623 research outputs found
Kriteria Visibilitas Hilal Menurut Pemerintah dalam Penetapan Awal Bulan Kamariah (Studi Terhadap Keputusan Menteri Agama (KMA) Tentang Penetapan Awal Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah 1422 – 1432 H / 2001 - 2011 M)
Dalam penentuan awal bulan kamariah, terdapat beberapa metode yang
menjadi dasar dalam penentuannya, antara lain yaitu, dengan menggunakan
metode hisab dan rukyat. Sebenarnya baik hisab maupun rukyat keduanya
mempunyai sasaran yang sama, yaitu hilal. Oleh karena itu, sebenarnya antara
kedua hal tersebut tidak perlu dipertentangkan lagi, melainkan sesuatu yang saling
melengkapi satu sama lain. Perhitungan hisab yang benar dan akurat, tentu akan
bisa dibuktikan dengan rukyat yang benar pula, akan tetapi persoalan yang masih
tersisa bagi umat Islam saat ini adalah masalah kriteria imkan ar-rukyat (visibilitas
hilal) yang akan digunakan. Apabila permasalahan ini dapat diatasi, maka bisa
dipastikan umat Islam tidak lagi terjebak dengan perbedaan pendapat dan
pandangan dari berbagai kalangan, tentang penentuan awal bulan manakala hilal
berada pada posisi yang “kritis”.
Berdasarkan hasil penelusuran dan analisis yang mendalam, peneliti dapat
menyimpulkan bahwa kriteria visibilitas hilal yang digunakan oleh Pemerintah
dalam penetapan awal bulan (Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah) tahun 1422 –
1432 H / 2001 – 2011 M. dapat disimpulkan bahwa (1) Kriteria awal bulan yang
digunakan oleh pemerintah merupakan kriteria yang didasarkan pada visibilitas
hilal atas kesaksian para perukyat yang diuji berdasarkan hisab yang akuratdan
selanjutnya dibahas dalam forum sidang Isbat dan kemudian di putuskan oleh
pemerintah. (2) Kriteria awal bulan dimaksud adalah solusi alternatif atas
perbedaan pendapat dan pandangan yang selama ini terjadi dengan kriteria tinggi
hilal 2 derajat dan umur bulan 8 jam dari saat ijtima’ saat matahari terbenam
dengan menggunakan perhitungan sistem hisab Haqiqi Tahqiqi.
Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah dalam hal ini melalui Menteri
Agama memiliki otoritas dan wewenang dalam menetapkan awal puasa dan hari
raya dalam sidang isbat yang dilaksanakan setiap tahunnya. Melalui Ditjen Bimas
Islam juga dibentuk suatu lembaga, yakni Badan Hisab Rukyat (BHR) yang
bertugas melakukan pengkajian, penelitian dan pengembangan hal-hal yang
berkaitan dengan hisab-rukyat dan pelaksanaan ibadah. Oleh sebab itu umat Islam
juga perlu memberikan dukungan terwujudnya sebuah kalender Islam (Kalender
Hijriah) yang mapan yaitu memberikan kepastian tanggal, yang tidak hanya
digunakan untuk kepentingan ibadah, tetapi juga dapat menjadi sebuah kalender
civil yang dapat digunakan untuk kepentingan sehari-hari, seperti bertransaksi,
bisnis dan kegiatan-kegiatan administrasi lainny
PENGARUH PUPUK MIKORIZA TERHADAP KANDUNGAN SELULOSA DAN HEMISELULOSA RUMPUT GAJAH MINI (Penisetum purpureum cv. Mott) DAN RUMPUT BENGGALA (Panicum maximum)
2016Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk \ud
mikoriza terhadap kandungan selulosa dan hemiselulosa dari rumput gajah mini \ud
dan rumput benggala. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan program \ud
SPSS versi 16. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) \ud
(Gaspersz, 1991) yang terdiri dari 6 perlakuan 4 ulangan, perlakuannya yaitu \ud
R\ud
1\ud
P\ud
0\ud
(rumput benggala tanpa pupuk mikoriza), R\ud
pupuk mikoriza 2,5g), R\ud
1\ud
P\ud
2\ud
1\ud
P\ud
1\ud
(rumput benggala dengan \ud
(rumput benggala dengan pupuk mikoriza 5g), R\ud
(rumput gajah mini tanpa pupuk mikoriza), R\ud
pupuk mikoriza 2,5g) dan R\ud
2\ud
P\ud
2\ud
2\ud
P\ud
1\ud
(rumput gajah mini dengan \ud
(rumput gajah mini dengan pupuk mikoriza 5g). \ud
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberiaan pupuk mikoriza tidak \ud
memberikan pengaruh yang nyata (P>0,05) terhadap kandungan selulosa dan \ud
hemiselulosa rumput gajah mini (Pennisetum purpureum cv. Mott) dan rumput \ud
benggala (Panicum maximum). Dapat disimpulkan bahwa pemberian pupuk \ud
mikoriza tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap kandungan selulosa dan \ud
hemiselulosa antara ketiga level pemupukan yang berbeda, tapi untuk jenis \ud
rumput memiliki perbedaan nyata (P<0,05). \ud
\ud
\ud
2\ud
P\ud
0\ud
\ud
This study aims to determine the effect of fertilizer application of mycorrhiza on \ud
the content of cellulose and hemicellulose from mini elephant grass and grass \ud
Bengal. Data were analyzed using SPSS version 16. This research used a \ud
completely randomized design (CRD) (Gaspersz, 1991) which consists of 4 \ud
treatments and 6 replications. Treatment applied were R\ud
fertilizers mycorrhiza), R\ud
1\ud
P\ud
1\ud
1\ud
P\ud
0\ud
(bengal grass without \ud
(bengal grass with fertilizer mycorrhizal 2.5g), R\ud
(bengal grass with fertilizer mycorrhizal 5g), R\ud
fertilizer mycorrhizal), R\ud
and R\ud
2\ud
P\ud
2 \ud
2\ud
P\ud
1\ud
2\ud
P\ud
0\ud
(mini elephant grass without \ud
(mini elephant grass with fertilizer mycorrhizal 2.5g) \ud
(elephant grass mini with mycorrhizae fertilizer 5g). The results showed \ud
that gift fertilizer mycorrhizal no significant effect (P > 0.05) on the content of \ud
cellulose and hemicellulose mini elephant grass (Pennisetum purpureum cv. Mott) \ud
and bengal grass (Panicum maximum). It can be concluded that the fertilizer \ud
mycorrhizal not significant (P > 0.05) on the content of cellulose and \ud
hemicellulose between the three different levels of fertilization, but for the type of \ud
grass had significant differences ( P < 0.05 ). \ud
1\ud
P\ud
Pengaruh Jarak Antara Elemen Batang Tekan Ganda Terhadap Kuat Tekan
Kayu sering digunakan sebagai batang tekan pada kuda-kuda dan kolom. Untuk mendukung bebanbesar dibutuhkan dimensi batang tekan tunggal cukup besar. Batang tekan tunggal dapat digantidengan batang tekan ganda yang terdiri dari dua atau lebih elemen batang yang digabung menjadisatu kesatuan. Jarak antara elemen mengakibatkan bertambah besarnya momen inersia terhadapsumbu bebas bahan yang berada diantara kedua tampang elemen tersebut. Secara teoritis semakinjauh jarak antara akan meningkatkan daya dukung, tetapi semakin tidak terjamin kerja sama antaraelemen-elemen sebagai satu kesatuan. Berdasarkan PKKI 1961 besarnya jarak antara 2 kalitebal elemen batang tekan. Berdasarkan uraian tersebut perlu dilakukan penelitian tentangpengaruh jarak antara elemen batang tekan ganda terhadap kuat tekan. Penelitian ini menggunakankayu Keruing dengan dimensi 2 x 3/10 panjang 2 m. Jarak antara elemen batang tekan ganda yangdigunakan adalah 0, 1.5, 3, 4.5 dan 6 cm. Jumlah benda uji setiap variasi jarak antara 1 buah,dengan total benda uji sebanyak 5 buah. Hubungan antara elemen batang tekan gandamenggunakan alat sambung baut. Kondisi ujung-ujung benda uji berupa sendi. Pembebabananyang diberikan adalah beban sentris yang diberi secara bertahap. Dari hasil pengujian ini akandidapat data beban dan lendutan. Sebelum dilakukan pengujian batang tekan ganda terlebih dahuludilakukan pengujian specimen batang tekan kayu Keruing dengan ukuran 5 x 5 x 20 cm sebanyak5 buah. Dari hasil penelitian ini didapat tegangan tekan rata-rata kayu Keruing sebesar 377,144kg/cm2. Kuat tekan batang ganda maksimum terjadi pada jarak antara 1,5 kali tebal kayu atau 4,5cm. Pada jarak antara batang tekan ganda 2 kali tebal kayu atau 6 cm mulai mengalami penurunan,tetapi hasil ini masih lebih tinggi dari batang tekan ganda yang tanpa jarak antara. Hasil pengujianbatang tekan ganda lebih kecil dari hasil perhitungan teoritis dengan menggunakan teganganabsolut yang didapat dari pengujian tekan specimen, dan lebih besar dari hasil perhitungan teoritisdengan menggunakan tegangan ijin tekan kayu berdasarkan PKKI 1961. Dari hasil penelitian initegangan ijin tekan pada PKKI 1961 aman untuk digunakan pada perhitungan batang tekan ganda
Peran DPPKAD dalam Manajemen Keuangan Daerah (Studi Tentang Pengelolaan PAD) Kabupaten Morowali Tahun 2008-2011
: This study aims to obtain an overview of the role of DPPKAD in the management of Morowali Regency PAD in 2008-2012 and to know the factors that affect the role of DPPKAD in the management of Morowali Regency PAD in 2008-2011. Type a descriptive qualitative research is to provide a factual with data collection using in-depth interview and observation techniques as well as the study of librarianship. The data obtained are then analyzed qualitatively to then be described based on indicators of research. The results showed that the role of DPPKAD in the management of Morowali Regency PAD in 2008-2011 includes (a) the planning targets, (b) implementation of the ballot box, (c) oversight of penetausahaan and (d) evaluation and reporting and not to the maximum. It can be seen, among others, of the low realization reached DPPKAD from the target PAD in any fiscal year i.e. 2008-2011 fiscal year. As for the supporting factors consisted of: (a) wages pick up; and (b) the grant of facilities operations, while restricting factors, among others: (a) the value of the acquisition Tax Taxable Objects too high; (b) the human resources of apparatus is still weak; (c) low income communities; (d) the Morowali Regency area are very spacious and consist of Islands; (e) the target PAD is too high so it is difficult to achieve
Policy review and institutional analysis of the hydropower in Laos
The report reviewed existing policies and legal frameworks relating to land-‐water-‐environment management with a focus on hydropower development and livelihood options in Lao PDR, Cambodia, and Vietnam. It described and analyzed the sectoral decision-‐making set up at national level. Later, this decision-‐making set up was linked with operational rules and procedures of hydropower projects in each of the three countries.
Scoping study on natural resources and climate change in Southeast Asia with a focus on agriculture. Final report
Climate change / Natural resources / Environmental effects / Agroecology / Agricultural production / Crops / Cropping systems / Farming systems / Livestock / Fisheries / Food security / Water management / Economic aspects / Rural poverty / Policy / Nutrient management / South East Asia / Cambodia / Laos / Thailand / Vietnam / Myanmar / China / Greater Mekong Subregion / Tonle Sap / Yunnan
Climate change, water and agriculture in the Greater Mekong subregion
Climate change / Adaptation / Indicators / Water resource management / River basins / Water availability / Water quality / Groundwater / Fisheries / Ecosystems / Water power / Population growth / Land use / Biofuels / Sea level / South East Asia / Cambodia / Laos / Myanmar / Thailand / Vietnam / China / Greater Mekong Subregion / Yunnan Province
Rancang Bangun dan Pengujian Alat Pengering Biji Kopi Tenaga Listrik Dengan Pemanfaatan Energi Surya
Currentely several agritultural processing houses in simpang tonang still tend to house traditional methods in their aplication.Product drying is a form of post harvest handling that has been highlighted by agricultural observes.The process of drying agricultural product in general still uses natural drying, namely by drying in this way,of course,,really depends on weather condition and can only be done in the morning until noon.This of course disrupts the drying process of the product noon.This of coorse disrupts the drying process of the product and takes a long time.Therefore,a dryer is needed which can be an alternative tool when natural drying cannot be done.In this study ,a coffe bean dryer was built with the help of electrical energi is the result of convering solar energy with the help of photovoltaicwhich is stored first in the battery.And the calculations show that a 12Vbattery with a current of 70Ampere has a power of 840watts.The battery provides approximately 40watts 120hours.Meanwhile, the power used by the tool is 295watt hours.This tool can dry all types of coffe beans
- …
