation time of lift net were divided into two intervals of time i.e 20.00-01.00 and 01.00-05.00 WIT (East Indonesian Timezone). Total yield of lift net with reflector αr23,3o was 5.774 kg (41,45%), while that of the lift net with reflector αr 32,6o was 4.977 kg (35,72%), and that of total yield of the lift net with tudung was 3.180 kg (22,83 %). Fishing operation time of lift net at 01.00-05.00 WIT (East Indonesian Timezone) produced 12.661 kg (91 %) weight of total catch, higher than fishing operation of lift net at 20.00-01.00 am that produced 1.270 kg (9 %) weight of total catch. However, statistical analysis concluded that design of the reflector did not significantly affect the catch per trip (Pvalue > 0,05) while fishing time significantly affected the catch per trip (Pvalue < 0,05)
Skrining Kanker Serviks Dengan Pemeriksaan Pap Smear Di Puskesmas Tanah Kali Kedinding Surabaya Dan Rumah Sakit Mawadah Mojokerto
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi lesi prekanker serviks dengan cara melakukan skrining kanker serviks menggunakan pemeriksaan Pap smear.Bahan dan Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif dengan metode pendekatan cross sectional yang dilakukan pada 140 wanita, terdiri dari 90 orang dari Puskes-mas Tanah Kali Kedinding Surabaya, dan 50 orang dari Rumah Sakit Mawadah Mojokerto, dengan usia 20-70 tahun. Pemeriksaan spesimen sitologi serviks dengan pengecatan Papaniculaou dan klasifikasi hasil pemeriksaaan sitologi berdasar-kan klasifikasi Papaniculaou dan sistim Bethesda. Pemeriksaan inspeksi visual asam asetat (IVA) adalah metode lain untuk skrining kanker serviks dilakukan dengan mengoleskan asam asetat 5% pada area serviks dan melakukan pengamatan satu menit kemudian.Hasil: Hasil pemeriksaaan Pap smear menunjukkan Papaniculaou kelas I (sama dengan normal pada klasifikasi sistim Bethesda) yaitu 12.1%, kelas II (sama dengan NILM pada klasifikasi sistim Bethesda) yaitu 86, 4%, dan kelas III (sama dengan LSIL pada klasifikasi sistim Bethesda) yaitu 1,4%. Hasil pemeriksaan IVA menunjukkan 6,43% positif dan 93,57% negatif. Hasil pemeriksa-an IVA positif terdapat pada 9/140 orang yang merupakan proses keradangan dan infeksi, bukan merupakan lesi prekanker.Simpulan: Prevalensi lesi prekanker yaitu 1,4%. Pemeriksaan IVA menunjukkan hasil positif semu yang disebabkan oleh proses radang atau infeksi pada serviks
P051: Factors responsible for methicillin-resistant Staphylococcus aureus outbreak in the neonatal intensive care unit
Genetic Transformation of Rhodesgrass (Chloris Gayana Kunth.) by Particle Bombardment
Rhodesgrass (Chloris gayana Kunth) has been cultivated as one of the most important warm-season grasses in the world. One of the major limitations for cattle production on forage grasses, especially warm-season grasses is poor digestibility if compared to temperate grasses (Gondo et al., 2003). It is believed that the low digestibility of warm-season grasses is due to high lignin contents (Akashi et al., 2003). Recently, modification of the lignin content of plants appears to be feasible using genetic engineering strategies. We have established a methodology for high-frequency somatic embryogenesis and multiple shoot formation from seed-derived shoot apical meristems in rhodesgrass. Also, we have studied several factors involved in particle bombardment transformation
PENGELOLAAN PERIKANAN BERKELANJUTAN DAN PENGEMBANGAN LEMBAGA KEMITRAANNYA DI DESA CITEMU, CIREBON
Studi bertujuan untuk menyusun pola pengelolaan perikanan berkelanjutan dan mengembangkan lembaga kemitraannya yang menjamin keberlanjutan usaha perikanan di Desa Citemu, Cirebon. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, metode korelasi, dan analisis konten. Pola pengelolaan perikanan berkelanjutan dapat diarahkan pada 1. pengkayaan stock sumberdaya ikan, 2. pengembangan teknologi dan prinsip penangkapan ikan ramah lingkungan, dan 3. pengembangan kemitraan untuk penguatan usaha perikanan. Skema kemitraan yang dapat dilakukan di kawasan Citemu adalah kemitraan investasi murni dan kemitraan investasi kerjasama. Komponen lembaga kemitraan yang berkorelasi positif dengan tujuan pengelolaan perikanan berkelanjutan adalah keaktifan di bidang perikanan, kecakapan pengelolaan lembaga, komitmen pengelolaan lembaga, serta tugas dan fungsi yang melekat pada lembaga tersebut. Tugas dan fungsi lembaga kemitraan adalah menggerakkan praktek perikanan berkelanjutan, menjalin kemitraan investasi, dan menjadi penghubung program perikanan berkelanjutan yang diinisiasi pihak eksternal.
Kata Kunci: industri, kemitraan, masyarakat, nelayan, pengelolaan berkelanjutan, perikana
PERBEDAAN JUMLAH DAN UKURAN HASIL TANGKAPAN BAGAN APUNG PADA WAKTU HAULING YANG BERBEDA
Ikan berkumpul di lokasi penangkapan bagan dengan berbagai tujuan. Beberapa peneliti menunjukan bahwa salah satu alasan ikan berkumpul di lokasi penangkapan bagan untuk melakukan pemangsaan. Salah satu alasan ikan berkumpul di sekitar bagan adalah pemangsaan. Waktu pemangsaan tiap spesies berbeda, sehingga keberadaan tiap spesies di lokasi penangkapan akan berbeda. Pada penangkapan ikan dengan bagan apung, nelayan akan melakukan kegiatan hauling pada saat ikan telah banyak berkumpul di lokasi penangkapan. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengungkap aktifitas hauling yang berbeda terhadap hasil tangkapan bagan. Tujuan dari penelitian ini untuk menetukan bobot ikan yang tertangkap, jenis ikan yang tertangkap, sebaran ukuran ikan yang tertangkap dan keragaman ikan yang tertangkap pada bagan apung pada berbagai periode hauling. Pengambilan data dilakukan dengan metode uji coba penangkapan di laut. Pengambilan data dilakukan selama 10 hari dengan tiap trip penangkapan sebagai satu ulangan. Untuk menganalisis adanya perbedaan bobot ikan yang tertangkap dan ukuran panjang spesies dominan pada berbagai periode hauling digunakan Uji Kruskal Wallis. Keragaman hasil tangkapan yang diperoleh pada berbagai waktu hauling dianalisis dengan index Shannon Wiener. Berdasarkan hasil uji Kruskal Wallis terhadap bobot ikan yang tertangkap pada berbagai waktu hauling diperoleh nilai probabilitas 0,041 (P < 0,05). Hal ini berarti bobot hasil tangkapan antara waktu hauling yang berbeda menunjukan perbedaan yang nyata. Hasil Uji Kruskall Wallis pada ukuran panjang ikan dominan menunjukan hasil tangkapan ikan layang dan cumi-cumi berbeda nyata taraf kepercayaan 95%. Keanekaragaman tertinggi terjadi pada waktu hauling tengah malam dengan nilai indeks keragaman 1,956.
Kata kunci: bagan apung, distribusi ukuran, hauling, hasil tangkapan, keragaman, Kruskal Walli
TEKNIK PENANGANAN KOMPONEN SISA PADA OPERASI INDUSTRI PENANGKAPAN IKAN YANG BERBASIS DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI BLANAKAN
Penelitian bertujuan menganalisis keragaan komponen sisa dan menyusun teknik penanganannya pada operasi industri penangkapan ikan yang berbasis di PPP Blanakan. Metode yang digunakan adalah metode deskripsi, model PPA, dan analisis porsi tertimbang. Komponen sisa dari kelebihan stok perbekalan pada operasi industri penangkapan ikan adalah sisa BBM (rata-rata 38,5 l/kapal), sisa air tawar (rata-rata 117,5 l/kapal), dan sisa es balok (rata-rata 5,3 balok/kapal). Adapun komponen sisa dari dampak aktivitas operasi kapal adalah tumpahan BBM dan oli, serta sampah melaut, terutama kemasan plastik. Teknik produksi bersih untuk penanganan komponen sisa pada operasi industri penangkapan ikan yang berbasis di PPP Blanakan adalah (a) memberi pelatihan perencanaan cermat perbekalan BBM (rethink), (b) mengurangi perbekalan es balok (reduce), (c) penggunaan kembali sisa air tawar untuk membersihkan peralatan (reuse), (d) memperbaiki instalasi yang bocor (refine) dan memberi pelatihan peningkatan kesadaran akan dampak tumpahan BBM dan oli (rethink), dan (e) mengurangi perbekalan berkemasan plastik (reduce).
Kata kunci: air tawar, industri penangkapan ikan, komponen sisa, model PPA, pelabuhan perikanan, produksi bersi
Conformational instability of the lowest triplet state of the benzene nucleus. I. The unsubstituted molecule
- …
