13,782 research outputs found

    REALITAS MAGIK DALAM MUSIK TRADISIONAL MINANGKABAU SEBUAH PERSPEKTIF KAJIAN BUDAYA

    Get PDF
    Magic, is culture elements which has been depeloped since the primitive era. The development of civilization and culture does not disappear the belief of the attitude which are related with magic. The fact show, that until now (modern era and some even called if a postmodern), magic still plays important function and role in society, eventhough substantially the purposes that wants to be achieved are different. This brief writing tries to discuss in such analytic descriptive way about magic realization within traditional music of Minangkabau. This phenomenon is interesting to be discuss specially with if connects to Moslem as the majority belief in Minangkabau society. In Moslems there are not allowed comparing the belief and attitudes which are related with magic especially black magic, since those beliefs and attitudes consider as comparing two Gods. But on the other hand, the beliefs and attitudes that are related with magic are some how a fact and reality that cannot be argued in the Minangkabau society which one of them is implemented by the people through traditional music

    Integrability of C^1 invariant splittings

    Full text link
    We derive some new conditions for integrability of dynamically defined C^1 invariant splittings in arbitrary dimension and co-dimension. In particular we prove that every 2-dimensional C^1 invariant decomposition on a 3-dimensional manifold satisfying a volume domination condition is uniquely integrable. In the special case of volume preserving diffeomorphisms we show that standard dynamical domination is already sufficient to guarantee unique integrability.Comment: 12 page

    Interview with Erica Uszak: Scholarship Recipient for 2018 CWI Summer Conference

    Full text link
    Recently, the CWI reached out to Erica Uszak ’22 to reflect on her experience at the 2018 CWI Summer Conference. Uszak, currently a freshman at Gettysburg College studying History and the Civil War, was one of ten high school students to receive a scholarship to attend the conference. Any high school student with an interest in history is eligible to apply for the High School Scholarship. [excerpt

    Integrability of dominated decompositions on three-dimensional manifolds

    Full text link
    We investigate the integrability of 2-dimensional invariant distributions (tangent sub-bundles) which arise naturally in the context of dynamical systems on 3-manifolds. In particular we prove unique integrability of dynamically dominated and volume dominated Lipschitz continuous invariant decompositions as well as distributions with some other regularity conditions.Comment: 15 page

    Syamsimar Sebagai Tukang Dendang

    Get PDF
    Syamsimar, lahir Jorong Guguak Kecamatan Pariangan, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat pada tahun 1945. Tumbuh dan dibesarkan dalam keluarga yang kurang mampu dimana orang tua laki-laki (Datuk Tumbijo) berprofesi sebagai petani dengan menyambi sebagai tukang saluang dan orang tua perempuan (Rakiah) sebagai ibu rumah tangga. Latar belakang pendidikan orang tua laki-laki, tidak begitu mengembirakan dengan arti kata tidak pernah sekolah. Sedangkan orang tua perempuan sempat mengenyam pendidikan di Sekolah Rakyat (SR) naman tidak sampai tamat. Syamsimar sendiri berhasil menamatkan pendidikannya di Sekolah Rakyat bertempat di tanah kelahirannya di Jorong Guguak, Kecamatan Pariangan, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Profesi orang tua laki-laki sebagai petani, tidak mencukupi untuk menghidupi keluarga. Menurut pengakuan Syamsimar, pada masa dahulu (dekade 60-an) kehidupan ekonomi masyarakat secara umum betul-betul dalam masa-masa sulit. Situasi sosial, politik, dan keamanan pada masa itu juga serba tidak menentu. Oleh karena itu, peluang dan kemampuan berusaha warga masyarakat juga sangat terbatas. Namun, apapun situasinya, proses kehidupan harus berjalan dan berlanjut. Untuk mencukupi kehidupan ekonomi keluarga, Datuk Tumbijo sang Ayah melakoni profesi lain dengan menyambi sebagai tukang saluang (mengiringi dendang dengan intrumen saluang). Dalam perkembangannya kemudian, profesi tambahan sang ayah ternyata cukup mampu menutupi kebutuhan ekonomi keluarga, walau hanya untuk keperluan makan sehari-hari (Wawancara, tanggal 15 Agustus 2009). Profesi sang Ayah sebagai tukang saluang –disamping bertani sebagai pekerjan utama- menjadi faktor pendorong utama perjalanan kehidupan dan proses kesenimanan syamsimar dikemudian hari. Syamsimar kecil sering diajak sang ayah ke acara-acara bagurau (pertunjukan saluang dendang) di daerah-daerah sekitar kampung tempat tinggal. Tidak ada maksud lain, hanya keinginan menyenangkan hati sang anak dan sebagai ujud atau ungkapan kasih sayang dan perhatian sang Ayah. Namun sejarah berkata lain, rutinitas keikutsertaan Syamsimar dalam mendampingi sang ayah pada acara-acara bagurau (pertunjukan saluang dendang), tanpa disadari telah menjadi proses pendidikan non formal pada diri Syamsimar dalam mempelajari dan memahami dendang Minanngkabau. Seiring dengan perjalanan waktu, Syamsimar tumbuh sebagai sosok wanita Minangkabau yang mempunyai bakat dan talenta dalam pertunjukan dendang. Setelah melalui proses pematangan dan pencarian jati diri yang cukup panjang, Syamsimar ’memproklamirkan’ diri sebagai pendendang wanita pada umur 20 tahun (tahun 1965). Dalam perjalanan kehidupan rumah tangganya, Syamsimar telah melangsungkan pernikah sebanyak 4 (empat) kali. Pernikahan pertama dilangsungkan Syamsimar pada umur 14 tahun (1959) dengan seorang petani Malin Putiah dan cerai hidup. Pernikahan kedua dilakukaan Syamsimar pada umur 17 tahun (1962) dengan dengan Malin Suleman, seorang tukang rumah/perabot. Pernikahan ketiga dilakukan pada tahun 1964 dengan Kinan, seorang petani. Untuk menunjang kelancaran profesinya sebagai tukang dendang, Syamsimar menikah untuk keempat kalinya dengan Yusri lelo Sati pada tahun 1966 seorang Tukang Saluang dan mendirikan goup kesenian ”Minang Maimbau”. Keputusan untuk menjadi tukang dendang diambil lebih didasarkan kepada faktor ekonomi. Berdasarkan pengalaman pribadi selama mendampingi sang ayah, Syamsimar meyakini dengan melakoni profesi sebagai tukang dendang cukup mudah mendapatkan uang. Di samping itu, juga karena dorongan bakat dan talenta serta lingkungan keluarga dimana ayah dan suami sebagai seorang tukang saluang. Syamsimar juga melihat, bahwa dendang pada hakekatnya berisikan ungkapan suara hati terhadap berbagai fenomena kehidupan yang terjadi dan berkembang di masyarakat. Oleh karena itu, jika dicermati secara mendalam hampir semua teks nyanyian dendang (pantun) berisikan jeritan, ratapan bahkan juga nasehat terhadap berat dan sulitnya menjalani kehidupan. Syamsimar merupakan sosok seniman yang ditempa dalam lingkungan agama (Islam) dan adat Minangkabau yang begitu kuat. Selama masa perjalanan hidupnya dihabiskan di kampung halaman Parahyangan, Tanah Datar. Wanita Minangkabau dihadapkan kepada berbagai pantangan dan larangan yang ”dianggap’ dapat memberi malu kepada kaum kerabat pesukuan. Melibatkan diri dalam aktivitas berkesenian merupakan perbuatan sumbang yang kurang pantas dilakoni oleh kaum perempuan. Dalam kungkungan adat yang cukup membelenggu tersebut, Syamsimar mampu eksis dan menempa dirinya menjadi seorang tukang dendang. Kemampuan untuk bertahan dan menunjukkan eksisitensi di tengah masyarakat tidak terlepas dari dukungan keluarga, baik orang tua, mamak maupun anak dan suami. Hal yang paling utama adalah, rasa keberterimaan masyarakarat terhadap kehadiran Syamsimar sebagai seniman tukang dendang wanita. Respon dan sambutan yang bagus dari bebagai lapisan masyarakat telah mengantarkan Syamsimar ke dapur rekaman. Mulai rekaman pertama tahun 1967 sampai rekaman rerakhir tahun 2001 dilakukan dalam naungan perusahaan rekaman Tanama Record Padang. Sampai sekarang (yang masih diingat oleh Syamsimar), 50 buah master kaset rekaman saluang dendang telah dihasilkan. Sukses yang diraih juga berdampak terhadap kehidupan ekonomi keluarga Syamsimar. Anggapan awal Syamsimar bahwa dengan menjadi tukang dendang akan lebih mudah mendapatkan uang tampaknya menemukan pembenaran. Dari penghasilan sebagai tukang dendang, Syamsimar bisa membikin rumah, membeli mobil, menabung dan memagang (menyewa) sawah. Masa-masa kejayaan syamsimar sangat dirasakan pada dekade 70-an (mulai top 1967). Alunan suara dan sentilan-sentilan pantun yang didendangkan dan lebih banyak merefleksikan fenomena sosial sangat disukai banyak orang. Ribuan kaset rekaman dendang Syamsimar telah tersebar secara luas di tengah masyarakat. Nama Syamsimar begitu melegenda, fenomenal bahkan dapat dikatakan sebagai salah satu penyangga musik tradisional Minangkabau, khususnya musik vokal (dendang). Sejak tahun 2003, Syamsimar telah berhenti secara total dari hiruk pikuknya pertunjukan saluang dendang di Minangkabau. Di samping usia yang sudah uzur (64 tahun), Penyakit stroke yang dideritanya telah mengantarkannya lebih banyak dipembaringan tempat tidur. Namun demikian, dedikasi dan sumbangsihnya dalam pengembangan dan pelestarian musik vokal Minangkabau (dendang) hampir tak tergantikan sampai sekarang

    Pertunjukan Kesenian Tradisional Pada Upacara Alek Marapulai (Pesta Perkawinan).

    Get PDF
    Alek Marapulai (upacara perkawinan), merupakan suatu bentuk upacara adat di Minagkabau untuk peresmian perkawinan sepasang pengantin yang sudah resmi menikah. Bagi manusia, perkawinan merupakan suatu peristiwa hidup yang paling berkesan. Oleh karena itu, seseorang atau keluarga dengan kondisi sosial yang baik (berkecukupan) akan merayakan peristiwa perkawinan dalam keluarga mereka dengan upacara pesta atau alek marapulai. Pelaksanaan upacara ini pada dasarnya bertujuan untuk memberitahukan kepada masyarakat nagari, bahwa pasangan pengantin tersebut telah resmi menikah. Di sampiong itu, tujuan lainnya adalah sebagai perwujudan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena acara pernikahan sang pengantin telah berlangsung dengan baik dan selamat.Dalam pelaksanaan alek marapulai ini semua karib kerabat, tetangga, pemimpin adat (penghulu, ninik mamak, cerdik pandai), pemimpin agama (ulama) serta pemimpin dan warga masyarakat diundang untuk memberikan doa restu kepada kedua pengantin

    PARADOKS PENCIPTAAN KOMPOSISI MUSIK

    Get PDF
    Tulisan singkat ini mencoba mewacanakan tentang paradoks penciptaan komposisi musik dalam rangka Ujian Tugas Akhir mahasiswa di Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, khususnya pada mahasiswa dilingkungan Program Studi Seni Karawitan. Proses kreativitas yang didalamnya mengandung aspek “kebebasan berkarya” telah dimaknai dan diejawantahkan oleh sebagian mahasiswa secara “kebablasan”, sehingga melahirkan karya-karya yang “kurang berhasil” dan dianggap sudah melenceng dari visi dan misi program studi

    Posisi Kesenian Tradisonal dalam persfektif Adat dan Agama Masyarakat Minangkabau

    Get PDF
    Seni sebagai salah satu bentuk ekspresi dari rasa, cipta dan karsa umat manusia, sudah sejak lama menjadi bagian penting di tengah kehidupan masyarakat. Dalam kehadirannya, seni difungsikan untuk berbagai kepentingan baik pada hal-hal yang bersifat ritual (keagamaaan), adat-istiadat, sosial kemasyarakatan maupun sebagai persentasi estetis masyarakat pendukungnya. Di tengah kehidupan sosio kultural masyarakat Minangkabau, keberadaan suatu bentuk kesenian sangat erat kaitannya dengan adat, sehingga ia diatur (dimasukan) ke dalam undang-undang adat
    corecore