538 research outputs found

    HUBUNGAN IKLIM, KEBERADAAN BREEDING PLACE DAN POLA KONSUMSI MAKAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI SEMARANG

    Get PDF
    Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Kejadian DBD dapat dipengaruhi faktor iklim, lingkungan dan perilaku. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan kejadian DBD dengan iklim, keberadaan breeding place, dan pola konsumsi makan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dan analitik dengan desain cross sectional dan case control. Sampel angka kejadian DBD adalah jumlah penderita DBD dari DKK Semarang tahun 2011 – April 2016 dan sampel kejadian DBD (kasus) adalah pasien rawat inap DBD di RSUD Semarang, RSUD Tugurejo, RSU Dr. Kariadi, dan RS Tlogorejo bulan Maret – Mei 2016 (40 sampel), dan sampel (kontrol) adalah tetangga penderita DBD yang tidak menderita DBD dengan radius 100 meter yang disamakan umur dan pendidikannya. Variabel terikat adalah kejadian DBD dan variabel bebas adalah iklim, keberadaan breeding place, dan pola konsumsi makan. Uji analisis dengan uji korelasi dan Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan bermakna sedang dengan arah negatif antara suhu udara dengan kejadian DBD (r= -0,425), hubungan sedang dengan arah positif antara curah hujan (r= 0,465) dan hubungan positif kuat kelembaban (r= 0,659) dengan kejadian DBD, ada hubungan antara breeding place (p= 0,048) dan pola konsumsi protein (p= 0,025) dengan kejadian DBD, serta tidak ada hubungan antara pola konsumsi sayuran (p= 0,642), buah (p= 0,822), dan susu (p= 1,000) dengan kejadian DBD. Maka dapat disimpulkan bahwa iklim, keberadaan breeding place dan pola konsumsi protein berhubungan dengan angka kejadian DBD, sedangkan untuk pola konsumsi sayuran, buah, dan susu tidak berhubungan. Kata Kunci: demam berdarah dengue, iklim, musim, breeding place, pola konsumsi maka

    POTENSI DAN ASPEK BIOLOGI IKAN NILA (Oreochromis niloticus) DI PERAIRAN WADUK CACABAN, KABUPATEN TEGAL

    Get PDF
    Waduk Cacaban memiliki potensi perikanan yang cukup besar terutama ikan Nila (Oreochromis niloticus). Kegiatan penangkapan yang tidak terkendali diduga akan mempengaruhi potensi ikan Nila di perairan tersebut. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui potensi dan aspek biologi ikan Nila (Oreochromis niloticus) di Waduk Cacaban. Penelitian dilakukan pada bulan Februari – Maret 2016 di perairan Waduk Cacaban, Kabupaten Tegal. Hasil penelitian menunjukkan pola pertumbuhan ikan nila bersifat allometrik negatif dengan persamaan W=0,0007L2,4331. Ukuran rata-rata pertama kali tertangkap (Lc50%) adalah 138 mm. Nilai L∞ sebesar 204 mm dan 1/2L∞ sebesar 102 mm maka dapat dijelaskan ikan layak tangkap karena nilai Lc50%>∞1/.2 PLersentase terbesar tingkat kematangan gonad ikan Nila terdapat pada TKG II sebesar 34,21% (ikan Nila jantan) dan 32,61% (ikan Nila betina). IKG ikan jantan antara 0,41-2,35, ikan betina berkisar 0,82-4,35. Ukuran pertama kali matang gonad ikan Nila jantan 162 mm, sedangkan ikan betina 197 mm. Nilai Catch Per Unit Effort (CPUE) rata-rata selama penelitian sebesar 5,61 kg/kapal. Pengawasan terhadap kegiatan penangkapan perlu dilakukan agar potensi ikan Nila di waduk Cacaban tetap terjaga

    Sebaran Spasial dan Kelimpahan Juvenil Udang di Perairan Muara Sungai Wulan, Demak

    Full text link
    Wulan estuarine is the territorial waters which highly important function in fulfilling the needs of society, because that have been aquatic biota catchment area such as shrimp. Activity can influence the life cycle, the abundance and spreading of shrimp. Therefore, knowing the spatial distribution and the abundance of the shrimp juvenile may provide such information that can be used as a basis for sustainable fisheries resource management efforts. The study is conducted in May to June 2016 in the waters of the Wulan River estuary, Demak aiming to determine the types, spatial distribution and the abundance of the shrimp juvenile. The method used in this study is purposive sampling method. The results show the total of shrimp juvenile abundance amounted to 584 ind/105m3 consists of 4 genera are identified i.e. Penaeus, Metapenaeus, Macrobrachium, and Cloridopsis. The most abundant of juvenile type is Metapenaeus genus with catches up to 286 ind/105m3. The spatial distribution shows the highest abundance of shrimp juvenile is in mangroves area. Based on the regression test results shows the flow speed and depth of the waters with the abundance of juvenile shrimp are correlated

    Kemampuan Apu-apu (Pistia SP.) Sebagai Bioremediator Limbah Pabrik Pengolahan Hasil Perikanan (Skala Laboratorium)

    Full text link
    Limbah cair industri perikanan dapat bersumber dari air pencucian, air pembersihan peralatan, lelehan es dari ruang produksi dan lain sebagainya. Limbah cair ini mengandung bahan-bahan organik dan berpotensi untuk menimbulkan efek negatif bagi lingkungan. Bioremediasi merupakan pengembangan dari bidang bioteknologi lingkungan dengan memanfaatkan proses biologi dalam mengendalikan pencemaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan Pistia sp dan bakteri terhadap penurunan kandungan bahan organik limbah pengolahan hasil perikanan. Metode yang digunakan adalah eksperimen skala laboratorium dengan menggunakan wadah percobaan berupa akuarium bervolume 10 l yang diisi dengan limbah dengan konsentrasi 12,5% sebanyak 10 l. Variabel utama penelitian adalah kandungan bahan organik pada media percobaan yang didukung dengan berat basah tanaman, total bakteri serta kualitas air (suhu, cahaya, BOD, COD, DO dan pH,). Rancangan percobaan adalah RAL (Rancangan Acak Lengkap) dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan. Perlakuan berupa penutupan Pistia sp. dengan konsentrasi 25%, 50%, 75% dan 100%. Data bahan organik dan total bakteri dianalisis dengan analisis Regresi dan Korelasi dengan taraf signifikan 95%. Hasil penelitian menunjukan adanya hubungan antara luas penutupan Pistia sp. dan bakteri terhadap penurunan kandungan bahan organik dengan penutupan yang baik adalah 25%, 50% dan 75%. Wastewater in fishery industry occurs because of washing water, equipment cleaning, melted ice from production room, and so on. Wastewater consists of organic materials, which potentially cause negative effect toward the environment. Bioremediation is the development of environmental biotechnology by utilizing biological process in controlling pollution. The purpose of the research is to find correlation between Pistia sp, and bacteria as bioremediator, and the reduction of organic materials from fishery waste. The method used in this research was laboratory scale experiments using a container which form a 10 l aquarium filled with 10 l of wastewater with 12,5% of concentration. The independent variable of the study was the content of organic material in the experiment media and the support variable were the wet weight of plants, total bacteria as well as the water quality (temperature, light, BOD, COD, DO, pH, and total bacteria). The design of experiment used in this research was Completely Randomized Design consist of 4 treatments and 3 times of repetition. The treatments were a closure of Pistia sp. with a concentration of 25%, 50%, 75%, and 100%. Data of organic material and total bacteri was analyzed using Regression and Correlation analysis with a significant level of 95%. The result showed a correlation between the closure and bacteria to reduction of organic material content, which the good closure was at 25%, 50% and 75%

    Hubungan Kerapatan Rumput Laut Dengan Substrat Dasar Berbeda Di Perairan Pantai Bandengan, Jepara

    Full text link
    Pantai Bandengan adalah salah satu pantai pesisir utara Jawa yang terletak di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Kabupaten Jepara memiliki potensi sumberdaya pesisir yang besar ditinjau dari keberadaan garis pantainya lebih dari 72 Km. Pantai Bandengan ini juga sebagai habitat rumput lautyang merupakan tumbuhan laut dasar perairan (fitobentos), makroalga, dan termasuk Thallophyta. Rumput laut tergolong tanaman yang hidupnya melekat pada substrat, seperti karang, lumpur, pasir, batu, dan benda keras lainnya atau bahkan melekat pada tumbuhan lain secara epifitik.Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan kerapatan rumput laut dengan substrat dasar berbeda di perairan Pantai Bandengan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini deskriptif menggunakan line transek sepanjang 100 meter dan kuadran transek 1x1 meter dengan tiga kali pengambilan. Setiap kuadran transek dilakukan pengukuran parameter fisika dan kimia meliputi kedalaman, kecerahan, kecepatan arus, suhu air, dan pH (untuk mendukung hasil data sampling).Hasil yang didapatkan pada penelitian ini adalah sembilan jenis rumput laut yaitu Halimeda opuntia; Halimeda descoides; Halimeda macroloba; Chordoria flagelliformis; Padina crassa; Sargassum yendoi; Sargassum piluliferum; Sargassum confusum; dan Sargassum duplicatum. Kerapatan tertinggi ditemukan pada Halimeda opuntia (18,19%) atau total 103 individu dengan penutupan substrat (12,54 m2, terbanyak pada substrat pecahan karang). Sedangkan penutupan tertinggi terdapat pada jenis Sargassum duplicatum yaitu 15 m2. Berdasarkan hasil analisa data Chi Kuadrat didapatkan nilai X2 hitung sebesar 72,00 dan nilai X2 tabel sebesar 21,026. Hal tersebut dapat dinyatakan ada hubungan kerapatan rumput laut terhadap substrat dasar karena X2 hitung ≥ X2 tabel yang menyatakan terima H1 tolak H0

    Hubungan Total Bakteri Dengan Kandungan Bahan Organik Total Di Muara Kali Wiso, Jepara

    Full text link
    Muara merupakan salah satu ekosistem yang penting yang berada di pesisir. Muara juga termasuk tempat terjadinya siklus dekomposisi unsur-unsur hara. Ketersediaan unsur hara didalam suatu perairan dapat menjadi indikator kesuburan perairan tersebut. Dalam hal ini, unsur hara yang dilihat adalah kandungan bahan organik total di perairan Kali Wiso, Jepara. Zat hara tersebut sangat berperan penting terhadap kelangsungan hidup organisme didalamnya. Bakteri sebagai dekomposer bahan-bahan organik sangat berperan aktif untuk menyediakan zat-zat hara di perairan seperti bahan-bahan organik. Oleh sebab itu, kandungan total bakteri di sebuah perairan terutama dalam penyedia unsur hara dapat digunakan sebagai indikator kesuburan perairan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari – Maret 2014 dengan tujuan untuk mengetahui total bakteri di perairan Muara Sungai Kali Wiso, Jepara, serta kandungan bahan organik total di perairan Muara Sungai Kali Wiso, Jepara, dan hubungan antara total bakteri dengan bahan organik total di perairan Muara Sungai Kali Wiso, Jepara. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif. Pengambilan sampel pada Muara Kali Wiso dilakukan pada tiga stasiun pengamatan. Stasiun satu merupakan bagian awal aliran air Muara Kali Wiso. Stasiun dua merupakan bagian tengah aliran air Muara Kali Wiso. Stasiun tiga merupakan bagian akhir aliran air Muara Kali Wiso yang sudah berbatasan langsung dengan laut. Pengambilan sampel air, kemudian dilakukan analisa di laboratorium untuk pengukuran total bakteri dan bahan organik total. Selain itu, pengukuran yang dilakukan secara in situ adalah pengukuran suhu, kecerahan, arus, derajat keasaman air, oksigen terlarut dan salinitas. Total Bakteri di Perairan Muara Kali Wiso, Jepara berkisar antara 710 x 102 cfu/ml hingga 2300 x 102 cfu/ml. Kandungan Bahan organik total di Perairan Muara Kali Wiso, Jepara berkisar antara 34,444 mg/l hingga 72,048 mg/l. Total bakteri dengan bahan organik total yang terdapat di Perairan Muara Kali Wiso, Jepara memiliki hubungan yang sangat erat. Estuary is one of the important ecosystems located on the coast. Estuary is also the site of the decomposition cycle nutrients. The availability of nutrients in the waters can be an indicator of waters fertility. In this case, the element nutrient which is visible content of total organic matter in Kali Wiso Estuary , Jepara. The nutrients are crucial to the survival of organisms therein. Bacteria as decomposers of organic material very active role to provide nutrient substances in the water such as organic materials. Therefore, the total content of bacteria in a water especially in nutrient provider can be used as an indicator of waters fertility. This research was conducted on February – March 2014 in order to determine the total bacteria in the Kali Wiso estuary, Jepara, and the amount of total organic matter in the Kali Wiso estuary, Jepara, and the relations between total bacteria and total organic matter in the Kali Wiso estuary, Jepara. The method used in this research is descriptive. Sampling was conducted at Kali Wiso estuary at three observation stations. Station one is the first part of Kali Wiso estuarine stream. Station two is a central part of Kali Wiso estuarine stream. Station three is the final part of Kali Wiso estuarine stream which is directly adjacent to the sea. Sampling for water samples, and then analyzed in the laboratory for measurement of total bacteria and total organic matter. In addition, measurements are made in situ measurements of temperature, brightness, flow, water acidity, total oxygen and salinity. Total Bacteria in the Kali Wiso estuarine waters, Jepara ranging from 710 x 102 cfu/ml up to 2300 x 102 cfu/ml. Content of Total Organic Matter in Kali Wiso estuarine waters, Jepara ranged between 34.444 mg/l up to 72.048 mg/l. Total bacteria and the content of total organic matter in Kali Wiso estuarine waters, Jepara has a very close relation

    Efektivitas Cognitive-behaviour Therapy Untuk Meningkatkan Harga Diripada Siswa Gifted

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan harga diri rendah yang dialami oleh siswa gifted menggunakan Cognitive Behaviour Therapy (CBT). Hipotesis dalam penelitian ini adalah CBT dapat meningkatkan harga diri rendah pada siswa gifted. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII yang didiagnostik gifted oleh Psikolog, yang memiliki skor harga diri di bawah mean hipotetik. Alat untuk mengukur harga diri adalah Skala Harga Diri yang dibuat oleh peneliti dan sudah diuji validitasnya dengan menggunakan Product Moment dan Part-Whole serta diuji reliabilitasnya dengan menggunakan Cronbachs Alpha. Indeks daya beda skala berkisar antara 0,330-0,687 dengan koefisien reliabilitas 0,897. Penelitian ini menggunakan paradigma A-B-Follow Up. Teknik analisa data secara deskriptif. Hasil yang diperoleh dari pengajuan hipotesis menunjukkan bahwa Cognitive Behaviour Therapy (CBT) dapat meningkatkan harga diri rendah pada siswa gifted

    Analisis C/N rasio dan Total Bakteri pada Sedimen Kawasan Konservasi Mangrove Sempadan Sungai Betahwalang dan Sungai jajar Demak

    Get PDF
    Tanaman mangrove merupakan komponen penting dalam usaha konservasi di sepanjang hilir Sungai Betahwalang dan Sungai Jajar. Rasio C/N dan total bakteri diukur untuk mengindikasikan proses bioremediasi yang menunjang penyediaan hara dan kesuburan perairan sekitarnya. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis status perombakan bahan organik berdasarkan rasio C/N dan total bakteri dan mengetahi hubungan rasio C/N dengan total bateri pada dua tingkat kedalaman sedimen. Penelitian dilaksanakan di kawasan mangrove sempadan hilir Sungai Betahwalang Demak pada awal Agustus higga pertengahan September 2015. Sampling dilakukan pada 4 titik yaitu Sungai Betahwalang dekat pemukiman, sebelum muara Sungai Betahwalang dengan Sungai Jajar; setelah percampuran Sungai Betahwalang dengan Sungai jajar dan mendekati muara Sungai Jajar. Peubah yang diukur adalah C total, N total, total bakteri, pH tanah, tekstur sedimen dan sedimentasi. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa terjadi konsistensi sedimentasi dengan laju yang homogen antar stasiun sebesar antara 12,86-14,06 mg/cm2/hari. C/N rasio memperlihatkan hal yang sama tidak menunjukkan perbedaan antar lokasi pada lapisan permukaan. Nilainya berkisar antara 20,3-21,6; namun cenderung meningkat pada lapisan bawah (10-20 cm) yaitu 30,8-32,01. Pola yang sama diperlihatkan oleh data total bakteri. Berdasarkan rasio C/N pada lapisan permukaan memperlihatkan perombakan berlangsung cepat, sementara pada lapisan dalam berlangsung lambat. Hubungan antara rasio C/N dengan total bakteri mempunyai korelasi kuat dengan model regresi Y = 36,87 - 0,00015 X (r = 0,98) Model tersebut menunjukkan bahwa keberadaan bakteri dapat mendukung proses degradasi bahan organi

    Analisis Kelimpahan Perifiton Pada Kerapatan Lamun Yang Berbeda Di Perairan Pulau Panjang, Jepara

    Full text link
    Perifiton merupakan jasad – jasad yang dapat hidup melekat pada permukaan daun lamundengan demikian penelitian ini ditekankan untuk mengetahui struktur komunitas perifiton pada komunitas lamun serta membedakannya pada setiap jenis lamun. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang keberadaan perifiton pada komunitas lamun dalam menunjang fungsi-fungsinya di perairan Pulau Panjang, Jepara sebagai areal konservasi. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada antara bulan Juni - Juli 2012 selama 1 bulan di pantai perairan Pulau Panjang, Jepara, Jawa tengah. Proses mengidentifikasi diadakan di laboratorium Fakultas Perikanan dan Kelautan. Metode yang digunakan adalah pengambilan sampel lamun dan perifiton dengan menentukkan tiga titik pengambilan sampel lamun dengan kepadatan jarang, sedang dan padat serta pengukuran . Jenis Perifiton yang paling banyak ditemui di pada perairan Pulau Panjang pada rata-rata kerapatan berasal dari kelas Bacillariophyceae yaitu berkisar antara 63.134-98.910 ind/cm2, perifiton dengan kelimpahan relatif tertinggi adalah Nizchia sp berkisar 32,26-34,18 % Persen penutupannya pada kerapatan sedang yaitu 39,08%, pada kerapatan padat yaitu 45,01% dan pada kerapatan jarang yaitu 15,89%. Pada sampel daun lamun yang diambil secara acak, ditemukan 16 spesies dengan indeks keanekaragaman (H') perifiton pada kerapatan jarang mempunyai nilai indekskeanekaragaman sebesar 2,35 dengani keseragamannya sebesar 0,84 kerapatan sedang sebesar 2,39 dan keseragaman (e) sebesar 0,86 dan perifiton pada kerapatan padat mempunyai nilai indeks keanekaragaman 2,45 dan keseragaman 0,87
    corecore