88 research outputs found
Kandungan L-dopa dalam Variasi Perendaman dan Perebusan dalam Proses Pembuatan Tempe Benguk
L-Dopa biji koro benguk sebesar 14,7%, berbeda dengan tempe benguk. Tujuan penelitian adalah menguji L-Dopa dalam 4 pengolahan tempe benguk yang berbeda. Penelitian tahun 2015 ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan mengamati proses pengolahan tempe benguk dan menguji L-Dopa dalam fraksi tempe benguk dengan HPLC. Populasi penelitian adalah seluruh pemilik industri tempe benguk. Sampel penelitian diambil dengan metode purposif sampling, menentukan 4 industri tempe benguk yang sering digunakan. Proses pertama dengan satu rebusan 1-1,5 jam dan satu rendaman (2 hari) mengandung L-Dopa 8425,00 ppm. Proses kedua yaitu rebusan dua kali 1-1,5 jam dan ulangan rendaman tiga kali (setiap rendaman 1 hari 1 malam) mengandung L-Dopa 389,42 ppm. Proses ketiga yaitu ulangan rebusan dua kali (1,5-2 jam) dan rendaman satu kali mengandung L-Dopa 2163,37 ppm. Proses keempat rebusan satu kali (< 1 jam) dan rendaman satu kali (dua hari) mengandung L-Dopa tertinggi yaitu 9781,55 ppm.Kata kunci : Tempe benguk; Perendaman Perebusan; L-Dopa AbtractL-Dopa of koro benguk seed is around 14,7%, different with benguk tempeh. The objective of this study is to test L-Dopa in 4 different ways. Data were collected in 2015 by observing benguk tempeh processing and testing L-Dopa in benguk tempeh (HPLC). The population of this study are all owners of benguk tempeh industries. The sample was taken by using purposive sampling, determining 4 benguk tempeh industries that mostly used. The first process with one boiling 1-1,5 hours and one immersion (2 days) contain L-Dopa 8425,00 ppm. The second process with two boiling 1-1,5 hours and repetition immersion three times (each immersion 1 day 1 night) contains L-Dopa 389,42 ppm. The third process is twice re-boiling once (< 1 hour) and immersion once again (2 days) contain the high L-Dopa that is 9781,55 ppm
Interaksi Komunitas Lokal di Taman Nasional Gunung Leuser : Studi Kasus Kawasan Ekowisata Tangkahan, Sumatera Utara
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh keberadaan taman nasional telah menyebabkan terbatasnya akses komunitas lokal di dalam pemanfaatan sumber daya alam dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk mengatasi ini maka banyak taman nasional yang mengembangkan ekowisata di kawasannya karena bentuk pemanfaatannya dianggap dapat memberikan manfaat secara berkelanjutan dalam meningkatkan pendapatan komunitas lokal dan kelestarian kawasan tetap terjaga.Penelitian ini dilaksanakan di Kawasan Ekowisata Tangkahan (KET) yang merupakan salah satu pintu masuk ke dalam kawasan Taman Nasional Gunung Leuser. Lokasi studi dilakukan di Desa Namo Sialang dan difokuskan pada tiga dusun yaitu Dusun Kuala Buluh, Dusun Kuala Unggas dan Dusun Rimo kayu. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Desember 2009 hingga Januari 2010. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif – kualitatif dengan strategi studi kasus. Berdasarkan hasil studi menunjukan bentuk interaksi komunitas lokal di sekitar Taman Nasional Gunung Leuser dapat digolongkan menjadi dua yaitu aktifitas ekowisata dan aktifitas non ekowisata. Berdasarkan hasil analisis interaksi komunitas lokal dengan kawasan menunjukkan penyelenggaraan ekowisata di Kawasan Ekowisata Tangkahan hanya sampai kepada tahap konservasi dan belum memberikan keuntungan untuk meningkatkan kesejahteraan komunitas lokal. Dari hasil analisa tingkat pendapatan komunitas lokal didapatkan bahwa pendapatan komunitas lokal yang bersumber dari aktifitas ekowisata pada Dusun Kuala Buluh dan Kuala Unggas masing – masing menyumbang pendapatan ekonomi rumah tangga komunitas lokal di Dusun Kuala Buluh sebesar 18,98 % dan pada Dusun Kuala Unggas sebesar 6,04 %. Hal ini berarti secara ekonomi, peran ekowisata belum memberikan kontribusi kesejahteraan yang signifikan kepada warga komunitas lokal. Dengan demikian ekowisata dinilai belum mampu menjadi katup pengaman penyelamatan sumberdaya hutan di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (Kawasan Ekowisata Tangkahan)
Hubungan Beberapa Faktor dengan Kelengkapan Pengisian Buku Kesehatan Ibu dan Anak oleh Bidan Desa di Wilayah Kerja Puskesmas Jepara Tahun 2016
One effort to improve the quality of health care of mothers and children is completeness of MCH handbook. MCH handbook is a tool for early detection of disorder or maternal and child health issues. In Jepara district, the contents of MCH handbook were not complete and not filled, there were nutrition and feeding, Stimulation Detection and Early Intervention on Growth and Development and child health records. This study aims to analyze some factors related to the completeness of MCH handbook filling by a village midwives. This type of research was Explanatory Research with Cross Sectional Study. Study population was 16 village midwives and 1,001 mothers with 5 years old children and has a MCH handbook. Proportional random sampling was applied and obtained a sample of 16 village midwives and 88 MCH handbooks. Data analysis consisted of univariate, bivariate analysis using Rank Spearman and multivariate analysis using multiple linear regression. Results of univariate analysis showed that most of village midwives aged 35-39 years old (50%) with length of work in 11-20 years (56.3%), good enough knowledge (68.8%), good enough attitude (50%), less good motivation (37.5%), good enough skills (68.8%), good enough data requirement (43.8%), less complexity of form (50.0%). The results of the bivariate analysis showed that there are correlation between knowledge (rs = 0.488), attitude (rs = 0.317) and skills (rs = 0.329) with the completeness of MCH handbook filling by village midwives. Multivariate analysis showed that there are correlation between knowledge and skills with the completeness of MCH handbook filling by village midwives. Recommendation to Puskesmas Jepara are establish a training program about MCH handbook and how to filling MCH handbook that aims to improve the knowledge, attitude and skills of village midwives in filling of MCH handbook
Gambaran Beberapa Faktor Terkait Pemanfaatan Bed Occupancy Rate (Bor) di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R. Koesma Kabupaten Tuban
BOR indicators is an important indicator to determine the level of hospital services that are used by hospital management. The purpose of this study is to describe the factors related to the utilization of bed occupancy rate (BOR) in RPH of sr. R. Koesma Tuban. This research is explanatory research with quantitative-qualitative method. The population of this research are all heads of the wards in dr. R. Koesma Tuban. The sample of this research is total population of 12 persons chief of inpatient room, 1 person chief of nursing hospitalization, and 1 deputy director of field services. The results of the univariate study shows the percentage of knowledge (78.6%), the percentage of completeness data collection (70.93%), the percentage of utilization of the data (37.5%). Planning for energy needs, infrastructure, mapping hospitalization, and finance are obtained from Regional Revenue and Expenditure Budget, State Revenue and Expenditure Budget, fund hospital. Human resources are still lacking for some of the wards and no reward in the utilization BOR. Suggestion from the researcher to chief the nursing hospitalization are to provide education and training related to the daily inpatient room census filling, prepare standard operating procedures on the utilization of BOR for chief of the ward, and give rewards to the ward
Hubungan Beberapa Faktor Ibu Lansia dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Lansia di Puskesmas Lebdosari Semarang Triwulan I Tahun 2016
Kesehatan reproduksi merupakan salah satu masalah kesehatan lansia yang telah mendapat perhatian khusus secara global dalam ICPD tahun 1994. Oleh sebab itu, Indonesia mengadakan program kesehatan reproduksi lansia. Sampai saat ini, hanya 30% Puskesmas di seluruh Indonesia yang melakukan pelayanan koseling kesehatan reproduksi lansia, oleh sebab itu perlu adanya pelayanan kesehatan reproduksi lansia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan beberapa faktor ibu lansia dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan reproduksi lansia. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian explanatory research dengan pendekatan cross sectional study. Populasi adalah seluruh ibu lansia umur 60 tahun ke atas yang berkunjung di Puskesmas Lebdosari Semarang pada triwulan I tahun 2016 berjumlah 104 ibu lansia menggunakan teknik Simple Random Sampling dengan sampel diambil sebanyak 51 responden ibu lansia. Analisis data melalui analisis univariat dan analisis bivariat (analisis deskriptif menggunakan crosstab dan analisis analitik menggunakan uji korelasi Pearson dan korelasi Rank Spearman. Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa ada hubungan pengetahuan ibu lansia (p value = 0,007), kebutuhan seksualitas lansia (p value = 0,003), kebutuhan konseling kesehatan reproduksi lansia (p value = 0,035), dan tidak ada hubungan sikap ibu lansia (p value = 0,067) dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan reproduksi lansia di Puskesmas Lebdosari Semarang triwulan I tahun 2016. Saran bagi Puskesmas Lebdosari Semarang melalui pendekatan kepada ibu lansia
- …
