1,291 research outputs found
Hubungan antara Peran Ibu dalam Pemberian Makanan Pendamping ASI dengan Status Gizi Balita Usia 6 – 24 Bulan di Puskesmas Cermee Kabupaten Bondowoso Tahun 2011
Nutrient status is main problem which effect to the human resources quality. Based on data by the high incidence of malnutrition in Cermee of Public Health Bondowoso Sub Province are caused by a less of role of mother in provision of complementary feeding. The entirety objective of this research is to know the relationship between the role of mother to provision of complementary feeding and nutrient status of toddler 6 – 24 months in Cermee of Public health Bondowoso Sub Province in 2011. Specific objective of this research is to identify role of mother in provision of complementary feeding, identify the nutrient status of toddler 6 – 24 months, and analyzing the relationship between the role of mother to provision of complementary feeding and nutrient status of toddler 6 – 24 months in Cermee of Public Health Bondowoso Sub Province in 2011.
The role of mother to provision of complementary feeding for toddler include preparing food, managing the food, and provide the food. Many factors that can affect the nutrient status of toddler, such us food consumption, infectious disease, psychology, genetic and health service. This research is analytic correlative research and use observasional methode. The population are all of the mothers and toddler ages 6 to 24 moths in Cermee of Public Health Bondowoso Sub Province. The sample is that most mothers and toddlers ages 6 to 24 months who meet inclusion and exclusion criteria with a large sample of 35 mothers and toddlers. The sampling is purposive sampling. The instrument is checklist and table categories of nitritient status based index of weight to age. Analysis the data is Sperman rank correlation test.
The results of research is nine mothers (25.7%) play less in the provision of complementary feeding and three infants (8.6%) had severe malnutrition. The results of bivariate analysis is significant value is 0.029 and the correlation coefficient is 0.369. The results of analysis there is correlation between maternal role in the provision of complementary feeding with nutritional status of children in Cermee of Public Health District Bondowoso in 2011 and the strong\u27s correlation between both is medium.
Factor in the role of mothers giving complementary feeding was not the only factor affecting the incidence of malnutrition, but the increasing role of mothers in the provision of complementary feeding remains the best option to reduce the high incidence of malnutrition
The profile of women who seek emergency contraception from the family planning service
published_or_final_versio
Pengaruh Senam Aerobik Low Impact Terhadap Volume Oksigen Maksimal Pada Wanita Usia 30-39 Tahun
VO2 maksimal adalah kemampuan maksimal tubuh dalam mengambil dan mengkonsumsi oksigen selama aktifitas. Orang yang memiliki VO2 maksimal yang tinggi tidak mudah lelah dan bekerja lebih efektif. Ada bebrapa faktor yang mempengaruhi VO2 maksimal antara lain usia, jenis kelamin, aktifitas fisik, komposisi tubuh dan keturunan. Puncak dari kebugaran seseorang di usia 25-30 tahun, kemudian terjadi penurunan kapasitas fungsional dari seluruh tubuh. Penurunan kapasitas fungsional dari tubuh khususnya jantung dan pembuluh darah disebabkan karena penurunan dari denyut nadi maksimal dan penurunan dari fungsi jantung. Oleh karena itu, kebugaran harus dijaga dengan aktifitas fisik seperti olahraga senam aerobik low impact.
Senam aerobik merupakan salah satu aktifitas olahraga yang dapat meningkatkan VO2 maksimal. Salah satu tipe senam aerobik yang di gunakan adalah senam aerobik low impact .Senam aerobik low impact adalah olahraga yang menggunakan selruh otot tubuh dengan gerakan terus menerus, ritmis dan dinamis yang sederhana diiringi dengan musik, salah satu kaki selalu berada pada lantai. Senam aerobik yang dilakukan secara teratur dapat memberikan dampak yang positif pada tubuh, khususnya jantung dan paru-paru. Pada jantung terjadi peningkatan curah jantung yang disalurkan keseluruh tubuh denngan denyut nadi yang semakin kecil. Pada paru-paru terjadi proses udara yang lebih banyak dengan usaha yang semakin kecil. Senam aerobik dapat memberikan hasil yang optimal jika di lakukan dengan intensitas 60-90% dari MHR, frekuensi 3-5 kali seminggu, durasi 40 menit. Dalam melakukan senam aerobik, mula-mula harus melakukan pemanasan selama 5-10 menit, latihan inti 20 menit dan pendinginan 5-10 menit.
Dalam mengukur VO2, banyak metode yang digunakan. Salah satunya dengan menggunakan latihan submaksimal seperti naik turun bangku tanpa sandaran yang biasa disebut queen’s college step test. Naik turun bangku selama 5 menit yang diatur dengan ketukan bantuan dari alat metronome. Setelah naik turun, denyut nadi diukur selama 15 detik dikali 4 kemudian dimasukan kedalam rumus VO2 maksimal
Calculation of solvency capital requirements for non-life underwriting risk using generalized linear models
The paper presents various GLM models using individual rating factors to calculate the solvency capital requirements for non-life underwriting risk in insurance. First, we consider the potential heterogeneity of claim frequency and the occurrence of large claims in the models. Second, we analyse how the distribution of frequency and severity varies depending on the modelling approach and examine how they are projected into SCR estimates according to the Solvency II Directive. In addition, we show that neglecting of large claims is as consequential as neglecting the heterogeneity of claim frequency. The claim frequency and severity are managed using generalized linear models, that is, negative-binomial and gamma regression. However, the different individual probabilities of large claims are represented by the binomial model and the large claim severity is managed using generalized Pareto distribution. The results are obtained and compared using the simulation of frequency-severity of an actual insurance portfolio.Web of Science26446645
Hubungan Kecepatan,Kelincahan, dan Keterampilan Menggiring Bola pada Pemain Futsal
Background : An important component that must be mastered by a futsal player is discipline that is built with a high awareness for the creation of a good lifestyle and excellent physical condition, because the sport requires a lot of movement such as forward, backward, and survive, then the special technique one must have is dribbling skills that require physical skills that allow individuals to quickly and efficiently change direction, accelerate, and slow down in an effort to react appropriately. If a futsal player has good speed and agility while dribbling, then futsal players can free themselves from the opponent's escort and the ball is not easily taken by the opponent.
Purpose : To know the relation of speed and agility of futsal players, speed relation with dribbling skills on futsal players, agility relationship with dribbling skills on futsal players, speed relationship, agility, and dribbling skills on futsal players.
Method : This research is a type of observational analytic research with crossectional approach. Technical sampling using total sampling counted 50 respondents. Data analysis using pearson product moment.
Result : Data obtained from normality test p> 0,05 then normal distribution. The result of correlation of velocity and agility shows that p <0,05 meaning that there is relation, and value r = 0,539 which means have strong and positive relation strength. The results of speed correlation and dribbling skills show that p <0.05, which means there is a relationship and value of r = 0.471 which means having the power of a moderate and positive relationship. The result of agility correlation and dribbling skill that p <0,05 with r value = 0,434 which means have medium strength and positive. Multiple correlation result mention p value <0,05 and value r = 0,517 hence degree degree relation expressed strong and positive correlation
Conclusion : There is a relationship between speed and agility, there is a relation of speed with dribbling skills, there is an agility relationship with dribbling skills, there is a relationship between speed, agility, and dribbling skills on futsal players.
Keywords : Speed, agility, dribbling
Efektivitas Pendidikan Gizi Dengan Metode Dongeng Terhadap Pengetahuan Siswa Tentang Gizi Seimbang Di SDN 3 Makamhaji Kartasura
Pendahuluan : Pendidikan tidak terlepas dari proses belajar mengajar. Dalam proses belajar dibutuhkan alat bantu atau media yang dapat digunakan untuk mempermudah menyampaikan pesan kepada sasaran. Pemilihan media belajar harus berdasarkan pada tujuan pembelajaran dan kemampuan belajar siswa. Pembelajaran dengan metode dongeng merupakan salah satu hal yang menarik untuk anak sekolah dasar, dimana di masa-masa itulah imajinasi anak masih segar, dan dapat dikembangkan.
Tujuan :Mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan anak sekolah dasar sebelum dan sesudah diberikan pendidikan gizi dengan metode Dongeng.
Metode Penelitian : Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Quasi Eksperimen dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah Pretest and Post Test One Group.
Hasil Penelitian :Menunjukan nilai p < 0,05 yang berarti pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan metode dongeng tentang gizi seimbang terdapat perbedaan yang signifikan.
Kesimpulan : Terdapat perbedaan tingkat pengetahuan tentang pendidikan gizi seimbang dengan metode dongeng terhadap pengetahuan anak SD N Makamhaji 3 Kartasura
Pengaruh Latihan Close Kinetic Chain Dengan Static Quadriceps Terhadap Peningkatan Aktifitas Fungsional Pada Penderita Osteoarthritis
kronis, yang mengakibatkan keterbatasan gerak, penurunan kekuatan otot secara general, keseimbangan, dan keterbatasan dalam melakukan aktivitas keseharian. Peningkatkan aktivitas fungsional pada penderita OA dalam penelitian ini menggunakan close kinetic chain atau gerakan di satu sendi secara bersamaan menghasilkan gerakan pada sendi lainnya dari ekstremitas tersebut dan Static
Quadriceps Exercise adalah memperlancar sirkulasi darah, mencegah kontraktur, meningkatkan kekuatan otot atau power muscle, rileksasi otot, stabilisasi sendi lutut.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan Close kinetic chain dengan Static quadriceps dalam meningkatkan aktifitas fungsional pada penderita OA lutut.
Metode penelitian : Metode penelitian yang digunakan adalah komparatif, dengan menggunakan pendekatan Quasi Eksperimental dan desain Two groups pre and post test two groups desain. Penelitian dilakukan di Panti Wreda Dharma Bhakti Surakarta, sampel berjumlah 12 orang diambil melalui metode Purposive sampling. Kedua kelompok sampel tersebut diukur aktivitas fungsional menggunakan kuisioner disabilitas WOMAC kemudian dianalisa dengan uji statistik.
Hasil : Uji normalitas Shapiro-Wilk untuk aktivitas fungsional dengan hasil p > 0,005 yang berarti distribusi data normal,maka di uji Analisis data menggunakan Paired Sampel t test. Dari hasil uji tersebut menunjukkan adanya hubungan antara close kinetic chain dan Static Quadriceps Exercise dengan peningkatan aktivitas fungsional dengan nilai p<0,05. Pada uji beda pengaruh mendapatkan hasil bahwa
close kinetic chain lebih berpengaruh terhadap penigkatan aktivitas fungsional. Diharapkan akan adanya penelitian selanjutnya dengan menambah jumlah variabel guna memperluas penelitian ini.
Kesimpulan: Ada perbedaan pengaruh latihan Close kinetic chain dengan Static quadriceps dalam meningkatkan aktifitas fungsional pada penderita OA lutut
Pengaruh Latihan Aerobik Terhadap Peningkatan Volume Oksigen Maksimal (VMAKS) Pada Remaja Usia 18-20 Tahun
Latar Belakang Latihan aerobik merupakan salah satu olahraga yang dilaksanakan secara terus menerus dimana kebutuhan oksigen dapat dipenuhi tubuh. Latihan yang paling baik, dilakukan pada saat usia antara 18-20 tahun karena usia itulah puncak nilai V maks. Akan turun perlahan setelah usia 25 tahun.
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan aerobik terhadap peningkatan V maks pada remaja usia 18-20 tahun.
Metode Jenis penelitian ini adalah one group pre and post tes design. Metode pendekatan yang digunakan adalah quasi eksperiment. Jumlah sampel pada penelitian ini 16 responden. Latihan aerobik berupa lari selama 30 menit dengan dosis seminggu 4 kali selama 4 minggu. Vmaks diukur dengan menggunakan cooper test.
Hasil Uji normalitas data menggunakan Shapiro-wilk, diperoleh data berdistribusi normal. Uji pengaruh nilai V maks menggunakan uji Paired sample t Test didapatkan nilai p=0,0001 (p<0,05). Berarti ada pengaruh latihan aerobik terhadap peningkatan Vmaks pada remaja usia 18-20 tahun.
Kesimpulan Terdapat pengaruh latihan aerobik terhadap peningkatan Vmaks pada remaja usia 18-20 tahun
Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Frozen Shoulder Dextra Di RSUD Sukoharjo
Latar Belakang : Frozen shoulder adalah suatu kondisi yang menyebabkan
keterbatasan gerak pada sendi bahu yang sering terjadi tanpa dikenali
penyebabnya dengan pemberian terapi menggunakan SWD (Short Wave
Diathermy) dan Terapi Latihan.
Tujuan : Untuk mengetahui manfaat pemberian terapi Short Wave Diathermy
terhadap nyeri, dan Terapi Latihan pada kasus Frozen Shoulder guna mencapai
tujuan fisioterapi berupa penanganan dan pencegahan permasalahan yang
berhubungan dengan bahu .
Hasil : Setelah dilakukan terapi selama 6 kali didapat hasil penilaian awal, nyeri
diam T1 : 3 menjadi T6 : 1, nyeri tekan T1 : 4 menjadi T6 : 4, nyeri gerak T1 : 6
menjadi T6 : 4, kekuatan otot fleksi, T1 : 3 menjadi T6 : 4, ekstensi, T1 : 3
menjadi T6 : 4, abduksi T1 : 2 menjadi T6 : 3, adduksi T1 - T6 : 4, eksorotasi T1-
T6 : 3, endorotasi T1: 3 menjadi T6 : 4, kemampuan fungsional T1 : 50% menjadi
T6 : 25% lingkup gerak sendi T1 : S ( 35˚-0˚-90˚ ) menjadi T6 : S ( 45˚-0˚-120˚ ),
T1 : F ( 80˚-0˚-30˚ ) menjadi T6 : ( 95˚-0˚- 45˚ ), T1 : T ( 35˚-0˚(0˚ ) menjadi T6 :
( 45˚-0˚-50˚ )
Kesimpulan : Pemberian terapi SWD (Short Wave Diathermy), dan Terapi
Latihan dapat meningkatkan kekuatan otot, menggurangi nyeri, meningkatkan
lingkup gerak sendi bahu, dan meningkatan kemampuan aktivitas fungsional pada
kondisi Frozen Shoulder
Penggunaan Metode Constraint Indunced Movement Therapy (Cimt) Dengan Peralatan Sehari-Hari Untuk Meningkatkan Kemampuan Fungsional Dan Kemandirian Pada Ekstremitas Atas Pasien Stro
Stroke merupakan penyebab utama gangguan kemampuan
fungsional, akibat gangguan kemampuan fungsional ini menyebabkan penderita stroke harus mengeluarkan biaya yang besar untuk perawatan rehabilitasi disamping juga kehilangan produktivitasnya. Constraint Inducedd Movement Therapy (CIMT) merupakan terapi yang menjanjikan untuk memaksa pasien stroke untuk menggunakan anggota gerak atas dalam aktivitas fungsional menggunakan peralatan sehari-hari.
Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode CIMT (Constraint Induced Movement Therapy) dengan peralatan sehari-hari dengan peningkatan kemampuan fungsional dan kemandirian ekstremitas atas pasien stroke.
Subyek : Sebanyak 5 responden dengan mengambil sampel di Rumah Sakit Tentara dr. Soedjono Magelang dengan kondisi hemiparese post stroke yang berumur 50 – 80 tahun. Responden melakukan latihan CIMT selama 2 minggu dengan 4 kali dalam satu minggu selama 4 jam sehari. Metodologi Penelitian : Penelitiaan ini merupakan penelitian metode eksperimen
dengan subjek penelitian tunggal (single subjek research). Penelitian ini menggunakan desain A-B-A dan hasil penelitian disajikan dalam bentuk grafik. Hasil : Diperoleh nilai mean atau rata-rata dengan menggunakan CAHAI dari pre test adalah 23,4 dan post adalah meningkat menjadi 28,5, sehingga dapat ditarik kesimpulan ada pengaruh pengaruh penggunaan metode CIMT (Constraint Induced Movement Therapy) dengan peralatan sehari-hari dengan peningkatan kemampuan fungsional dan kemandirian ekstremitas atas pasien stroke.
Kesimpulan: Terdapat pengaruh penggunaan metode CIMT (Constraint Induced Movement Therapy) dengan peralatan sehari-hari dengan peningkatan kemampuan fungsional dan kemandirian ekstremitas atas pasien strok
- …
